Jumat, 15 Mei 2015

Pilih SMK, SPG atau Cewek Kafe?

Medio Mei 2015 ini banyak hari libur. Datangnya liburan membuat Cakwes Family Bike melakukan penyesuaian terhadap jadwal bersepeda. Hari Kamis (14/5/2015) adalah hari libur yang ditandai dengan tanggal merah di kalender Masehi. Dan, jadwal bersepeda Kamis sore dimajukan menjadi Kamis pagi, ini disepakati pada Rabu malam saat kumpul-kumpul di rumah Ketum.
Actual Route Batu Gong Ride
Seperti biasa, pukul 05.00 WITA Almos sudah bangun. Setelah sholat subuh prepare semua perlengkapan bersepeda. Karena kali ini rutenya cuman SMK (Sampai Muara Kali) atau SPG (Sampai Pantai Goa) maka perbekalan standar ke luar kota tidak dibawa. Odi Gangster-pun sudah bangun, sholat, mandi dan prepare. Satu per satu anggota tim datang ke markas. Om Win, Arie300, Sencong, kemudian RockinMaster lalu Moleq, anggota baru Cakwes. Abang Rifqo yang tidak datang hari itu bersama RockinMaster membuat Odi Gangster mengurungkan niatnya ikut bersepeda.
Setelah semua berkumpul, perjalananpun dimulai. Bersepeda santai melalui pusat kota Sumbawa Besar menuju ke arah labuhan. Sesampai di Muara Kali Labuhan kami beristirahat. Sambil memesan kopi di warung langganan kami ngobrol-ngobrol.
Ketum sedang merenung sambil menunggu re-grouping
Bersepeda sampai Muara Kali rasanya terlalu singkat dan tak mengeluarkan keringat sehingga Arie300 merasa tak nyaman dengan kondisi itu. Ayo ke Badas! kata Arie300, Sekalian kita training Moleq! lanjutnya. Moleq yang baru ikut bersepeda dengan Cakwes Family Bike dengan antusias menyambutnya. Hayo! siapa takut! ujarnya. Dan perjalananpun dilanjutkan ke Pelabuhan Badas. Almos dan Ketum mengayuh pedal duluan secara konstan. Disusul RockinMaster, Sencong, Arie300 dan Moleq. 15 menit mengayuh non-stop akhirnya Almos dan Ketum sampai di depan Taman Makam Pahlawan (TMP). Melihat ke belakang, anggota tim lain belum nampak batang hidungnya akhirnya diputuskan untuk berhenti, menunggu anggota tim lain untuk re-grouping. 10 menit menunggu akhirnya tampak Sencong, Arie300 dan Moleq. RockinMaster kemana? tanya Ketum. Rupanya dia balik pulang karena ada panggilan dari rumah. Ya sudah, setelah re-grouping perjalanan dilanjutkan menuju Badas. Rute di depan mudah, karena dari TMP menuju Badas jalannya hotmix dan menurun. Hanya ada satu tanjakan yang tidak terlalu curam mendekati lokasi Pelabuhan Badas dan itupun mudah dilibas oleh temen-temen.
Foto-foto di Pelabuhan Badas
Setibanya di Badas kami beristirahat, menikmati suasana pelabuhan yang sedang hiruk-pikuk bongkar muat sambil foto-foto.
Untuk diketahui Pelabuhan Badas merupakan salah satu Pelabuhan di Provinsi NTB yang berkala regional. Statusnya dalam Rencana Induk Kepelabuhanan Nasional sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah sebagai Pelabuhan Pengumpul setara dengan Pelabuhan Bima, Lembar, Labuhan Lombok dan Benete. Di dalam Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah RPJMNasional 2015 - 2019 Pengembangan Pelabuhan Badas merupakan salah satu Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional di Provinsi NTB. Sehingga ke depan kita patut berharap Pelabuhan Badas akan menjadi pelabuhan yang terdepan dalam Tatanan Transportasi Lokal, Tatanan Transportasi Wilayah yang menjadi bagian dari Sistem Transportasi Nasional.
CFB in action
Saat ini Pelabuhan Badas sedang dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP), semacam masterplan pengembangan pelabuhan untuk periode 2015 - 2034. Untuk jangka pendek 2015 - 2019 difokuskan untuk pengembangan dermaga penumpang, lapangan penumpukan peti kemas, reklamasi seluas 12 hektar, akses jalan dan lapangan parkir.
Pengembangan Pelabuhan Badas ini punya arti penting bagi distribusi arus barang dan jasa dari dan ke Kabupaten Sumbawa. Di satu sisi ia menyajikan salah satu alternatif moda transportasi yang murah, di sisi lain ia juga bisa dimaksimalkan dalam rangka pengembangan pariwisata daerah, terutama kaitannya dengan pembangunan dermaga baru berikut trestle-nya untuk kapal-kapal pesiar (cruise).
Setelah istirahat dirasa cukup, kayuhan pedal dimulai lagi. Sebenarnya sudah waktunya pulang, namun karena Sencong merasa masih belum berkeringat akhirnya disepakati untuk melanjutkan bersepeda ke Pantai Batu Gong, sekitar 4 kilometer ke arah timur Pelabuhan Badas.
View Pantai Batu Gong di pagi hari
Salah satu sudut pantai Batu Gong













Pantai Batu Gong merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sumbawa. Namun karena kurangnya tata kelola,  Batu Gong beberapa waktu yang lalu sempat memicu polemik karena menimbulkan keresahan sosial di Kabupaten Sumbawa karena beralih fungsi menjadi kawasan pusat hiburan malam (kafe dan karaoke tak berijin). Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada 2013 Pemerintah Daerah menutup paksa lokasi yang berada di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan negara itu melalui pembongkaran bangunan-bangunan yang tidak berizin maupun yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan daerah tentang Bangunan Gedung.
Istirahat sambil menikmati es klamud
Ketum memberi 'arahan' kepada Moleq













Beberapa waktu pasca pembongkaran "kafe batu gong" (demikian masyarakat setempat menyebutnya). Puing-puing bangunan kafe dan karaoke yang dirobohkan dan dihancurkan dengan alat berat itu beralih menjadi rumah makan dan berugak atau balai-balai tempat duduk-duduk menikmati pemandangan ke arah laut. Sementara itu, seiring perjalanan waktu, aktivitas hiburan malam ternyata "tumbuh" lagi namun di lokasi yang berbeda, yaitu di bagian perbukitan kawasan Pantai Batu Gong. Agak tersembunyi memang, namun perlu tetap dipantau mengingat ekses yang kemungkinan timbul di kemudian hari. Bagian perbukitan yang menjadi lokasi baru kawasan kafe dan karaoke Batu Gong berada di sebelah barat lokasi awal kafe Batu Gong, berbelok ke kiri melalui jalan aspal menanjak ke arah Dusun Sampar Maras yang berjarak tiga kilometer dari kawasan pantai Batu Gong. Lokasi ini lah yang membuat penasaran temen-temen Cakwes yang belum mengetahui kafe Batu Gong telah "bersalin rupa" di lokasi yang baru. Ayo donk ke sana! kata Arie300, pengen liat gadis kafe! lanjut dia lagi.
Kafe terbesar di Batu Gong
Tanjakan terjal menuju Sampar Maras
Akhirnya kita sepakat mengayuh pedal ke lokasi di maksud. Di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan yang menanjak di lokasi tersebut berdiri bangunan-bangunan kafe yang semi permanen, hanya ada satu bangunan yang representatif di sebelah kanan jalan sebelum tanjakan memutar ke arah Dusun Sampar Maras. Suasana di lokasi pada pagi menjelang siang itu sangat sepi. Iya, kawasan ini memang sepi pada siang hari, namun pada malam hari mulai pukul 21.00 WITA ke atas ramai dipenuhi waitress yang berlalu lalang yang merupakan cewek-cewek teman bernyanyi di karaoke yang disediakan di dalam bangunan-bangunan kafe tersebut. Kami mendaki menuju ke puncak tanjakan dengan sepeda, jalannya cukup terjal dan permukaannya berbatu. Setibanya di puncak tanjakan kami berhenti, menikmati view ke arah laut biru yang menawan. Hanya Moleq yang tidak bisa naik, gara-gara travel fork sepedanya yang terlalu panjang untuk menanjak dan lebih cocok untuk downhill. 
Puas melihat-lihat lokasi tersebut, kami kembali mengayuh pedal, kembali ke markas menyusuri jalan aspal berliku, sesekali menanjak dan menurun. Setiba di depan Taman Makam Pahlawan kami berhenti untuk beristirahat karena Moleq mulai nampak kelelahan melibas tanjakan. Sambil menenggak cairan dari botol minuman di sepeda kami melepas penat.
Beristirahat di depan Taman Makam Pahlawan, Labuhan Badas
Melewati ByPass kami mampir sebentar di salah satu rumah makan di pinggiran ByPass. Almos yang ditelpon ibunya harus membeli jus alpukat karena keponakannya yang lagi sakit pengen minum jus. Sambil menunggu pesanan datang kamipun ngobrol-ngobrol.
Bercengkrama sambil menunggu jus Alpukat
Sesekali terdengar celetukan nakal dari Arie300 menggoda Ketum dan Sencong. Kostum Sencong yang ngejreng dengan paduan warna biru merah menjadi ledekan Arie300. Masa' kostum sepeda kayak bendera! kata dia. Sencong yang diledek hanya senyum-senyum.
Sementara Ketum yang ceriwis gantian menggoda Arie300 yang belum juga membeli sarung tangan untuk bersepeda. Kayak monyet aja ga pake sarung tangan! timpal Ketum. Dan Arie300 pun mati gaya.
Kemesraan antara Ketum dan Bendahara
Di tengah ngobrol-ngobrol santai itu handphone milik Moleq berdering. Pasti kena remote neh! kata dia. Iya, bener, itu dari istrinya di rumah, meminta dia pulang karena dia lupa menitipkan kunci rumah sehingga istrinya nggak bisa masuk, sementara ada tamu juga yang datang berkunjung. Akhirnya, Moleq harus jalan duluan, pulang sendiri.

15 menit berselang, pesanan jus Alpukat Almos kelar dan perjalanan pulangpun dilanjutkan menyusuri ByPass. Mendekati kampus lama Universitas Samawa Almos memberi tanda berhenti, ternyata ia mau memesan Nasi Puyung, nasi khas lombok yang pedes, buat sarapan sekaligus makan siang setibanya di rumah nanti. Enam bungkus Nasi Puyung-pun dipesen. Setelah kelar perjalananpun diteruskan. Setelah mampir di rumah orang tuanya Almos dan menyerahkan bungkusan jus Alpukat, Arie300 mengajak kami melewati jalan dalam permukiman lingkungan Genang Genis pulang ke markas. Melewati gang sempir dan pinggir saluran persawahan akhirnya kami sampai juga ke Karang Jangkring. Kali ini ke rumah Ketum untuk sarapan/makan siang bareng. Sambil beristirahat kami sarapan bersama dan perjalanan bersepeda hari itupun kelar.
Kelaparan, Sencong dan Arie300 maksi dengan nasi puyung 

1 komentar: