Minggu, 28 Februari 2016

Tour to Bendungan Mamak

Setelah beberapa waktu kegiatan bersepeda Cakwesers tidak sempat didokumentasikan dan ditulis di blog, kali ini Cakwesers mengagendakan bersepeda ke Bendungan Mamak di Desa Berora Kecamatan Lopok, salah satu kecamatan di bagian timur wilayah Kabupaten Sumbawa. Sebagai bendungan terbesar ke-2 di Kabupaten Sumbawa setelah Bendungan Batu Bulan, Bendungan Mamak menawarkan potensi landscape yang menawan.
Rute Perjalanan
Bendungan Mamak
Bendungan Mamak yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 11 April 1992 itu dibangun dalam rangka mengairi lahan pertanian di dua Daerah Irigasi (DI) yaitu DI Mamak seluas 3.384 Hektar dan DI Kakiang seluas 1.289 Hektar. Kini, bendungan yang telah berusia 24 tahun itu sudah mengalami penurunan fungsi dan kapasitas dengan tingginya laju sedimentasi sebagai akibat dari maraknya perambahan hutan di bagian hulu bendungan. 
Sejatinya, agenda bersepeda ke Bendungan Mamak sudah lama direncanakan. Adalah Toni yang melontarkannya pada saat kongkow-kongkow bareng Cakwesers.
Naskah pidato Presiden Soeharto
Toni yang kampung kelahirannya di Sekayu, salah satu dusun di Desa Berora, Kecamatan Lopok, pengen sesekali agar agenda bersepeda Cakwesers memilih destinasi ke Bendungan Mamak. Nanti sepulang dari Bendungan Mamak, Cakwesers bisa mampir di Sekayu untuk beristirahat dan berwisata kuliner alias makan-makan. Akhirnya setelah beberapa pekan berlalu setelah pembicaraan terkait agenda bersepeda ke Bendungan Mamak tersebut, bersamaan dengan selesainya jersey group, disepakati Minggu, 28 Februari 2016 Cakwesers akan bersepeda ke Bendungan Mamak. Almos yang kebagian tugas memetakan rute, sudah meng-upload rute rencana ke Whatsapp Group. Panjang rute ini sekitar 80 kilometer lebih dan ini adalah rute terpanjang yang akan ditempuh Cakwesers. Arie300 antara ikut dan nggak untuk mengeksekusi rute ini mengingat jauhnya jarak yang akan ditempuh. Akhirnya dalam kebimbangannya Ketum menawarkan solusi agar dia ikut sebagai tim medis  atau marshal aja, sekalian mendokumentasikan perjalanan Cakwesers ke Bendungan Mamak.

Jersey yang baru diambil dari JNE 
Kamis sore, tanggal 26 Februari 2016, yang seharusnya jadwal SKS, terpaksa harus terganjal lagi karena hujan. Hanya Rockin dan Ketum yang sempat bersepeda. Itupun hanya rute jarak pendek alias kurang dari 10 kilometer. Sore itu, Ade Mulana, yang kebagian tugas mengurus masalah jersey, mengabarkan kalo jersey group sudah sampai dan akan diantar ke rumah Ketum. Ketum yang kebetulan bersama Rockin sedang nongkrong di rumah Almos menjawab agar Ade ke rumah Almos aja nganter jersey dimaksud. Akhirnya tak lama kemudian Ade muncul di rumah Almos dengan jersey di tangan. Kemudian Cakwesers yang lainpun ikut bergabung. Ada Wawan Brimob, kemudian Moleq yang langsung ngepas-ngepasin jersey-nya. Menjelang magrib ada Yandri mampir karena melihat kami rame-rame ngumpul di teras rumah. Diapun mengambil jersey-nya dan langsung ngepasin juga seperti halnya Moleq. Tak lama kemudian azan terdengar dari Musholla di depan rumah dan Cakwesers pun beranjak pulang.
Menjelang hari H intensitas hujan di Kota Sumbawa Besar semakin meningkat. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat agenda bersepeda ke Bendungan Mamak sudah di depan mata. Namun dari perbincangan di Whatsapp Group tampaknya Cakwesers sudah mantap tekadnya untuk mengeksekusi perjalanan bersepeda ke Mamak, "mau hujan atau nggak, nggak ada urusan, tour ke Mamak jalan terus" ujar Ketum. Sabtu malam, lewat Whatsapp Ketum menginstruksikan kalo perjalanan di Minggu pagi dimulai pukul 06.00 WITA. Meeting point-nya di Lapangan Pahlawan, jadi Cakwesers harus sudah standby di Lapangan Pahlawan sebelum jam enam pagi. 
Meeting Point di Lapangan Pahlawan
Minggu pagi, sebagaimana disepakati Cakwesers menuju Lapangan Pahlawan. Dari Jangkring ada Ketum, Almos, Toni, Wawan Brimob dan Yandri. Moleq yang kelamaan di kamar mandi terpaksa harus ditinggal, dibiarkan menyusul aja, biar disiplin dengan waktu. Setiba di sana Moko alias Burhan sudah menunggu. Sepertinya dia menginap di Pendopo kalo nggak di Lapangan Tenis PELTI biar tiba paling pagi di Lapangan Pahlawan, hehehe. Kemudian menyusul Rockin, Moleq, Ade, dan Fikri, pendatang baru di Cakwesers. Menyusul kemudian Arie300, cuman dia datang bawa motor ga pake sepeda karena hari ini dia bertugas sebagai marcel eh marshall. Hendri yang sudah dari pagi whatsapp-an belum nongol juga. Setelah berulang kali ditelpon akhirnya dia nongol, dan starting time perjalananpun jadi meleset ke pukul 06.30 WITA. Catet !!! next time kartu kuning loe Hendri.
Re-grouping di Lawang Desa
Rute perjalananpun dimulai dari Lapangan Pahlawan menuju ke arah Lawang Desa. Kami bersebelas mengayuh pedal menuju Lawang Desa melalui tanjakan Bukittinggi. Tanjakan ini serupa tak sama dengan tanjakan STM. Kalau tanjakan STM terjal namun pendek, tanjakan Bukittinggi relatif landai tapi panjang. Dengan perlahan tapi pasti satu per satu Cakwesers mendaki tanjakan tersebut tanpa hambatan yang berarti mengingat sebelumnya Cakwesers sudah beberapa kali melewatinya. Setiba di Lawang Desa, kami berhenti untuk re-grouping mengingat tidak semua punya stamina yang sama. Apalagi Fikri yang baru kali ini bersepeda lagi setelah sekian lama.
Re-grouping di depang gerbang Batu Bulan
Setelah semuanya sampai di Lawang Desa perjalananpun diteruskan, menuju ke arah Bendungan Batu Bulan arah tenggara dari Kota Sumbawa Besar. Melewati Simpang Boak kami menelusuri ruas jalan provinsi Pal IV - Lenangguar menuju ke arah Bendungan Batu Bulan. Melewati hutan jati sebelum Desa Boak Kecamatan Unter Iwes jalan menurun dan sepedapun meluncur cepat. Satu persatu Cakwesers melaju menuruni turunan yang relatif panjang dan berkelok tersebut. Desa Boakpun terlewati, dan jalanan kembali melandai dan sesekali menanjak. Tak lama kamipun melewati Dusun Batu Alang, salah satu dusun di Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu. Perjalananpun dilanjutkan tanpa berhenti, tak lama kemudian kami melewati Dusun Leseng dan Dusun Pelita, sejenak kemudian kamipun tiba di gerbang Bendungan Batu Bulan. 
Time to rest
Di depan gerbang masuk Bendungan Batu Bulan kami berhenti sejenak untuk re-grouping dan foto-foto. Usai foto-foto kami melanjutkan perjalanan ke area Bendungan Batu Bulan untuk mencari tempat beristirahat. Kami memutuskan untuk beristirahat di Berugak/Gazebo di bagian timur bendungan yang berjarak sekitar tiga kilometer dari gerbang bendungan tempat kami berhenti. Setibanya di ujung timur bendung kami berhenti dan memarkir sepeda untuk beristirahat. Waktu menunjukkan pukul 07.30 WITA, tepat 60 menit dari start awal perjalanan bersepeda tadi di Lapangan Pahlawan. Selepas 15 menit perjalanan kami lanjutkan. Kali ini melewati terra incognita alias kawasan yang belum pernah kami lewati sebelumnya. Jika sebelumnya dari Kota Sumbawa Besar sampai dengan Bendungan Batu Bulan jalannya sudah mulus ber-hotmix, kali ini sepertinya kami akan ketemu medan off-road berbatu dan berlumpur. Almos yang memetakan perjalanan hanya melihat batas-batas alam dari aplikasi Google Earth sementara kondisi lapangan bisa jadi berbeda.
Cakwesers menuju off-road
Moko si anak hilang ditugaskan Ketum menjadi pemandu mengingat dia yang paling intens keliling kesana kemari dari dusun ke dusun di seantero Kabupaten ini dalam rangka menunaikan tugasnya sebagai ujung tombak debt collecting team di PT. Adira Dinamika Multi Finance (ADMF). Menyusul kemudian Almos di belakangnya, sekiranya Moko salah memilih jalan. Dengan mantap hati Moko melaju di depan untuk memandu Cakwesers yang lain. Medan berbatu dan berlumpur seperti yang sudah diduga sebelumnya menghadang. Inilah medan sepeda MTB sesungguhnya. Rockin tampak sumringah melihat lumpur, saatnya ia menguji ban off-road Schwalbe Nobby Nic yang baru dipasang di xtrada 3.0-nya kemaren. 
Re-grouping antara BBB dan Bageloka
Kami menyusuri tepian bendungan menuju ke Dusun Bage Loka yang berjarak sekitar 10 kilometer dari tempat kami beristirahat tadi. Beberapa kali kami harus melewati kubangan lumpur, jalan tanah yang becek, tanjakan berbatu dan semak belukar. Sayang sekali Arie300 tidak mengikuti kami melewati rute ini untuk mendokumentasikan perjalanan. Hanya sesekali pada jalan tanah yang relatif bagus kami bisa berhenti mengambil foto. Selebihnya pada medan yang berlumpur dan asyik buat off-road kami hanya menikmatinya dengan mengayuh pedal dan lupa untuk mendokumentasikannya. Tak terasa hampir  satu jam lewat kami bermain off-road dari Bendungan Batu Bulan hingga ke Dusun Bage Loka. Setiba di Dusun Bageloka kami berhenti untuk re-grouping.
Berhenti sejenak di Desa Lito
Setelah semua personil lengkap kamipun melanjutkan perjalanan menuju Desa Lito. Masih melewati jalan tanah dan berbatu tapi sudah jauh lebih nyaman dilalui ketimbang sebelumnya. Tak lama kemudian kami sampai di Desa Lito dan kamipun beristirahat sejenak untuk membeli air mineral dan snack karena perbekalan sudah habis. Selepas dari Lito yang jalannya sudah beraspal mulus kami menuju ke Sekayu melewati Desa Pungkit, kemudian Tatede lalu Langam. Di Langam kami berhenti sejenak untuk re-grouping. Fikri yang beberapa kali mengalami kram otot di perjalanan sudah diangkut Arie300. Perjalanan dari Lito - Langam lumayan melelahkan. Selain karena jalanya nge-road cuaca panas mulai menyengat karena hari semakin siang. Setelah semua Cakwesers re-grouping, perjalanan dilanjutkan kembali. Di perjalanan menuju Sekayu kami bertemu dengan komunitas sepeda SaBic yang juga bersepeda menuju Bendungan Mamak, hanya saja mereka sudah lebih awal tiba karena menggunakan rute langsung dari Sumbawa Besar - Langam - Mamak melalui jalan raya dengan sepeda roadbike. Kamipun bergabung untuk say hello dan mengajak mereka ke Sekayu. Karena sesuatu dan lain hal Mas Yudi yang pemimpin rombongan menyatakan tidak bisa bergabung karena harus segera kembali ke Sumbawa Besar. Hanya Mas Tedy yang menjadi wakil SaBic yang bisa bergabung bersama kami menuju ke Sekayu. Kami melanjutkan perjalanan menuju Sekayu.
Di depan gerbang Bendungan Mamak
Tak lama kemudian Dusun Sekayu sudah di depan mata. Tiba di rumah orang tuanya Toni kami berhenti untuk beristirahat sebelum menuju Bendungan Mamak. Agak lama kami beristirahat di Sekayu. Sambil menikmati kopi kami membersihkan drivetrain sepeda yang penuh lumpur yang sudah mengeras sekaligus melumasinya agar lebih nyaman dikendarai. Sambil menunggu makan siang kamipun beranjak ke Bendungan Batu Bulan. Beberapa Cakwesers tidak bisa ikut karena kecapean, jadi hanya sebagian dari kami yang bisa menuntaskan rute ke Bendungan Mamak.
Makan siang bareng di rumah toni
Tak apalah, biar mereka menyimpan tenaga untuk perjalanan pulang nanti. Setiba di Bendungan Mamak dan mengambil dokumentasi tak lama kamipun balik pulang ke Sekayu untuk makan siang. Dengan perut keroncongan kami menuju ke rumah orang tuanya Toni yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Bendungan. Cuaca panas dan menyengat membuat kami semakin kelaparan. Setelah sampai kami langsung disuguhkan makan siang oleh tuan rumah dan kamipun menyambutnya dengan suka cita. Arie300 yang sudah dari tadi menunggu acara ini langsung menyeruak ke tengah mengatur posisi yang paling pas agar bisa men-sliding nafsu makan Moleq yang terbilang raksasa.
Balik ke Sumbawa Besar
Dari acara makan siang bareng ini terbukti bahwa bermotor jauh lebih capek ketimbang bersepeda karena membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak. Ini dibuktikan Arie300 dengan menjadi yang paling akhir meninggalkan ruangan :-). Selepas makan kami beristirahat di taman depan rumahnya Toni yang asri dan banyak tanaman. Hendri ternyata menyempatkan diri untuk berkaraoke ria dengan aplikasi Smule-nya dengan Moko dan Mas Tedy jadi penari latarnya. Cakwesers yang lain ada yang leyeh-leyeh di berugak sambil ngerokok, ada yang menyempatkan diri boker ke kamar mandi (kalo ini siapa lagi kalo bukan Ketum), ada juga yang ngusilin temannya sembari menunggu hari beranjak sore untuk kembali ke Sumbawa Besar.

Setelah waktu menunjukkan pukul 14.30 WITA kami pamit ke pemilik rumah alias orang tuanya Toni untuk kembali ke Sumbawa Besar. Kamipun bersepeda beriringan meninggalkan Dusun Sekayu dengan diiringi Arie300 sebagai marshall selama perjalanan pulang. Serange, Langam, Lopok, Bage Tango kami lewati tanpa berhenti. Setiba di Ai Nunuk kami beristirahat sejenak.
Beristirahat di Lawang Desa
Selepas dari Ai Nunuk kami melanjutkan perjalanan. Melewati Karang Jati, kemudian Serading, akhirnya kami tiba di Lawang Desa dimana kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan re-grouping sebelum kembali ke rumah masing-masing. Di taman Lawang Desa yang merupakan pintu masuk Kota Sumbawa Besar dari arah timur kami mengaso dan merokok. Hari sudah semakin sore karena matahari semakin turun di cakrawala. Menjelang magrib kamipun beranjak pulang. Setiba di Lawang Gali kami berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing. Demikian perjalan bersepeda Cakwesers hari ini yang menempuh rute kombinasi on-road dan off-road sejauh 90 kilometer. Melelahkan namun menyenangkan karena semua Cakwesers tetap semangat sampai dengan menit-menit terakhir.




Kamis, 18 Februari 2016

Antara SKS, Dubsmash & Smule

Setelah Minggu pagi kemaren bersepeda ke luar kota, maka agenda Cakwesers selanjutnya adalah SKS di Kamis sore. Untuk minggu ini tidak ada lagi agenda bersepeda ke luar kota karena sesuai kesepakatan, bersepeda ke luar kota hanya dilakukan sekali sebulan. SKS dan SMP minggu ini akan tetap berjalan seperti biasa namun hanya di seputaran Kota Sumbawa Besar. Untuk agenda SKS besok Kamis, Hendri sudah prepare. 
Logo Smule
Bahkan dia mengajak Cakwesers untuk bersepeda ke luar kota. Karena pasca mengeksekusi rute Ai Loang - Mercusuar - SAMOTA, ia langsung ke bengkel sepeda untuk memperbaiki rear derailleur sepedanya yang bermasalah sepanjang perjalanan menuju mercusuar.
Yang sedikit mengherankan dari Hendri adalah, di kala Cakwesers yang lain sedang ngos-ngosan sehabis mendaki tanjakan, ia dengan santainya berunjuk vokal lewat aplikasi smule sambil berjoget ria mengikuti irama musik dangdut kesayangannya. Hasil unjuk vokalnya kemudian selalu di-upload ke Whatsapp group yang memancing komentar Cakwesers. Moleq yang hampir jadi artis Indonesian Idol merasa sedikit minder dengan aksi goyang dangdut Hendri yang heboh. Belum lagi lusinan cewek temen duet Hendri dari berbagai negara yang kinyis-kinyis bikin ngiler Arie300 dan Moleq.
Logo Dubsmash
Beberapa bulan silam Whatsapp Group Cakwesers juga sempat heboh dengan banyaknya berseliweran video dubsmash yang di-upload Moleq. Kini dubsmash berganti video smule Hendri yang seolah hujan di awal Februari, tak ada henti-hentinya. Ketum dan Almos takjub tak habis pikir dengan kelakuan ajaib Cakwesers. Tapi karena itu bagian dari kreatifitas dan hobby dari masing-masing pribadi Cakwesers maka bukanlah hal yang terlalu substansial untuk dipersoalkan, asalkan aktivitas tersebut tidak mengganggu kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike.

Terkait aktivitas bersepeda wajib, meski Moleq (dulu) sibuk dengan dubsmash-nya dan Hendri intens dengan smule-nya, namun mereka tetap konsisten dengan agenda bersepeda bersama. Sementara Arie300 yang kerap nongkrong di rumah Ketum sembari bersih-bersih sepeda saban sore, seringkali mangkir dari jadwal wajib SKS dan SMP. Ada beragam alasan yang menjadi alibinya. Dari badan kurang fit-lah, ada acara kondanganlah, sampai yang paling mutakhir 'menyiapkan kondisi' dalam rangka operasi mata. Cakwesers yang lain cukup mafhum dengan keterbatasan Arie300, hanya saja seringkali pada saat dia paling getol mengusulkan rute tertentu untuk dieksekusi, saat itu pula dia mangkir dari kegiatan bersepeda. Menyebalkan!
Arie & Ketum sedang bersih-bersih sepeda
Selasa sore, H-2 dari jadwal SKS, Arie300 dan Almos nongkrong di rumah Ketum sambil bersih-bersih sepeda dalam rangka persiapan SKS. Kemudian Arie300 mengajak jalan ke toko sepeda untuk mencari standar sepeda (bike stand). Jadilah bertiga, dengan bersepeda santai, menuju toko Sinar Berlian, salah satu toko sepeda di Sumbawa Besar. Sesampai di sana tak ada standar yang cocok untuk sepedanya Arie300, jadi kamipun kembali pulang. Di perjalanan dekat rumah Ketum kami mampir di gerai/toko yang baru buka milik Reni dan Novi, dua personil SaBiC yang dulu ketemunya pas di Pulau Moyo pada saat agenda Sepeda Gunung Festival Moyo 2015. Tadi pas perjalanan berangkat ke toko sepeda kami melihat mereka nongkrong di sini dan menjanjikan untuk mampir pas perjalanan balik dari toko sepeda. Rupanya toko/gerai tersebut sudah buka sejak Januari tapi masih menangani ticketing, baru seminggu ke belakang mereka expand untuk jualan makanan, snack dan soft drink. Menarik juga untuk kapan-kapan nongkrong di sini. Selain dekat dengan markas Cakwesers, menu yang ditawarkan juga beragam dan terjangkau. Sayangnya, gerai ini belum punya papan nama sehingga perlu usaha ekstra untuk mempromosikannya ke khalayak. Tak terasa, kami ngobrol-ngobrol di situ sampai menjelang azan magrib. Kamipun pamit ke Reni dan Novi dan beranjak pulang ke rumah masing-masing.
Wawan Brimob lagi kipas-kipas
Selasa Malam, lagi-lagi Arie300 datang berkunjung. Kali ini dia mengajak Ketum dan Almos ke rumah Toni, yang berlokasi di Karang Jangkring juga dan tak jauh dari rumah Ketum.  Wawan Brimob dan Moleq yang juga tetangganya Toni juga kita ajak untuk nongkrong bareng. Pas banget dengan agenda kongkow-kongkow tersebut Toni menawarkan untuk bakar-bakar jagung karena ada sodaranya yang nganter dua karung jagung yang baru dipanen dari Desa Pelat. Sembari bakar-bakar jagung kami ngobrol ngalor ngidul, mulai dari rute SKS, jadwal mengeksekusi rute ke Sampa, mendaki Batudulang - Punik, agenda bersepeda kuliner ke Bendungan Mamak, dan sebagainya. Tak terasa kami ngobrol sampai jam 11 lewat. Karena sudah larut malam, kamipun pamit pulang.
Rabu, H-1 dari agenda SKS, berjalan seperti biasa. Cakwesers menjalani hari sesuai agenda masing-masing. Almos dengan urusan kantornya, Rockin, Sencong dan Arie300 dengan urusan warnet dan game center-nya, Ketum dan Moleq dengan kegiatan belajar mengajar-nya, Ade, Dhika dan Hendri juga serupa. Hanya di penghujung hari menjelang magrib Arie300 si Rambo 2 dan Moleq si Rambo 2  mampir di rumah Ketum yang Rambo 3, jadilah ketemuan sesama Rambo. Sementara Ade#2 yang pendatang baru di CFB, ternyata sudah curi start bersepeda ke Jempol sore-sore. Setidaknya itu pengakuannya melalui Whatsapp Group Cakwesers. Biarlah, hitung-hitung latihan dalam rangka memperkuat stamina.
Kamispun akhirnya tiba. Pagi-pagi Rockin sudah memberi wejangan melalui Whatsapp group. Dari frekuensi dan content kiriman Whatsapp-nya Rockin sepertinya berbakat untuk menjadi da'i, setidaknya da'i di dunia maya. Menjelang siang Ketum mengirim gambar di Whatsapp mengenai buruknya pelayanan pemerintahan entah di Kelurahan mana. Dari gambar yang dikirim terlihat berkas-berkas kertas berserabutan di lantai meja kerja si petugas. Entah apa maksudnya Ketum mengirim gambar tersebut.
Rute SKS medio Februari
Sore jam 16.00 WITA, Cakwesers sudah prepare untuk SKS. Almos dan Ketum sudah standby pukul 16.15 WITA. Di Whatsapp group sudah diumumkan, jadwal start pukul 16.30 WITA tepat. Rutenya STMJ alias melibas tanjakan STM menuju Jempol. Kalo terlambat ketemuan di jalan aja. So, that's it! Tepat pukul 16.30 WITA akhirnya cuman bertiga: Ketum, Almos dan Wawan Brimob mengayuh pedal menuju ke arah tanjakan STM. Karena cuman bertiga maka kami bersepeda dengan high speed semampu kami.
Berhenti sejenak di Lawang Desa
Wawan Brimob memang patut diacungi jempol karena konsistensi staminanya sangat  bagus. Ga percuma latihan fisik di markasnya tiap minggu. Sampai di Lawang Desa kami berhenti sejenak untuk memantau Cakwesers yang lain. Ade#2 yang baru bergabung dengan kami sudah mengirim pesan kalo dia akan menunggu di Lawang Gali, demikian pula Hendri yang menunggu di depan Hotel Transit. Sementara Rockin ternyata masih terhenti di Karang Jangkring karena sepedanya mengalami pecah ban dan harus diganti.
Nongkrong di Jempol #1
Ia mengkonfirmasi untuk ketemuan di Jempol aja karena ia akan melewati rute By Pass menuju Jempol bersama Toni dan Arie300. Kamipun melanjutkan perjalanan, Tiba di Lawang Gali, Ade#2 tak tampak batang hidungnya, mungkin sudah jalan menuju Jempol. Kamipun terus mengayuh pedal. Ternyata Ade#2 menunggu kami di depan Rumah Makan Bengawan dekat rumah mertuanya. Akhirnya kami berempat melanjutkan perjalanan. 
Nongkrong di Jempol #2
Di depan Hotel Transit ada Hendri bergabung bersama kami dan berlima kami mengayuh pedal menuju Jempol. Tiba di Jempol kami langsung menuju tempat kami biasa parkir dan memesan minuman.Tak lama kemudian Toni, Rockin, Arie300, Moko dan Yandri terlihat di ujung jalan dan langsung datang bergabung bersama kami untuk nongkrong menikmati view Jempol di sore hari. 
Di Jempol, sempat-sempatnya Hendri mengaktifkan aplikasi smule-nya dan menyanyi sendiri sambil menggilir Cakwesers yang lain sebagai latarnya. Arie300 dan Ketum ketawa-ketawa melihat kelakuan Hendri. Kamipun ngobrol ngalor-ngidul sambil menyeruput minuman yang kami pesan di warung langganan kami. Pada saat kami asyik ngobrol-ngobrol tampak di ujung jalan masuk Jempol pesepeda roadbike dengan kostum SaBiC. Rupanya Mas Her, ketua ISSI Sumbawa. Beliaupun ikut nongkrong bersama kami membahas rencana Fun Bike di bulan Maret mendatang. Tak terasa, haripun menjelang magrib. Akhirnya kamipun harus meninggalkan Jempol pulang menuju rumah masing-masing.

Minggu, 14 Februari 2016

Mengulang Ai Loang - SAMOTA

Setelah beberapa kali agenda bersepeda Cakwesers terganjal faktor cuaca, di medio Februari Cakwesers berhajat untuk mengulang kembali rute Ai Loang - SAMOTA. Tapi kali ini mampir di Mercusuar di ujung Tanjung Menangis. Di penghujung tahun kemaren, Cakwesers pernah juga Mercusuar hanya saja dokumentasi-nya berceceran dan tidak sempat dituangkan ke blog. Kalo tahun kemaren rutenya melalui Kelapis, SAMOTA terus ke Mercusuar, kali ini rutenya melalui Penyaring, Ai Loang baru kemudian ke Mercusuar. Pulangnya nanti lewat Jalan Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar atau lebih dikenal dengan SAMOTA, sehingga rutenya nge-loop tanpa melewati jalan yang sama ketika perginya. Demikian ide Rockin dan Ketum pada Sabtu sore ketika kongkow-kongkow di rumah Ketum, setelah berhari-hari Kota Sumbawa Besar tidak bertemu sinar mentari akibat hujan tak henti mengguyur siang dan malam. Semoga saja agenda Minggu pagi besok bisa mulus tanpa terhalang cuaca yang tak menentu.
Rute Sumbawa Besar - Mercusuar Tanjung Menangis
Lewat Whatsapp Group Cakwesers Rockin sudah menginformasikan rute besok agar Cakwesers yang berkesempatan ikut bisa prepare. Meeting point-nya besok di Taman Mangga pukul 06.00 WITA. Semoga saja banya Cakwesers yang bisa ikut, biar seru di perjalanan. Arie300, si maskot CFB sepertinya akan berhalangan tetap, karena dia sudah mendapat warning dari dokter tempat ia berkonsultasi untuk tidak berolahraga berat sampai dengan kondisinya pulih. Untuk diketahui, Arie300 memang mengalami gangguan di syaraf matanya sehingga dia tidak bisa melihat dengan fokus, hanya obyek-obyek tertentu yang bisa dilihatnya dengan jelas, salah satunya bokong cewek. Sehingga dokter yang menanganinya menyarankan agar dia menjalani operasi di rumah sakit yang representatif di pulau Jawa. Sembari menunggu operasi dia harus mempersiapkan diri dalam arti menjaga kondisi agar nanti operasinya berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. Good Luck! Arie300, doa Cakwesers menyertaimu.
Hari Minggu tiba, Almos sudah bangun jam 05.00 WITA dan langsung prepare. Pas keluar gerbang, ada Wawan Brimob nongol, tumben. Rupanya semalam ia sempat memonitor rute yang akan dieksekusi hari ini. Sudah lama dia ga ikut sepedaan gara-gara banyak agenda kantor yang harus diselesaikannya. Apalagi kemaren pas rencana Mr. Jokowi mau ke Sumbawa. Sebagai bagian dari tim pengamanan dia harus standby 24/7. Ketum belum juga tampak batang hidungnya. Demikian pula Toni, sementara Mola sudah mengkonfirmasi tidak bisa ikut. Setelah beberapa jenak menunggu akhirnya Almos, Ketum, Toni dan Wawan siap berangkat menuju Kebayan, tempat yang disepakati sebagai meeting point. Tak dinyana, handphone Ketum berbunyi. Rupanya Moleq pengen ikutan, dan minta kami menunggu. Ketum tampak kesal dengan sikap Moleq yang plin-plan, sepertinya ia sudah ketularan Arie300 yang sekarang berganti julukan menjadi ArieAo, gara-gara sikapnya yang suka plin-plan. Tunggu punya tunggu, Moleq belum juga nongol. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.10 WITA. Bisa-bisa ntar kami kesiangan start-nya sementara Cakwesers yang dikebayan sudah dari tadi standby.
Meeting Point di rumah Rockin

Lima menit kemudian kami sampai di Kebayan. Tampak Moko, Ade dan Hendri sudah nongkrong di depan rumah Rockin menunggu kami. Belum lima menit kami sampai Kebayan, Moleq muncul entah dari mana. Rupanya di sprint dari Karang Jangkring mengejar kami yang sudah duluan berangkat. 
Setelah lengkap, bersembilan kami mengayuh pedal menuju ke arah Bukit Permai. Menjelang perempatan Bukit Permai - Raberas Moko memberi isyarat berhenti. Rupanya di situ ada warung tempat jual nasi bungkus. Kamipun bergegas memesan nasi bungkus sebagai bekal di perjalanan nanti. Lepas dari situ kami melanjutkan perjalanan. Melewati Raberas, kami berbelok ke kiri menuju penyaring. Lepas dari Penyaring kami menuju Ai Loang melalui ruas jalan kabupaten Penyaring - Lab. Sawo.
Ruas Penyaring - Lab. Sawo yang tergenang
Terakhir kami ke sini jalan belum tuntas dihotmix. Di tengah perjalanan kami dihadang genangan air di beberapa titik. Ruas jalan ini memang elevasinya sama dengan kawasan persawahan dan tambak di sisi kiri kanannya sehingga begitu air melimpah akibat curah hujan yang tinggi air di persawahan dan tambak tersebut melimpas ke permukaan jalan. Dengan drainase yang juga buruk umur rencana jalan ini pasti tak akan lama.
Kika: Ade, Wawan, Toni dan Moleq
Ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah jika ingin infrastruktur yang terbangun dapat dimanfaatkan masyarakat dalam jangka waktu relatif panjang. Sambil terus mengayuh pedal, terdengar kicauan burung yang intens, rupanya nada dering di handphone-nya Moko. Ada Cimot Sabic mo gabung katanya. Akhirnya Moko memperlambat laju sepedanya menunggu Cimot sementara kami terus menuju lokasi di wilayah tambak Dusun Omo untuk beristirahat sekaligus sarapan. Tiba di lokasi kami langsung mencari posisi yang nyaman untuk sarapan sekaligus menunggu Moko dan Cimot. Tak lama berselang mereka sudah muncul dan langsung bergabung.

Medan Ai Loang yang berlumpur
Selesai sarapan dan menarik beberapa batang rokok, kami melanjutkan perjalanan. Belum seratus meter mengayuh pedal tanjakan memutar menuju Ai Loang menghadang. Tanjakan tersebut bukan rintangan buat Cakwesers, hanya Hendri yang setelan rear derailleur sepedanya belum pas mengalami lepas rantai. Setelah melewati tanjakan tersebut kami menemui jalan tanah, becek dan beberapa kubangan lumpur. Perlu ekstra hati-hati untuk melewatinya. Kamipun terus mengayuh pedal, melewati Ai Loang, terus ke arah Seaside Cottage kemudian ke arah perkebunan/ladang milik PT. Ladang Artha Buana. Sepeda kami sudah penuh lumpur yang lengket. Sepertinya ada beban tambahan yang harus kami bawa dengan lumpur yang memenuhi roda, RD, FD dan fork sepeda kami. Roda-rodapun menjadi kehilangan grip (daya cengkeram) akibat lumpur yang mengisi ruang-ruang kosong antara knob pada ban sepeda.
Ngaso sejenak

Medan Tanjung Menangis 
Selepas dari kawasan ladang PT. LABU kami menuju wilayah Tanjung Menangis, lokasi Mercusuar yang dituju. Inilah medan sepeda gunung yang sesungguhnya karena selain tanjakan yang sangat menantang, jalan tanah dan berbatu yang kami lewati juga menawarkan tantangan yang beragam sehingga perlu waspada memilih jalur yang tepat. Tanjakan demi tanjakan terjal kami lewati hingga mencapai pertengahan punggung bukit Tanjung Menangis. Dari situ kemudian kami menurun ke arah Mercusuar. Turunan yang kami hadapi juga curam. Dengan jalan berbatu tampaknya terlalu beresiko untuk tetap mengayuh pedal. Wawan Brimob sudah meluncur di depam setelah menggotong sepedanya turun. Tak lama kemudian kami sampai di lokasi Mercusuar. Kami memarkir sepeda dan melepas lelah di lokasi itu sambil menikmati pemandangan ke arah perairan Pulau Moyo yang spektakuler.
Ketum yang sempat terpeleset di kubangan lumpur
Setelah setengah jam lebih kami beristirahat, kamipun beranjak pulang. Melalui tanjakan terjal berbatu kemudian menuruni turunan curam di kawasan Tanjung Menangis, akhirnya kami sampai di kawasan perkebunan jeruk PT. Ladang Artha Buana. Beberapa kali kami harus melewati kubangan lumpur dan harus ekstra hati-hati karena beberapa dari kami sempat terjerembab jatuh karena terperosok ke bagian yang dalam dari kubangan tersebut. Selepas dari lahan perkebunan tersebut akhirnya kami tiba juga di ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar yang sudah ber-hotmix. Melewati ruas jalan sepanjang tujuh kilometer tersebut kami menuju Kota Sumbawa Besar. Di ujung ruas lingkar utara kami kembali menemui jalan tanah di sepanjang tepi sungai Brangbiji yang merupakan jalan inspeksi yang dibangun oleh BWS Nusa Tenggara I. Kami sempatkan untuk beristirahat sejenak di salah satu warung di tepi jalan inspeksi tersebut. Setelah beberapa jenak beristirahat kami melanjutkan perjalanan dan pulang ke rumah masing-masing. 

Kamis, 11 Februari 2016

SKS Yang Terganjal Cuaca

Mencermati cuaca di awal Februari, sepertinya tingkat kejadian hujan masih akan terus konsisten di Sumbawa Besar. Ini akan menjadi ancaman yang cukup serius bagi jadwal bersepeda Cakwes Family Bike. Kamis sudah menjelang dan jadwal SKS pun menghadang untuk dieksekusi.
Bersepeda kala hujan
Namun sejak pagi, cuaca sudah tidak bersahabat, langit tampak mendung mencekam. Menjelang siang hujanpun turun lumayan deras. Melihat gelagatnya, ntar sorepun bakalan hujan. Bersepeda di kala hujan sebenarnya bukan masalah bagi Cakwesers, ada banyak tips & tricks di internet yang bisa menjadi panduan. Hanya saja, menarik selimut untuk tidur lebih menggoda bagi sebagian Cakwesers ketimbang bersepeda. SKS minggu lalupun hanya dieksekusi oleh 6 orang dan dijabanin dalam kondisi cuaca hujan. Kondisi hujan itulah yang membuat Toni dan Moleq lebih memilih balik kandang dan tidak melanjutkan perjalanan bersepeda ke Jempol. Hanya Rockin, Almos, Ade dan Moko yang menuntaskan rute.
Biking in the rain
Untuk SKS kali ini (11/2/2016) belum ada tanda-tanda Cakwesers akan bersepeda. Di Whatsapp Group hanya Arie300 yang berceloteh tak tentu dari pagi. Menjelang siang baru ada Ketum yang mengajak SKS dan disambut oleh Moko, Rockin, Ade, Sencong dan Kopassus yang baru nongol. 
Di luar hujan yang mengguyur dari pagi belum juga berhenti, meski tadi sempat ada jeda sejenak menjelang siang. Dengan kondisi cuaca seperti itu tampaknya SKS kali ini bakal terganjal. Terutama buat Kopassus dan Sencong karena selokan di depan rumahnya di Bukittinggi pasti meluap dengan volume air hujan yang lumayan melimpah. Demikian pula Moko yang tinggal di Kebayan. Hujan kemaren lumayan membuat ruas jalan kebayan seperti sungai dengan genangan air selutut orang dewasa. Apalagi dengan kondisi curah hujan hari ini yang tak henti dari pagi tadi. Sepertinya agenda gowes terpaksa harus digeser ke hari berikutnya.
Sore pun tiba, dan hujan masih belum berhenti. Hanya Kopassus alias Arya yang menggoda Cakwesers lain untuk bersepeda. Melalui Whatsapp Group ia mengajak Moleq untuk bersepeda hujan-hujanan. Ia mengirim foto Broadway 2.0-nya yang baru minggu kemaren dibersihin setelah enam bulan lewat ngendon di gudang rumahnya. Tapi Moleq tak bergeming untuk ikutan. 'Mending tarik selimut' ujar Moleq. Ketum yang biasanya paling intens juga masih belum bangun dari tidur siangnya waktu Almos mampir pulang kantor untuk melihat progress rencana SKS. So, begitulah, SKS hari ini harus gagal karena hujan yang tak kunjung reda. Semoga besok cuaca cukup bersahabat agar Cakwesers dapat bersepeda kembali.

Rabu, 10 Februari 2016

Legalisasi Komunitas Sepeda, Does It Matter??

Bersepeda adalah salah satu cabang olah raga yang banyak diminati oleh hampir semua kalangan tak peduli tua maupun muda, kaya ataupun miskin, pria maupun wanita. olah raga bersepeda selain easy to do juga menawarkan variasi yang beragam, baik itu fun bike, road bike, mountain bike, freestyle, bike2work dan lain-lain.
Logo Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI)
Sebagai cabang olah raga, bersepeda sebenarnya punya tiga tujuan yang bisa dipilih yaitu: olah raga untuk pendidikan, rekreasi atau prestasi. 
Ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dimana di dalam beberapa pasal ada kewajiban dari Pemerintah maupun Pemerintah Daerah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan sesuai kewenangannya masing-masing. Implementasi dari pembinaan dan pengembangan tersebut disesuaikan dengan ruang lingkup dari olah raga itu sendiri. Olah raga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian dari proses pendidikan di institusi pendidikan khususnya di sekolah-sekolah yang difokuskan untuk olah raga. Sementara olah raga rekreasi dilaksanakan dalam rangka memelihara kesehatan dan kebugaran masyarakat. Ini dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat baik secara individual maupun berkelompok. Sedangkan olah raga prestasi dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang biasanya diselenggarakan melalui induk organisasi cabang olah raga yang dibentuk oleh Undang-Undang yaitu Komite Olah raga Nasional Indonesia (KONI). Untuk kegiatan bersepeda yang merupakan salah satu cabang olah raga diselenggarakan oleh Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI).
Logo Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI)
Mencermati kegiatan bersepeda masyarakat di Kabupaten Sumbawa belakangan ini yang cenderung menguat dengan banyaknya bermunculan klub-klub sepeda, maupun kegiatan bersepeda yang dilakukan secara swadaya dan sporadis, Pemerintah Daerah melalui organisasi pesepeda ISSI patut memberikan apresiasi dengan melaksanakan event-event bersepeda yang resmi sifatnya dalam upaya memancing minat serta mempertahankan animo masyarakat yang sedang berkembang.
Selain itu, dengan maraknya bermunculan klub dan komunitas bersepeda, menimbulkan pertanyaan apakah klub dan komunitas sepeda yang ada legal dari perspektif hukum baik dari aspek organisasional maupun aspek lainnya.  
Secara fundamental Konstitusi kita menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul sebagaimana tertuang dalam Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi 'setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat'. Jadi membentuk klub atau komunitas bersepeda sudah dijamin dalam Konstitusi kita. Sebagai tindak lanjut dari kebebasan berserikat dan berkumpul itu terbitlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dimana diatur di dalamnya jika kebebasan berorganisasi yang merupakan nama lain dari berserikat dan berkumpul itu dapat berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum (Pasal 10). Untuk organisasi berbadan hukum dinyatakan 'terdaftar' jika sudah mendapatkan pengesahan badan hukum oleh Kementerian Hukum dan HAM. Sementara untuk organisasi tidak berbadan hukum baru bisa dinyatakan sah dan legal jika sudah dinyatakan terdaftar oleh Bupati (Pasal 16).
Dari sekian banyak klub dan komunitas sepeda di Kabupaten Sumbawa, hanya ada beberapa gelintir yang sudah memiliki AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) yang merupakan salah satu prasyarat bagi legal-nya organisasi klub atau komunitas bersepeda. Sisanya masih hanya berbentuk perkumpulan / perserikatan / organisasi tanpa bentuk alias OTB jika mengacu kepada terminologi yang digunakan pada zaman Orde Baru.
Anyway, sudahlah, ga usah terlalu dipikirin mau berbadan hukum, tidak berbadan hukum atau apapun itu berkaitan dengan peraturan perundang-undangan, yang penting kegiatan bersepeda kita tidak terganggu ataupun terlarang. Selama kita bisa having fun dengan apa yang kita punya, termasuk komunitas kita, dan tidak mengganggu lingkungan sekitar kita bahkan keberadaan kita justru bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan kita, everything else ain't really matters.

Senin, 08 Februari 2016

Bersepeda di Hari Imlek

Rencana menapak tilas perjalanan bersepeda ke Sampa rupanya harus menemui kendala karena banyak Cakwesers yang berhalangan untuk ikut serta. Dari Karang Jangkring yang menjadi home base Cakwesers Ketum, Almos, Toni, Moleq, termasuk juga Arie300 yang tinggal di Kerato tidak bisa ikut bersepeda karena alasan masing-masing.
Tahun Monyet Api  2016
Namun di Kebayan yang juga home base ke-2 Cakwesers ternyata Rockin, Moko, Ade dan Dhika sudah siap bersepeda di Minggu pagi. Rencananya seh mereka hanya akan bersepeda muter-muter By Pass dan berujung di Jempol. Namun kemudian diam-diam Rockin mengatur siasat untuk mengajak mereka mengeksekusi Sampa yang tentunya akan berat untuk dilalui Ade, lebih-lebih Dhika yang belum pernah bersepeda ke luar kota. Untungnya mereka ketemu dengan rombongan komunitas sepeda SaBic yang sedang menjamu komunitas sepeda Mayung Sekongkang yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat. Jadilah mereka gabung gowes bareng mengikuti rute-nya SaBiC yaitu Sumbawa Besar - Pelat - Semogkat Sampar - Klungkung - Uma Buntar - Pemulung dan finish di Pantai Goa. Rute yang panjangnya lebih dari 40 kilometer ini lumayan berat tapi bagus buat melatih endurance bersepeda terutama buat Ade dan Dhika yang baru bersepeda beberapa kali. Lain halnya buat Moko dan Rockin yang memang hobby melahap rute luar kota. 
Kembali ke agenda bersepeda Cakwesers, mengingat hanya 4 Cakwesers yang bersepeda Minggu pagi, Ketum mengajak Cakwesers yang lain untuk bersepeda pada Senin, 8 Februari, yang merupakan hari libur nasional karena penganut Kong Hu Cu merayakan hari raya Imlek pada hari itu. Tahun 2016 berdasarkan kalender Tionghoa merupakan Tahun Monyet Api, yang menurut mereka yang percaya tahun ini merupakan tahun peruntungan di sektor bisnis yang cukup moncer adalah bisnis hiburan dan restoran. Sementara untuk bisnis di sektor properti disarankan untuk berhati-hati karena tahun ini mendatangkan peruntungan yang kurang baik di sektor tersebut. 
Agende bersepeda Senin pagi merupakan pengganti agenda SMP Cakwesers yang gagal dieksekusi. 'Jangan lupa kostum-nya merah ya' ujar Ketum, 'kan hari Imlek' lanjutnya.
Jadilah kami bersepeda Senin pagi, sekalian ke rumahnya Ade yang desainer-nya CFB untuk nganter bendahara Arie300 nyetor duit dalam rangka memesan kostum yang telah disepakati. Karena semuanya tidak punya agenda lain, jadinya kami bersepeda santai. 'baru kali ini kita melewati tanjakan STM tanpa ngos-ngosan dan tanpa harus ngaso' ujar Almos yang tetap mendampingi Arie300 yang sering kambuh penyakit 'menghilang dari medan persepedaan'. Melewati Lawang Desa perjalanan dilanjutkan menuju rumah Sencong di Bukittinggi yang semalam meminta Arie300 mampir untuk mengambil duit kostum. Kemudian perjalanan diteruskan ke rumahnya Ade di Brangbiji. Sesampai di sana kamipun nongkrong sembari menyeruput kopi yang disajikan tuan rumah. Setelah semua urusan kelar, kamipun beranjak pulang. 
Sore hari Cakwesers ngumpul nongkrong di rumah Almos, ngobrol-ngobrol sampai menjelang magrib. Malam harinya Arie300 datang ke Karang Jangkring untuk mengajak kami mengunjungi Moko si anak hilang yang rumahnya kebanjiran akibat hujan lebat yang tak henti mengguyur kota Sumbawa Besar sejak siang. Sayangnya Moko sedang tidak di tempat ketika kami berkunjung. 'Moko sedang mengungsi karena kebanjiran' ujar tetangganya yang kami temui  di seberang rumahnya, sementara hpnya yang kami hubungi berkali-kali tidak merespon. 'Bisa jadi hanyut terbawa banjir' ujar Arie300.

Kamis, 04 Februari 2016

SKS Awal Februari

Tak terasa, Januari berlalu dan Februari pun menjelang. Kegiatan bersepeda Cakwesers  ditutup dengan Sepedaan Minggu Pagi (SMP) ke Badas kemaren. Dan di awal Februari ini dibuka dengan Sepedaan Kamis Sore (SKS). Sampai dengan H-3 belum ada info tujuan SKS kali ini, karena belum sempat didiskusikan karena kesibukan masing-masing. Ketum sepertinya tidak akan siap karena harus menemani istrinya melahirkan di RSUD. Arie300 tak jelas juga bisa ikut apa nggak. Moleq belum ada bunyi-bunyinya. Demikian Pula Almos, Toni dan Rockin. Hanya kostum bersepeda yang sempat didiskusikan di rumah Rockin pada Senin malam, yang hanya dihadiri Almos, Ade, Moleq. Malam itu sudah diputuskan pilihan warna, desain dan Ade akan memfinalisasinya dengan Corel. Hasil finalisasinya nanti akan di dilontarkan ke Whatsapp Group guna meminta pertimbangan Cakwesers untuk dapat segera dieksekusi.
Rancangan Kostum Modifikasi CFB
Kegiatan bersepeda Februari ini sepertinya akan tetap dalam kondisi cuaca berawan dan hujan seperti juga Januari kemaren. Data statistik menunjukkan curah hujan di Kabupaten Sumbawa cenderung menurun dari tahun ke tahun, meski secara konsisten curah hujan tertinggi selalu pada bulan Januari. Pada tahun 2013 jumlah hari hujan tercatat 104 hari, lebih rendah dari tahun 2012 yang tercatat 127 hari. Pada 2014 jumlah hari hujan tercatat hanya 77 hari dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 17 hari dengan presipitasi 255 mm. Data tahun 2015 dan 2016 belum dapat diakses dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) / Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) BMKG setempat, namun dengan melihat trend-nya, curah hujan pada 2016 ini akan menurun pada pertengahan Februari. Prediksi curah hujan untuk kegiatan SKS 4 Februari ini menurut BMKG NTB diperkirakan akan terjadi hujan ringan. Ini tentunya bukan kendala yang berarti bagi Cakwesers. Ketum yang istrinya baru melahirkan anak ke-2-nya aja pada H-2 menjelang SKS sudah menyatakan siap untuk ikut.
Pada H-1, Ade meng-upload desain jersey sepeda yang sudah difinalisasi. Overall, Cakwesers menerima desain tersebut dan langsung memesan sesuai size masing-masing. Masih kurang jelas juga berapa hari atau minggu jersey itu bisa ready. Karena tanpa jersey group agenda bersepeda ke Bendungan Mamak, bendungan terbesar ke-2 di Kabupaten Sumbawa belum bisa direalisasikan, karena itu syarat yang diminta Toni sebagai tuan rumah di sana nantinya.
Actual Route SKS #1 Februari
Pagi menjelang siang pada hari H, Ketum yang biasanya sudah berkicau di Whatsapp Group Cakwesers belum ada bunyi-bunyinya. Sepertinya Ketum belum bisa meninggalkan RSUD hari ini. Let see ntar siangan lah. Siang menjelang sore Whatsapp Group Cakwesers mulai rame. Disepakati meeting point untuk SKS di Taman Mangga. Ide ngumpul di rumah Almos ditolak halus karena jalan masuk ke Karang Jangkring sedang becek dan berlumpur akibat adanya pemilik lahan yang mengisi tanah urugan ke lahannya menggunakan dump truck. Lalu lalang dump truck yang ratusan kali mengakibatkan jalan yang sudah becek karena tingginya intensitas hujan menjadi rusak dan berlumpur. Dengan pertimbangan agar sepeda Cakweser tidak kotor dan berlumpur Almos mengusulkan di Taman Mangga aja lokasi meeting point-nya, toh rute SKS ga terlalu jauh dan hanya di seputaran kota Sumbawa Besar.
Meeting Point SKS#1 Februari

Pukul 16.00 WITA, Almos sudah prepare, Moleq dan Toni juga di Karang Jangkring. Rockin dan Moko sudah berkicau di Whatsapp minta ketemu di Taman Mangga pada 16.30 WITA. Mendadak hujan turun, lumayan deras. Sempat acara sepedaan mau dibatalkan. Untung hujannya hanya sebentar. Begitu reda Almos, Moleq dan Toni berangkat menuju Taman Mangga. Rupanya di sana Rockin, Moko dan Ade sudah menunggu. Ada Ketum juga, hanya saja kali ini ia pake motor, karena cuman bermaksud mampir melihat Cakwesers SKS.
Setelah lengkap, meski Dika dan Hendri berhalangan ikut. Demikian juga Arie300 si maskot Cakwes Family Bike, kamipun mulai mengayuh pedal ke arah Selatan Kota Sumbawa Besar. Menyusuri Jalan Diponegoro, kemudian Jalan Setiabudi, lalu mendaki ke arah Lawang Desa.
Ngaso sebentar di Lawang Desa
Tanjakannya tidak terlalu terjal hanya saja cukup panjang dan lumayan melelahkan. Tanjakan pertama dari depan RUPBASAN (Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara) sampai dengan depan pabrik pengolah minyak jarak milik PT. Biogreenland saja sudah 1,8 kilometer. selanjutnya melandai dan kemudian tanjakan menuju Lawang Desa kurang lebih 300 meter. Tanjakan ini sudah kami taklukkan setahun yang lalu, kali inipun meski dengan sedikit ngos-ngosan sampai juga ke Lawang Desa. Yang pertama, seperti biasa, Rockin sudah sampai duluan, kemudian Almos, Moko, Ade, baru kemudian Moleq dan Toni. Kami berhenti sejenak di Lawang Desa untuk minum dan ngerokok. Mendadak hujan turun lagi. 10 menit beristirahat perjalanan kemudian berlanjut, menuruni ruas By Pass depan STM yang lumayan curam membuat kami mesti berhati-hati karena selain jalan yang licin hujannyapun lumayan deras sehingga pandangan ke depan terhalangi. Menyusuri By Pass kami sampai di Simpang Sering, hujanpun reda dan tanpa dikomando Toni dan Moleq berbelok ke kanan, pulang duluan. Akhirnya hanya kami berempat Rockin, Almos, Ade dan Moko yang melanjutkan ke Jempol, tempat kami biasa beristirahat pada saat SKS. 

Nongkrong di Jempol
Sampai di Jempol kami memarkir sepeda dan memesan teh panas, kopi dan sejenisnya untuk menemani kami nongkrong. Tak lama kemudian hujan turun lagi. Kamipun tak bergeming karena pakaian dan sepatu sudah kadung basah. Menjelang magrib, begitu hujan mereda kamipun beranjak pulang. Menyusuri Jalan Garuda menuju rumah masing-masing. Setiba di Bundaran GSC (Garuda Sernu Cenderawasih) Ade berbelok ke Cenderawasih, sementara Rockin, Almos dan Moko terus mengayuh sepeda mengejar waktu magrib yang pendek. Setiba di ujung Jembatan Brangbiji Almos berbelok ke kanan di ruas Kerato - Hijrah menuju Karang Jangkring, sementara Rockin dan Moko yang rumahnya berdekatan terus mengayuh sepeda lurus menuju Kebayan. Magrib itu hujan turun lagi, gerimis, dan SKS di awal Februari ini ditutup dengan gemericik air hujan menerpa bumi.