Minggu, 25 Oktober 2015

Rute Sepedaan Minggu Pagi

Pasca bersepeda kamis sore yang lalu, Cakwesers kembali merencanakan bersepeda Minggu Pagi di 25/10/2015 namun lagi-lagi semakin ke akhir tahun, setiap weekend ada aja acara dan undangan yang oleh sebagian Cakwesers harus dipenuhi. Moko dengan acara sunatan di tetangganya, Moleq yang harus mengantar siswa PKL-nya ke Mataram, Sencong yang sibuk dengan proyek barunya beternak ayam sehingga tak pernah lagi Cakwesers bersepeda dengan lengkap. 
Rencana rute Sepedaan Minggu Pagi

Sabtu malam di rumah Almos, Cakweser ngumpul-ngumpul membicarakan rute keesokan harinya yang akan dieksekusi, sekalian nyambangin Almos yang sempat kumat vertigo-nya sepulang dari acara Hackathon Merdeka 2.0 di Telkom. Nggak terlalu parah seh cuman membuatnya tak bisa keluar berkendara. Semoga saja besok pagi sudah okay dan bersepeda bersama. Rute yang disepakati adalah rute melewati jalur SKS kemaren, cuman dengan sedikit modifikasi yaitu tembus ke ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar. Beberapa waktu yang lalu, ruas ini masih berupa jalan tanah dan kerikil (gravel) namun pada Kamis Sore kemaren tampak sudah beraspal mulus sehingga Cakwesers penasaran pengen tau sudah sejauh mana hotmix jalan tersebut, apakah sudah sampai ruas Lingkar Utara Sumbawa Besar atau hanya sebagian ruas itu yang sudah mulus.
Minggu pagi, alarm Almos berbunyi pukul 05.15 WITA. Almos langsung bangun, sholat subuh dan prepare untuk bersepeda. Tak lama kemudian Ketum muncul, lalu kemudian Arie300. Wawan yang semalam sudah commit sepertinya batal ikut karena belum juga muncul. Demikian juga Moleq, yang hari itu banyak sekali acara yang tak bisa ditinggal. Rockin di Kebayan sudah bilang ready di whatsapp. Setelah pukul 06.30 WITA lewat akhirnya Almos, Ketum dan Arie300 bertiga mengayuh pedal menuju Kebayan. Dari Kebayan kami berempat melanjutkan perjalanan menuju Kelapis, ke arah ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar. Jika pada SKS kita berbelok ke kiri, kali ini kami mengambil rute ke kanan. Rute ini terasa asing bagi Cakwesers karena sebagian besar belum pernah melaluinya.
Ruas Kelapis - Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar
Almos yang beberapa kali lewat sini menggunakan kendaraan beroda empat dalam rangka memantau ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar juga merasa sedikit asing karena ruas ini baru dihotmix. Angin sepoi-sepoi di pagi yang cerah itu terasa sejuk menerpa wajah kami. Kami mengayuh pedal dengan santai. Sesekali kami berhenti sejenak untuk beristirahat untuk mengambil gambar. Arie300 tampak bersemangat, beberapa kali dia tampak ngebut di depan kami sambil melakukan skidding alias melakukan pengereman keras dengan rem belakang sambil membiarkan ban belakang sliding.
Almos sedang mencoba 'bunny hopping'
Rockin dan Almos juga sesekali action dengan melakukan bunny hopping yaitu mengangkat kedua ban sepeda di udara. Sambil menikmati pemandangan di sisi kiri dan kanan ruas jalan tersebut kami terus mengayuh sepeda ke arah ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar. Tampak di hadapan kami lahan-lahan yang sudah bersih dan dibuatkan kavlingan oleh pemiliknya untuk dijual. Tak lama lagi kawasan ini akan ramai dengan bangunan-bangunan baik perumahan maupun yang lain-lain pikir kami. Tinggal infrastruktur listrik dan air bersih yang perlu di alirkan jika kawasan ini hendak berkembang. Sambil terus mengayuh pedal akhirnya kami sampai ke tanjakan yang cukup panjang dan terjal.
Berlomba ke puncak tanjakan
"Jangan sampai ada yang turun dari sepeda" seru Almos. Rockin yang selalu terdepan ibarat Pedrosa di MotoGP langsung menambah intensitas kayuhan sepedanya. Kemudian disusul Almos, Ketum dan seperti biasa Arie300. Rockin dan Almos tiba di puncak tanjakan dengan nafas tersengal. Lalu kemudian menyusul Ketum dan Arie300. Di puncak tanjakan kami beristirahat sejenak sambil minum air dari botol perbekalan di sepeda. Ternyata puncak tanjakan ini adalah akhir dari hotmix untuk seterusnya tampak di depan kami ruas jalan yang masih berupa perkerasan dan belum dihotmix.

Setelah beberapa jenak kami melanjutkan perjalanan. Dari puncak tanjakan ini perjalanan kami relatif mudah karena medannya menurun, hanya saja kami harus extra hati-hati karena medannya gravel dan sebagian lagi masih jalan tanah yang berdebu. Jalan terus menurun hingga kami akhirnya sampai ke percabangan jalan Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar. Ke kanan mengarah ke Ai Loang dan ke kiri kembali ke Kota Sumbawa Besar. Kami sepakat untuk kembali karena banyak agenda acara yang harus dipenuhi. Tak lama kemudian kami tiba di ujung aspal ruas Lingkar Utara Kota Sumbawa Besar.
Jembatan Teluk Duku Brangbiji
Kami mengikuti jalan tanah menuju turunan yang mengarah ke Sungai Brangbiji. Setibanya di tepian Sungai Brangbiji kami berhenti sebentar untuk melihat pekerjaan konstruksi jembatan samota yang bakal menjadi jembatan fenomenal di kabupaten ini. Untuk tahun ini saja anggaran untuk konstruksi Tahap I pagu anggarannya mencapai 63 Milyar lebih. Setelah mengambil gambar kami melanjutkan perjalanan pulang. Melalui jalan inspeksi kami mengayuh pedal melewati jembatan Teluk Duku yang masih berupa konstruksi kayu, untuk kemudian menyusuri jalan inspeksi tersebut dan keluar di belakang Puskesmas Brangbiji. Kemudian, melalui jalan Cenderawasih kami menuju ke Taman Mangga. Di sini kami berpisah dengan Rockin dan kembali ke rumah masing-masing.

Jumat, 23 Oktober 2015

Rute Baru SKS

Seperti yang sudah disepakati malam sebelumnya, kamis sore 22 Oktober, Cakweser akan bersepeda bersama karena sudah menjadi jadwal wajib. Siang menjelang sore group whatsapp Cakweser sudah mulai ramai.
Ketum mulai ngecek siapa aja yang bisa ikut. Rockin di Kebayan sudah Okay, Moko juga. Moleq dan Arie300 nggak ada kabarnya. Almos masih belum memutuskan untuk ikut apa nggak. Menjelang jam 16.00 WITA Moko sudah ready di Kebayan, via whatsapp dia mengkonfirmasi kesiapannya bersepeda. Rockin dan Ketum juga sudah prepare sementara Almos masih di kantor. Jam 16.30 Almos pulang dan langsung mampir di rumah Ketum untuk melihat kesiapan Cakwesers. Ternyata Ketum dan Moleq sudah ready, sementara Arie300 on the way ujar Moleq. Almos langsung pulang untuk memarkir kendaraan dan prepare untuk bersepeda. Pukul 16.45 WITA Ketum, Almos, Moleq dan Arie300 meninggalkan markas menuju kebayan, tempat Rockin dan Moko berkumpul. Setibanya di Kebayan pukul 16.55 WITA Rockin dan Moko sudah tidak tampak batang hidungnya. Ternyata, setelah dihubungan via handphone mereka bilang kalo mereka capek menunggu dan menyusul ke Markas, oalahhhh.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke Jempol, namun rutenya kali ini melewati Kebayan ke arah simpangan SMPN 4 Sumbawa Besar, melewati ruas jalan non-status yang baru dihotmix menggunakan dana DAK Transdes kami menuju Jalan Cenderawasih. Kami mengayuh pedal kadang menanjak dan menurun melibas ruas jalan berhotmix yang mulus itu. Rupanya Arie300 ketinggalan jauh di belakang. Akhirnya kami sepakat untuk ketemu di Jempol aja, demikian juga dengan Rockin dan Moko. Setibanya di Jempol kami beristirahat dan nongkrong di tempat biasa sambil memesang coffee shake dan air mineral.

Senja di muara kali

Cakweser sedang bercengkrama

Tak lama kemudian tampak Rockin, kemudian Moko, lalu disusul Arie300 bergabung bersama kami. Setelah ngobrol-ngobrol sambil menikmati pemandangan kami akhirnya kembali mengambil sepeda untuk pulang karena hari sudah menjelang magrib.

Rabu, 21 Oktober 2015

Sisi Gelap Eh, Unik, Arie300

Para personil Cakwes Family Bike adalah pribadi-pribadi yang unik. Bagaimana tidak, masing-masing punya karakter yang khas yang membedakan antara satu dengan yang lain. Arie300 si pemikir, Ketum yang humoris, Moleq yang aktor watak, Almos yang serius, Rockin yang ustadz, dan Sencong yang pendiam serta Kopassus yang omnivor. (sorry kopassus, karena loe protes jadinya weblog ini mesti diedit ulang, :-)) Pendatang baru si Moko juga cukup unik, bahkan terlampau unik untuk diperbincangkan :-).
Dari semua personil CFB yang unik ini, Arie300 adalah yang paling unik. Pegiat bisnis warnet ini punya segudang gagasan untuk bikin hidup lebih hidup (Star Mild kaleee). Perjalanan kewirausahaannya terbilang complicated kalo nggak bisa dibilang ruwet. Pada awal kariernya sebagai wirausahawan muda ia menjalani dunia usaha secara serabutan, menjadi tenaga honorer di salah satu instansi pemerintah pun pernah dilakoninya. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Sekarang ia sudah settled dengan bisnis warnet dan waroengnya. Di warung inilah Cakwesers biasa nongkrong. Jualannya macam-macam: dari tahu isi, nasi kuning, mie rambo, kopi segala jenis hingga teh tarik. Selain Cakwesers, beberapa anggota komunitas sepeda lain seperti SaBiC juga sering nongkrong di sini. Yang menarik tentunya karena keramahan pemiliknya, menu makanannya yang relatif bervariasi, enak dan murah, juga yang paling asyik adalah akses internet gratis dengan bandwidth 10 Mbps berkoneksi fiber optic dengan teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON). Jadi kalo anda PNS dan sedang kesulitan untuk meng-update data PUPNS anda, disarankan ke sini sambil bawa laptop. Pesan aja white coffee trus nongkrong aja maen internet, update data PUPNS anda dengan koneksi yang cepat, waktunya terserah anda, dari pagi sampai malampun Arie300 ga bakal complain.
Kembali ke sosok Arie300 yang unik, rekan-rekan sesama Cakweser menjuluki dia SeloMan, karena suka berkelit di masa sulit. Maksudnya, apapun yang disanggupin Arie300 perlu dilakukan verifikasi ulang sebelum hari H dan jam J-nya. Ini adalah simpulan yang diambil berdasarkan pengalaman selama bergaul dengan Arie300 terutama berkaitan dengan kegiatan bersepeda saban Minggu Pagi dan Kamis Sore. Selama bersepeda Arie300 adalah yang paling sering bolos jadwal wajib. Saking seringnya, sampai ada tanda di frame sepeda Cozmic-nya yang dicoret Rockin untuk tiap kali dia absen bersepeda. Anehnya, giliran di luar jadwal wajib kadang ia suka bersepeda sendiri, mencari rute baru sendiri dan menggagas agenda bersepeda ke rute baru yang sudah disurvey-nya.
Selain suka bolos bersepeda Arie300 juga suka bikin heboh. Belum selesai weblog ini diketik ia sudah mengirim pesan di group whatsapp minta tolong semua Cakweser datang ke Sonic Net karena ada masalah. Masalah apa pula si Arie neh!
Ternyata setelah Ketum, Almos dan Moleq ke Sonic Net, permasalahannya seperti yang diduga: jaringan internetnya yang lemot. Memang nggak make sense banget dengan 2 (dua) line fiber optic @ 10 Mbps dengan cuman 16 client akses internet Sonic bisa lemot. Perlu diagnosis mendalam terkait hardware dan software perangkat-perangkat komputer di Sonic Net biar ketahuan apa sebenarnya yang menjadi biang ke-lemot-an akses internetnya. Untuk itu Rockin dan Sencong mesti turun tangan, tapi tentunya mereka bakal bilang wani piro mengingat keduanya juga masing-masing punya warnet yang mesti diurusin. Almos yang dulunya juga pernah nanganin warnet sudah nggak terlali mood buat ngutak-atik komputer lagi, "jaman itu sudah lewat" ujarnya.
Jadinya setelah diskusi terkait jaringan internet dengan Almos, dengan beberapa opsi penanganan, Arie300 kembali ngajak ngobrol ke topik yang lebih menarik, urusan cewek, Jadilah kongkow-kongkow berempat Cakwesers sambil ngobrol ngalor ngidul ditemani white coffee dan pisang crispy hingga menjelang pukul 24.00 WITA. Dalam kesempatan tersebut Ketum mengingatkan kalo besok jadwal wajib SKS (Sepedaan Kamis Sore). Rutenya ke arah kebayan karena dia ingin melihat ruas-ruas jalan yang sering di lalui dengan bersepeda itu ternyata sudah dihotmix. Jadi sepakatlah Kamis Sore untuk sepedaan bareng. Semoga saja Cakweser yang lain juga ikut serta.

Minggu, 18 Oktober 2015

Minggu Sendu Cakwesers

Tiga minggu belakangan ini, Cakwesers seperti kehilangan gairah. Kegiatan bersepeda meski masih tetap berjalan namun tidak lagi semeriah dulu. Satu demi satu Cakwesers semakin sering bolos pada jadwal wajib. Ada yang alasannya berhalangan, tapi berhalangannya kok berkali-kali. Ada yang memang karena sibuk di kantor, tapi kok ya sibuk mulu, masa' seh ga ada jeda buat beristirahat atau bersepeda bersama. Minggu ke-3 bulan Oktober ini sepertinya merupakan titik nadir bagi Cakwesers karena sepertinya bakal makin sedikit yang ikut bersepeda minggu pagi. Ketum, yang tampaknya tak pernah pudar semangatnya untuk bersepeda sudah bangun pagi dan prepare untuk bersepeda. Setelah siap ia pergi ke rumah sebelah untuk membangunkan Almos yang sudah menyatakan ikut serta pada malam sebelumnya. Sementara Arie300 mengabarkan tak bisa ikut melalui group whatsapp Cakwesers karena mesti mengantar kepulangan mertuanya ke Lunyuk. Moleq handphone-nya sudah off dari semalam, karena dua hari ini dia sibuk syuting untuk film iklan layanan masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Leseng, Kecamatan Moyo Hulu. Sementara itu, Rockin yang biasanya getol bersepeda minggu pagi kali ini tak bisa ikut serta karena harus ke Dompu bersama rekannya untuk urusan bisnis. Toni dan Wawan yang semula hanya bermaksud jalan-jalan pagi akhirnya prepare juga buat bersepeda karena diajak Ketum. Akhirnya jadilah bersepeda berempat saja, dengan tujuan Pelabuhan Badas, rute biasa untuk akhir pekan yang sibuk.
Seperti minggu-minggu sebelumnya, bersepeda tujuan Badas dimulai dari markas melewati jalan Sultan Kaharuddin menuju ByPass. Dari ByPass berbelok ke kanan mengarah ke Simpang Karaci, pertigaan yang merupakan pintu masuk Kota Sumbawa Besar. Kemudian melewati Terminal Sumer Payung, Rumah Makan Goa, menanjak melewati Depot Pertamina Badas untuk kemudian menurun melewati Taman Makam Pahlawan. Setibanya di tikungan Laguna Biru Hotel, Almos berinisiatif berbalik arah karena di depan sana merupakan lokasi yang tidak menyenangkan bagi pesepeda untuk melewatinya karena bau yang menyengat dan bikin nafas sesak karena aroma sampah yang dibuang sembarangan di sepanjang tepian jalan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ketum, Toni dan Wawanpun setuju untuk memutar arah menuju Jembatan Polak, di Muara Kali Labuhan Sumbawavyang lebih sering disingkat jempol sama anak-anak muda ABG yang sering nongkrong di sana. Setelah 20 menit mengayuh pedal akhirnya kami tiba di tempat kami biasa beristirahat. Masing-masing mengambil posisi duduk yang enak dan memesan minum di Kios langganan kami. Sambil ngobrol santai kami menikmati aroma laut dan suasana pantai yang masih fresh di pagi hari. Selagi asyik ngobrol tampak seseorang pesepeda mendekat dan menyapa kami. Dari tampangnya sepertinya dia tak asing buat kami, tapi hari itu kami pangling. Ahhh, ternyata si Moko, salah satu sohib 'haram' Cakwesers yang pada waktu Festival Moyo 2015 kemaren serombongan bersama Cakwes. Dibilang sohib 'haram' karena persahabatan dengan si Moko ini terjadi secara dadakan pas di Festival Moyo. Ia mendaftar sebagai perseorangan padahal sebelumnya menurut Arie300 dia hendak gabung Cakwesers pada saat pendaftaran Fesmo. Tapi yang lalu biarlah berlalu, karena si anak hilang itu akhirnya muncul juga minggu pagi ini nongkrong bersama Cakwesers. Setelah beberapa jenak ngobrol bareng dan bikin janji untuk bersepeda bersama lagi akhirnya kita kembali pulang ke rumah masing-masing.
Menjelang siang, Almos sudah prepare mau ke Bukittinggi untuk nonton bareng MotoGP bersama Ketum, Arie300 dan Sencong, mengingat hari itu ada jadwal pemadaman listrik bergilir di beberapa wilayah di seputaran kota Sumbawa Besar. Hanya rumah Sencong yang tidak kena pemadaman hari minggu itu, jadinya kami sepakat untuk nobar di sana. Sejenak Almos ngecek group whatsapp Cakwesers, ternyata si Moko sudah online di-add sama Arie300. Sebagai salam perkenalan Ketum menyambut dengan foto cewek sexy yang sedang mengucapkan welcome. Ternyata kadar kemesuman si Moko beda beda-beda tipislah dengan Cakwesers, Sexy yang tak vulgar, dalam artian seni fotografinya masih lebih dominan ketimbang aspek syahwat-nya. Menjelang jam 1 siang MotoGP dimulai. Ketum yang paling menjagokan Valentino Rossi sudah tampak tegang sepanjang jalannya balapan. Setelah balapan usai dengan Marques sebagai juara dan Rossi di posisi ke-4, Ketum tampak menjadi tak bersemangat karena jagoannya tidak tampil maksimal hari itu. Tapi masih ada 2 kesempatan lagi buat Rossi untuk bisa menjadi juara dunia yaitu di Malaysia dan Spanyol. Cakwesers berharap di sisa dua balapan ke depan jagoannya Ketum itu bisa tampil all out untuk mengantongi gelar ke-10 juara MotoGP.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Segudang Ide Cakwesers

Berbicara ide, Cakweser sepertinya tak pernah merasa kekurangan, karena saban pertemuan baik yang direncanakan maupun dadakan, ada saja lontaran ide. Ide-ide yang dilontarkan tidak melulu berkaitan dengan sepeda atau kegiatan bersepeda namun juga hal-hal lain berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Cakwesers. Di antara segudang ide tersebut ada yang sudah direalisasikan namun masih banyak yang masih menjadi wacana. Ide Cakweser tersebut antara lain:
  1. Cakweser Berhati Nyaman, ide liburan bersama ke Jogja di tahun 2017;
  2. Bakti Sosial Bersepeda; bersepeda sambil bakti sosial ke desa;
  3. Arisan Sepeda; 
  4. Cakweser Go Green; 
  5. Cakweser Kepedesan; makan mie rambo di rumahnya arie300 saban minggu;
  6. NFS (New Frontier Seeking), mencari dan mengeksekusi rute baru bersepeda yang belum pernah dilalui;
  7. dan masih banyak lagi....
Arie300 adalah penyumbang ide terbanyak, mengingat dia adalah seorang 'great thingker' alias 'paling banyak mikir' kalo merujuk pada hasil personality test yang dilontarkan Rockin beberapa waktu lalu melalui whatsapp group Cakweser.

Ide Cakweser Berhati Nyaman, sejatinya adalah ide Rockin untuk mengajak liburan bareng semua Cakweser ke Jogja, Kota di pulau jawa tempat ia kuliah dulu yang mempunyai motto Jogja Berhati Nyaman. Rockin adalah tipikal cowok adventurer yang suka berkendara jauh. Bayangin aja Sumbawa Besar - Palembang / Palembang - Sumbawa Besar yang berjarak lebih dari 2.000 kilometer sudah beberapa kali dilakoninya dengan nyetir sendiri. Ide ini tentunya butuh persiapan matang baik persiapan dana, waktu, stamina, dan lain-lain kecuali sepeda karena ide ini ga ada hubungannya dengan kegiatan bersepeda Cakweser.

Adapun Ide Bakti Sosial Bersepeda, yang dilontarkan Almos, adalah kegiatan bersepeda sambil mengadakan bakti sosial. Kegiatanyanya bisa macam-macam tergantung kebutuhan, baik itu bagi sembako, berbagi buku bekas ataupun baru, penghijauan, dan lain sebagainya. Ide ini muncul, karena menurut Almos,  setiap kegiatan selain bermanfaat untuk diri sendiri akan lebih baik kalo sekiranya ada juga manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Sampai saat ini ide ini masih wacana, karena butuh komitmen bersama dan mungkin skalanya bisa diperluas dengan bergabung secara bersama-sama dengan komunitas sepeda lain apakah itu SaBiC, UCC, dan lain-lain untuk secara bersama-sama mengadakan event bakti sosial di mana saja yang sekiranya masyarakat setempat membutuhkannya.

Yang menarik adalah ide Cakweser Go Green, karena malamnya dilontarkan besoknya langsung dieksekusi. Ide brilian tersebut adalah memanfaatkan sepetak halaman kosong di belakang rumah Ketum seluas kurang lebih 2 are untuk menanam sayuran. Masing-masing Cakweser akan mempersiapkan bedengannya untuk bertanam sayuran. Ini dikompetisikan, mana Cakweser yang rajin tentunya tanamannya akan sehat, subur dan cepat dipanen. Sementara yang pemalas akan sebaliknya. Rencana awalnya seh, Arie300 yang akan mempersiapkan bedengan, Moleq menyiapkan bibit, semua Cakweser akan menanam bibit tersebut, lalu ketum yang akan menyirami tanaman tersebut setiap hari sampai masa panen. Namun, Arie300 protes karena merasa bagiannya yang paling berat. "dipikir gampang nyangkul bikin bedengan?? mending gw bayar orang sumba" ujarnya.

Dan, sampai tulisan ini naek online, baru ada dua bedengan hasil karya Arie300 dan Moleq sepanjang 1,5 meter dengan lebar 30 cm di halaman belakang rumah ketum. Belum ada kelanjutanya mengingat semak-semak dan rerumputannya masih tampak tinggi dan perlu dibersihkan terlebih dahulu. Semoga ide ini tetap bisa berlanjut dan tidak kembali menjadi wacana.

Minggu, 04 Oktober 2015

Antara Cakwes dan SABIC

Minggu pagi, 4 Oktober 2015, seperti juga Minggu Minggu sebelumnya, Cakweser mengagendakan bersepeda. Seperti biasa juga, tidak semua Cakweser bisa ikut. Sencong Al Sahab yang tidur terlalu larut nggak bisa bangun pagi kata Tina istrinya saat ditelpon Almos. Rockin juga harus absen karena sedang diinfus, gara-gara keracunan makanan di Taman Mangga pas nongkrong hari Sabtu sore. Moleq yang biasanya ikut kali ini juga harus mangkir karena ada acara kawinan sohibnya di Lopok. Jadilah Ketum, Almos dan Arie300 yang tetap bersepeda. Toni yang dipikir juga bakal absen ternyata muncul. Ada juga Wawan, personil Brimob yang tetangga Toni ikutan karena diajak Ketum pas datang ke markas pagi-pagi. Akhirnya setelah semuanya siap, termasuk Arie300 yang kali ini terpaksa menggunakan sepedanya Odi, salah satu Cakweser Junior, karena sepeda Cozmic-nya sedang berhalangan, perjalananpun dimulai. Karena tidak ada rute yang disepakati sebelumnya akhirnya Badas menjadi destinasi andalan. Selain tidak terlalu dekat, juga tak terlalu jauh, pas lah untuk menghangatkan badan Minggu pagi. Perjalanan kami seperti biasa, melewati jalan Sultan Kaharuddin, menuju ruas ByPass. Kami mengayuh pedal menyusuri ByPass menuju Badas. Berhubung  Arie300 belum terbiasa dengan sepeda yang menggunakan revoshifter ia tampak kesulitan, sehingga kami harus menyesuaikan speed agar dia tak ketinggalan jauh di belakang. Biasalah, bagaimanapun, soliditas Cakwes perlu tetap dijaga.
Cakweser di tikungan...
Mendekati Simpang Karaci tampak beberapa pesepeda di depan kami, tampak menuju Badas juga. Kami tetap mengayuh pedal dengan santai, sambil menikmati pemandangan di kiri dan kanan jalan sambil selalu awas dengan pengendara motor dan kendaraan beroda empat.
Nongkrong bareng SABIC
Setibanya di pertigaan Badas, pesepeda di depan kami ternyata adalah Mas Yudi, ketua komunitas sepeda SABIC (SamawaRea Bike Community) dan Pak Dokter Radi, yang bertugas di Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir, atau lebih dikenal dengan Rumah Sakit Rujukan. Kamipun berhenti sebentar dan ngobrol-ngobrol. Karena mereka mau masuk ke area pelabuhan sementara kami mau langsung balik ke kota, akhirnya kamipun say goodbye dengan mereka. Perjalanan kemudian kami lanjutkan menuju tempat kami biasa beristirahat, Muara Kali Labuhan Sumbawa. Sesampai di Muara Kali, kami langsung parkir di depan kios langganan kami dan memesan minuman. Coffee Shake untuk Almos, Susu Wedang Jahe untuk Toni dan Wawan, sementara Ketum dan Arie300 lebih memilih Air Mineral. Setelah beberapa jenak kami beristirahat, tampak Mas Yudi SABIC dan Dokter Radi dari arah Jembatan Polak. Begitu melihat kami, mereka berdua ikut bergabung nongkrong sembari melepas penat. Setelah ngobrol-ngobrol, tak lama kemudian Mas Yudi mengajak kami mampir ke rumah Mas Teddy, anggota SABIC yang sempat ketemu Cakwes minggu lalu di Muara Kali ini juga. Rupanya melalui Whatsapp group Mas Teddy memonitor kalo kami sedang nongkrong di Muara Kali, sehingga dia mengirim pesan ke Mas Yudi untuk mampir. Rumahnya kebetulan dekat dengan tempat kami nongkrong, akhirnya kami mengambil sepeda menuju ke sana. 
Dokter Radi & Mas Teddy
Cakweser lagi nongkrong












Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dan sharing pengalaman kami pamit ke Mas Yudi, Mas Teddy dan Dokter Radi karena temen-temen Cakwes ada keperluan lain mengingat waktu sudah beranjak siang. Menyusuri ruas jalan Garuda Sumbawa Besar kami pulang ke rumah masing-masing untuk melanjutkan hari Minggu yang menyenangkan.


Jumat, 02 Oktober 2015

SKS 2 BADAS

Tak terasa,  tahun 2015 sudah mendekati penghujung. Bulan Oktober menjelang sehingga sisa 3 bulan lagi kita sudah di ambang tahun 2016. Hari Kamis ini jatuh pada tanggal 1 Oktober 2015. Dan, seperti biasa, Cakwes Family Bike tetap bersepeda. SKS to Badas temanya kali ini. Iya, Sepedaan Kamis Sore menuju Badas, trus balik menuju muara kali untuk beristirahat sebentar lalu kemudian pulang. SKS merupakan agenda rutin Cakweser. Namun, kali ini hanya Ketum, Almos, Moleq dan Rockin yang berkesempatan ikut, karena yang lain kondisinya sedang tidak fit dan sebagian ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan.
Rute SKS 1 Oktober
Seperti biasa, kamis pagi, melalui whatsapp group Cakweser saling berkirim pesan terkait kesiapan SKS. Ketum yang belakangan ini sedang mood bersepeda paling aktif mengirim pesan-pesan lucu dan foto cewek sexy menggoda Moleq si Rambo dan Arie300. Dia lupa kalo dalam forum whatsapp ada juga Cakweser Junior, odi dan abang rifqo. Karena keseringan mengirim foto-foto cewek sexy melalui whatsapp group dengan terpaksa admin me-remove keberadaan Cakweser Junior dari group whatsapp dengan pertimbangan usia dan kelayakan menyaksikan 'lelucon Tuhan yang paling menyakitkan' itu.
Arie300 yang semalam disambangin karena sakit rupanya belum pulih seratus persen kondisinya, sehingga dia menyatakan belum siap untuk ikut SKS. Sencong Al Sahab makin ke ujung semakin jarang bisa ikut karena banyak kesibukan, sehingga si biru pun jadi terbengkalai tak sempat dimaintain agar performanya tetap konsisten manakala dibutuhkan.
Kamis sore, mendekati jam 16.00 WITA, Almos sudah siap-siap untuk pulang kantor. Sesampai di rumah langsung ganti kostum, sholat, dan prepare kelengkapan bersepeda. Tak lama kemudian ada bunyi kring kring di depan pagar halaman depan. Rupanya si Moleq datang. Dia langsung periksa tekanan ban sepedanya, dan pinjam pompa untuk nambah angin. Ketum, sepertinya juga sedang bersiap-siap di rumah sebelah. Rockin, melalui whatsapp sudah ngabarin kalo ntar ketemu di Sumer Payung aja karena dia langsung start dari Kebayan. Jam 16.22 WITA perjalanan di mulai. Melalui ruas jalan Sultan Kaharuddin yang sedang dalam tahap peningkatan, kami mengayuh pedal ke arah Sering untuk kemudian mengambil rute ByPass menuju Badas. Sekitar 18 menit kemudian kami sampai di Simpang Karaci, 2 menit lebih lama dari catatan waktu Almos minggu lalu. Kami tidak berhenti seperti biasanya karena mau melatih fisik mengayuh pedal non-stop sampai Badas. Melewati Sumer Payung, kami meneruskan perjalanan, karena Rockin rupanya belum sampai. "Ntar ketemu di Badas aja" ujar Moleq. Kayuhan pedal pun tetap konsisten menuju Badas. Pantai Goa terlewati, demikian pula Depot Pertamina Badas, tempat kami biasa mengaso. Tak lama kemudian tanjakan terakhir sebelum Badas sudah menghadang. Namun, karena sudah terbiasa melibas tanjakan STM, tanjakan Badas menjadi menjadi semakin gampang ditaklukkan. Sesampai di pertigaan menuju ke area pelabuhan, kami memutar kembali ke arah kota Sumbawa Besar, tujuannya ke Muara Kali Labuhan Sumbawa tempat kami biasa beristirahat. Namun begitu berbalik arah, tampak Rockin di ujung tanjakan, akhirnya kami menunggu dia di atas. Sesampai di puncak tanjakan Rockin bersama kami menarik nafas sejenak sambil minum dari botol minuman di sepeda, sekalian foto-foto. Setelah itu kami kembali mengayuh pedal menuju Muara Kali. Setiba di depan Terminal Sumer Payung dari arah berlawanan tampak teman-teman komunitas bersepeda SABIC sedang gowes sore menuju Badas. Tak lama kemudian kami sampai di Muara Kali dan langsung memarkir sepeda di tempat biasa, memesan minum, ngerokok, kongkow-kongkow sambil ngobrol ngalor-ngidul.

Kongkow di Muara Kali Lab. Sumbawa
Tanjakan Badas

















Sambil menyeruput coffee shake, samar terdengar lagu Mata Dewa - Iwan Fals, '...nikmati ramah mentari yang pulang... ' pas banget dengan situasi senja di Muara Kali sore itu. Rockin tampak manggut-manggut mendengar lagu Iwan Fals tersebut. Sementara Moleq dan Ketum tak berhenti mengobrol. Entah apa yang dibahas saking asyiknya.
Mendekati magrib, akhirnya kami mengayuh pedal kembali. Meninggalkan Muara Kali Labuhan Sumbawa yang semakin temaram di penghujung senja. Melewati jalan Garuda yang sedang mengalami pelebaran badan jalan, kami kembali ke rumah masing-masing. Dan, agenda Sepedaan Kamis Sore Cakwes Family Bike pun tuntas hari itu.

Senin, 21 September 2015

Semongkat Sunday Ride

Belum seminggu kegiatan Sepeda Gunung Festival Moyo 2015 berlalu,  Cakweser sudah pengen bersepeda lagi. "Kali ini kita ke Semongkat Sampar" ujar Ketum, dan Cakweser yang lainpun mengamini. Namun sepertinya tidak semua anggota CFB bisa ikut serta. Sencong yang dari awal sudah punya agenda yang tidak bisa ditunda. Almos yang harus ke luar daerah karena tugas. Moleq yang masih ragu-ragu antara iya dan tidak. Namun semua sepakat, sekiranya masih bisa dan berkesempatan ikut, akan diusahakan untuk ikut serta bersepeda ke Semongkat Sampar pada hari minggu (20/9/2015). Sabtu Malam, disepakati untuk ketemuan. Lokasinya di Sonic Net, markasnya Arie300. Agendanya ngobrolin masalah kesiapan bersepeda ke Semongkat Sampar, sekaligus menghadiri undangan Arie300 untuk mencicipi nasi kuning buatan tangannya sendiri. Pukul 21.00 WITA Cakweser mulai berdatangan ke Sonic Net. Yang berkesempatan hadir Ketum, Almos, Sencong, Rocking dan yang terakhir datang adalah Moleq, si Rambo maafkan Mama.
Rute Bersepeda Cakweser Minggu Pagi
Hari minggupun tiba. Pukul 05.00 WITA begitu alarm berbunyi, Almos langsung bangun, sholat subuh dan prepare sepeda dan toolkit. Setelah siap Almospun ke rumah Ketum sambil menunggu anggota yang lain. Tak lama kemudian, Arie300, Rockin, dan Toni datang. Sencong dan Moleq sudah dari semalam menyatakan tak bisa ikut karena ada agenda masing-masing. Kemudian muncul juga Wawan Epos, anggota Cakwes yang lama tidak ikut serta bersepeda bersama. Pukul 06.11 WITA perjalanan bersepeda Minggu pagi pun dimulai. Roda sepeda menggelinding ke arah Sering, menapaki tanjakan menuju Simpang Pelat. Karena sudah terbiasa melibas tanjakan STM, Cakweser dengan mudah melibas tanjakan yang cukup panjang tersebut. Hanya Arie300 dan Wawan Epos yang masih merasa berat. Arie300 tampak kurang fit karena belum sempat sarapan, sementara Wawan Epos terengah-engah karena lama tidak bersepeda. Di tengah perjalanan, Wawan Epos akhirnya menyerah, tak lagi mampu meneruskan perjalanan padahal jarak ke Simpang Pelat masih setengah perjalanan. Setelah say goodbye dengan Wawan Epos, perjalanan diteruskan menuju Pelat.
Istirahat di SMP3 Unter Iwes
Setibanya di turunan beraspal tampak Desa Pelat dari pinggir tebing. Kami berhenti di situ mengambil gambar dan me-record video untuk bahan dokumentasi. Kemudian perjalanan diteruskan kembali menuju SMPN 3 Unter Iwes, lokasi peristirahatan pertama. Setiba di gerbang SMPN 3 Unter Iwes, Arie300 langsung ngacir ke dalam mencari kamar mandi. Rupanya dari tadi dia kebelet. Di depan pintu gerbang itu kami beristirahat, minum dan ngerokok. Setelah kelar urusannya internalnya Arie300 yang tampak kurang sehat kembali mengeluh perutnya mual. Rockin dengan sigap memijit tengkuknya arie300. Akhirnya arie300 memuntahkan beban di dalam perutnya. Setelah beberapa jenak, ia minum dan beristirahat, ia kembali segar. Rupanya Rockin punya bakat terpendam menjadi Sandro, bahasa sumbawa untuk dukun atau tabib yang pandai menyembuhkan orang.
Setelah hampir 30 menit mengaso, perjalanan diteruskan kembali menuju Dusun Brang Pelat. Di depan tampak tanjakan yang lumayan terjal dan panjang. Perlahan tapi pasti tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes yang terkenal terjal itu berhasil ditaklukkan.
Perjalanan ke Brang Pelat cukup mudah karena medannya sebagian masih beraspal, meski di sana sini jalan sudah mulai rusak dan berlubang. Setibanya di jembatan Brang Pelat tampak penduduk setempat sedang bergotong royong memperbaiki jalan yang menanjak yang biasa dilalui kendaraan. Kamipun mengambil jalan memutar menuju ke dalam dusun. Rockin usul agar nongkrong sejenak sambil ngopi. Akhirnya kamipun mencari warung tempat nongkrong di bagian selatan kampung kecil tersebut.

Tanjakan..
Sepeda..
Turunan...
Ngaso...












Setelah melepas penat perjalananpun dilanjutkan kembali. Kali ini kami harus melewati tanjakan dengan medan batu lepas. Sampai di dua per tiga tanjakan, roda mulai slip dan kamipun haru menuntun sepeda. Sesampai percabangan jalan, kami mengambil arah ke kanan menuju ke arah Semongkat Sampar, karena jalan yang lurus dan berbelok ke kiri di depan kami adalah rute menuju Sampa, yang pernah kami lalui beberap bulan yang lalu. Jalan di depan kami melandai dan cenderung menurun, namun sekitar 200 meter kemudian mulai menanjak dengan elevasi sekitar 250 mdpl. Kombinasi menanjak dan menurun melewati jalan tanah berbatu itu berlangsung sampai dengan 7 kilometer sejak percabangan jalan yang kami lalui tadi. Sesekali kami melewati sungai dan harus menggotong sepeda. Lumayan melelahkan tapi karena semangat Cakweser yang pantang menyerah, sambil menikmati bentang alam persawahan yang indah, rasa lelah sepertinya cukup terobati.
Setibanya di puncak tanjakan dan percabangan jalan yang kami lalui dengan ruas jalan provinsi kami berhenti, menunggu anggota lainnya yang masih di belakang. Setelah semuanya lengkap perjalanan dilanjutkan menuju Simpang Klungkung tempat selanjutnya kami akan mengaso karena di sana ada berugak dan warung tempat kami bisa ngopi dan memesan makanan ringan. Tak sampai 15 menit kami tiba di Simpangan Klungkung. Kami langsung memesan kopi dan pisang goreng sambil beristirahat di berugak. Setelah 15 menit melepas penat kami beranjak pulang. Hari sudah menjelang siang dan panas matahari menemani perjalanan kami dari Simpangan Klungkung ke arah Sumbawa Besar yang menurun itu.

CFB 2 FesMo 2015

Setelah sekian lama tidak mengupdate blog, rasanya tangan agak gatal juga untuk menari-nari pada tuts keyboard laptop untuk mengetik kalimat demi kalimat. Selama bulan puasa kemaren, kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike praktis terhenti untuk sementara waktu. Pasca lebaran, kegiatan bersepeda dimulai kembali, meski tidak lagi seintens waktu sebelum puasa. Saat itu Arya anggota Cakwes yang sedang menjalani perkuliahan di Malang mudik lebaran. Dialah penyemangat untuk memulai kembali kegiatan bersepeda yang sempat terhenti. Jadwal bersepeda rutin Cakwes Family Bike Minggu Pagi dan Kamis Sore mulai dijalani dengan rute SPG dan sesekali ke Badas, sampai akhirnya tiba saatnya si Kopassus, julukan Arya, kembali pulang ke Malang akhir Agustus kemaren. Di awal September Arie300 melontarkan agenda bersepeda gunung yang diselenggarakan oleh panitia Festival Moyo 2015. Dia minta Cakwes Family Bike ikut serta, yang disambut hangat oleh RockinMaster, Ketum, Moleq, Sencong dan Almos. Dalam rangka itu latihan fisikpun semakin intens dilakukan. "Medan Pulau Moyo Berat" ujar Arie300. Jadi fisik dan stamina perlu dipersiapkan.
Brosur Sepeda Gunung
Sejatinya Sepeda Gunung merupakan salah satu item agenda dalam Kegiatan Festival Moyo 2015, yang merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa setiap tahun dalam rangka promosi kepariwisataan daerah. Ada sekitar belasan agenda di luar Sepeda Gunung dalam Festival Moyo antara lain: Jelajah Wisata Motor, Pameran Pembangunan Daerah dan MICE Expo, Pawai Budaya, Karapan Kerbau, Fishing Contest, Lomba Balap Perahu, Lomba Lari 10 K, Pagelaran Tanjung Munangis dan lain sebagainya.
Kembali ke agenda Sepeda Gunung yang diselenggarakan pada 12-13 September 2015, persiapan Cakwes Family Bike sudah hampir rampung. Mulai dari kesiapan sepeda, kostum, perbekalan sampai dengan "restu dari Kapolda" merujuk kepada istilah Moleq untuk izin dari istri tercinta. Kesiapan fisik pun diuji dengan selalu melibas Tanjakan STM saban kegiatan bersepeda dilakukan. Arie dan Moleq yang biasanya ngos-ngosan di tanjakan STM tampak semakin terbiasa dan tidak lagi tersengal-sengal. Mereka tampak enjoy dan bersemangat menghadapi event sepeda yang relatif kolosal tersebut.
Kostum Sepeda Gunung Festival Moyo 2015
Hari H menjelang, pendaftaran Cakwes Family Bike ke panitia Sepeda Gunung udah kelar dan kostumpun sudah dibagikan. Arie300 yang kebagian tugas sebagai kasubbag umum datang ke rumah ketum membawa kostum dari panitia, berikut pin-nya. Dari 8 peserta yang didaftar kostumnya berukuran M kecuali satu untuk Sencong Al Sahab berukuran L, mengingat postur dan porsi makannya yang di atas rata-rata. Malamnya di rumah Ketum, kostum dicoba dan semuanya fit properly. Sabtu pagi, tanggal 12 September Almos sudah siap di markas, pemberitahuan segera disebar di whatsapp. Toni, pagi sudah datang, tak lama muncul Rockin dan Sencong, disusul kemudian Arie300 dan Alex, lalu Moleq. Semua prepare menuju Lapangan Pahlawan yang merupakan titik pelepasan oleh panitia. Pukul 07.45 WITA Cakweser meninggalkan markas menuju TKP. Di Lapangan Pahlawan tampak sudah berkumpul para bikers dari masing-masing klub sepeda yang sudah mendaftar. Ada dari Lombok, KSB, Bima, Utan, dan lain-lain. Pelepasan peserta dilakukan oleh Bupati Sumbawa didampingi oleh pejabat dari Kementerian Pariwisata. Dalam sambutannya Pak Bupati menyampaikan bahwa banyak pihak yang mempersoalkan besarnya biaya pelaksanaan Festival Moyo 2015 yang mencapai 5 Milyar rupiah. Bagi beliau besaran anggaran itu memang tidak serta merta menghasilkan return yang sebanding seperti ekspektasi sebagian khalayak. Beliau mencontohkan hasil kunjungannya ke Kota Padang beberapa waktu sebelumnya yang mana, pemkot Padang mengeluarkan biaya mencapa 2 Milyar rupiah hanya untuk menyelenggarakan pertemuan sehari dalam rangka membahas inisiatif kerjasama antara kabupaten/kota yang berada di sepanjang pesisir Samudera Hindia. "Biaya ngobrol-ngobrol yang dikeluarkan pemkot Padang 2 Milyar" ujar beliau. "Sementara kita 10 hari Festival Moyo dengan belasan agenda 'hanya' 5 Milyar". Pendekatan cost memang penting tapi selama menjanjikan manfaat yang lebih besar dalam jangka waktu panjang juga layak untuk diperjuangkan, itu substansi dari pidato beliau. Kami Cakweser hanya manggut-manggut antara paham dan tidak. Tak lama berselang setelah pidato Bupati kelar, bendera pelepasan dikibarkan untuk memberi aba-aba Sepeda Gunung dalam rangka Festival Moyo 2015 dimulai, dan roda sepedapun perlahan menggelinding. Rute yang diberikan Panitia adalah melewati jalan sudirman, lalu tembus ke jalan udang, kemudian menanjak ke arah PPN Bukit Indah. Di perempatan Raberas belok ke kiri menuju ke arah Kebayan, menjelang pertigaan SMPN 4, kemudian berbelok ke kanan untuk seterusnya nanti tembus ke jalan Cenderawasih, jalan Garuda menuju ke Pantai Goa untuk kemudian naik ke perahu yang sudah disiapkan menyeberang ke Pulau Moyo.
Peta Perjalanan Sepeda Gunung Fesmo 2015

Perjalanan menyeberang ke Pulau Moyo atau tepatnya ke Sebotok, lokasi Start untuk Sepeda Gunung pada keesokan harinya (13/9) berjarak sekitar 55 km dari Pantai Goa dan dapat ditempuh sekitar 3 jam dalam kondisi cuaca normal. Ada empat unit perahu yang telah disiapkan oleh Panitia untuk membawa peserta berikut sepedanya ke Pulau Moyo. Cakwes kebagian naik ke Perahu yang paling besar dengan kapasitas sekitar 70 penumpang. Namun sepeda-sepeda kami di-load di perahu yang berbeda. Setelah hampir 30 menit menunggu proses loading selesai, perjalananpun dimulai. Lepas dari Pantai Goa, perahu yang kami tumpangi berlayar dengan smooth, namun setelah 30 menit perjalanan, perahu mulai bergoyang karena ombak mulai menerpa. Moleq, yang memang paling anti dengan lautan sudah mulai menunjukkan gejala bakal mabok laut.
Arie300 dan Moleq, persahabatan bagai kepompong
Tak lama kemudian dia sudah muntah-muntah. Di geladak Moleq duduk diam sambil menunggu lambungnya menyesuaikan dengan ayunan gelombang. Ketum hanya senyam-senyum menggoda melihat kelakuan Moleq. "
Maafkan Rambo Mama" kata Ketum, "Rambo ga suka lautan" lanjutnya menggoda Moleq. Tapi, Moleq nggak menanggapi karena sibuk dengan mualnya. 
Dermaga Lab. Aji
Setelah 2 jam berlalu, akhirnya perahu tiba di Labuhan Aji, lokasi finish Sepeda Gunung. Sebagian panitia yang terdiri dari Grup SABIC akan menurunkan beberapa unit motor trail, karena cuman di Lab. Aji yang ada dermaganya. Lokasi yang kami tuju yaitu Dusun Sebotok tidak memiliki dermaga sehingga panitia kesulitan untuk menurunkan kendaraan di sana. Setelah kelar menurunkan kendaraan dan perbekalan panitia, perjalanan kami lanjutkan ke Sebotok. Deru angin tampak semakin kencang sehingga ombak pun semakin menggulung sehingga perahu yang membawa kami oleng kesana kemari. Arie300 mulai pusing, dia memilih tiduran untuk menghindari mabuk laut. Rockin' dan Sencong masih ketawa-ketawa di geladak, sementara Ketum masih menggoda Moleq yang sudah tak kehitung berapa kali muntah selama perjalanan. Tak lama kemudian Arie300 mulai pusing, dan akhirnya dia memuntahkan rasa mualnya di pinggir geladak. Ketum kembali ketawa, "maafkan rambo mama..."teriaknya. Tak sampai 20 menit kemudian akhirnya Ketum ketularan mabuk laut. Dia mencoba menahan mual tapi akhirnya tak berdaya dan muntah sehingga mengotori perahu. "akhirnya tercoreng rekorku ga pernah mabok laut" ujar ketum.
Pantai Patedong
Tak lama kemudian perahu yang kami tumpangi mencapai perairan sebotok. 
Karena ombak masih relatif tinggi dan Sebotok tidak memiliki dermaga maka perjalanan diteruskan ke Patedong, sebuah dusun yang jaraknya sekitar 3 kilometer ke utara Sebotok. Sesampai di perairan Patedong pun ombak belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Dermaga tempat berlabuhpun juga tidak ada, serupa juga dengan Sebotok. Akhirnya diputuskan untuk melempar jangkar di perairan Patedong sambil menunggu ombak reda. Panitia tampak berkomunikasi dengan handy talkie dengan rekannya yang berada di daratan terkait cara meng-unload peserta dan sepedanya. Dari pembicaraan panitia dapat disimpulkan bahwa mereka sedang bernegosiasi terkait penggunaan perahu yang lebih kecil atau sampan untuk menurunkan kami ke pantai. 
Foto sejenak di pantai Patedong
Setelah 30 menit berlalu tampak beberapa orang penduduk setempat mulai mendayung sampan ke arah keempat perahu yang membawa peserta sepeda gunung yang sudah melepaskan jangkar di perairan Patedong.  Proses unloading perahu yang kami tumpangi dan tiga perahu lainnya relatif lambat. Bagaimana tidak, peserta dijemput menggunakan sampan yang maksimal cuman muat dua orang. Setelah beberapa jenak, akhirnya ada perahu yang lebih besar mulai bergerak. Rupanya negosiasi panitia berhasil.
Senja pantai Patedong yang sentimental
Akhirnya kamipun dijemput dengan perahu tersebut Setelah kami turun dari perahu, kami mengaso sebentar ke rumah penduduk yang kebetulan kenalan Arie300. Di situ kami disajikan kelapa muda sambil duduk di balai-balai beristirahat sambil menunggu sepeda di-
unload. Hari sudah menjelang sore. Satu per satu perahu di-unload menggunakan sampan dan perahu yang lebih kecil menuju pantai Patedong. Haripun sudah senja dan matahari sudah semakin menukik di cakrawala.
Akhirnya setelah menjelang magrib, sepeda kamipun berhasil diturunkan dari perahu terakhir. Kami sempat menikmati sunset sejenak sambil mengambil beberapa gambar untuk mengabadikan moment senja yang sentimental itu.
Selepas magrib, sesuai arahan panitia, kami diminta melanjutkan perjalanan ke Sebotok dengan bersepeda. Jaraknya sekitar 3,5 km dari Patedong. Dengan bekal lampu senter dan lampu handphone Cakweser bersepeda menuju Sebotok, lokasi tempat peserta Sepeda Gunung Fesmo 2015 menginap. Panitia menyediakan tempat menginap di rumah penduduk setempat seperti juga pelaksanaan acara yang sama di tahun sebelumnya. Alex yang ternyata sudah mengontak salah satu temannya yang tinggal di Sebotok menawarkan ke kami untuk menginap di mess PLN ranting Sebotok, tempat temannya bekerja. Kamipun setuju saja dengan usulan Alex, tapi urusan perut diprioritaskan terlebih dahulu baru memikirkan penginapan, maklum semuanya sudah pada lapar. Setiba di Sebotok Arie300 langsung mencari panitia dan diarahkan ke salah satu rumah penduduk sebagai tempat untuk makan malam. "Nasi bungkus lagi neh" kata Arie300. Selepas makan, kita menuju lokasi usulan Alex, dan akhirnya kami memutuskan untuk menginap di sana.
Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi, menyiapkan sepeda dan segala sesuatunya dan menuju ke lokasi start yang sudah ditentukan panitia. Namun sebelum itu kami sarapan dulu. "Nasi bungkus lagi..." ujar Sencong. Setelah selesai sarapan dan tas perbekalan diserahkan ke panitia untuk diangkut dengan perahu menuju Lab. Aji, kamipun bersiap di titik start untuk memulai bersepeda. Di lokasi itu panitia memberi sedikit sambutan dan arahan terkait pelaksanaan kegiatan bersepeda gunung tersebut. Selepas itu panitia memberi aba-aba untuk memulai kegiatan bersepeda, dan kamipun mengayuh pedal memulai perjalanan ke Labuhan Aji, lokasi finish Sepeda Gunung Fesmo 2015.
Di awal perjalanan kami menyusuri jalanan permukiman di pinggiran pantai dengan kondisi jalan yang dirabat beton yang sebagian masih mulus dan sebagian lagi sudah mulai rusak. Kemudian juga ada medan tanah, pasir dan sedikit lumpur. Perjalanan tidak begitu sulit pada awalnya. Setelah 30 menit, kami menapaki kawasan hutan Pulau Moyo. Perjalanan mulai berat. Dengan kombinasi jalan tanah, berbatu, berlumpur, melewati kali kecil, menanjak dan menurun, membuat kami harus bekerja ekstra mengayuh pedal. Sepeda Almos sempat hampir terlepas quick release-nya akibat benturan di sana sini. Untuk ada salah satu peserta yang mengingatkan sehingga dapat segera diperbaiki. Arie300, bermasalah dengan rear derailleur-nya, sementara Rockin sempat mengalami bocor ban akibat tertusuk duri. Untungnya panitia dengan sigap membantu sehingga perjalanan dapat diteruskan kembali. 
Setelah hampir 3 jam bersepeda, kamipun tiba di Lab. Aji. Di situ nasi bungkus sudah tersedia untuk makan siang. Kamipun beristirahat setelah lelah bersepeda. Tak lama kemudian panitia menyampaikan bahwa proses loading ke perahu untuk kembali pulang ke Sumbawa Besar akan dilaksanakan di dermaga milik Amanwana dan kami diminta melanjutkan perjalanan ke resort milik Amanwana tersebut. Kamipun bersiap-siap melanjutkan perjalanan mengingat matahari semakin terik dan menyengat siang itu di Pulau Moyo. Jarak yang kami tempuh tidak terlalu jauh dari Lab. Aji, sekitar tujuh kilometer. Tak lama kamipun tiba di lokasi. Setelah 30 menit  proses loading peserta dan sepeda ke perahu,  kamipun beranjak pulang dari Pulau Moyo menuju dermaga Pantai Goa. Waktu tempuh sekitar 2 jam kata nakhoda perahu tersebut. Kali ini perjalanan lancar karena angin tidak terlalu kencang sehingga ombakpun hanya mengalun pelan. 
Setiba di Pantai Goa, kami disambut panitia dengan makan sore. "Perasaan makan mulu deh kita" kata Arie300. "Sudahlah, makan aja" kata Sencong. Setelah kenyang kamipun melanjutkan perjalanan ke Saliper Ate, salah satu spot wisata di Kota Sumbawa Besar yang menjadi akhir perjalanan Sepeda Gunung Festival Moyo 2015. Di Saliper Ate, lagi-lagi panitia sudah menyiapkan nasi bungkus untuk peserta sepeda gunung. Busyet dah! Makan lagi kita" ujar Moleq. Selepas makan Moleq langsung naek pentas yang pada saat itu panitia sedang check sound untuk acara penutupan nanti malam. Dengan cueknya di menyanyi, akhirnya Ketum-pun gatal juga melihat Rambo eh Moleq menyanyi, ikut-ikutan naek ke panggung. Jadilah Cakwes On Stage sore itu di Pantai Saliper Ate.
Setelah puas menyanyi si Rambo maafkan Mama akhirnya turun panggung, ngobrol ngalor-ngidul sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Malam harinya, sebagaimana sudah diinformasikan oleh Panitia, semua peserta diharapkan hadir di Saliper Ate untuk penarikan undian berhadiah. Hadiahnya macem-macem, ada Sepeda, Laptop, Kulkas dan lain sebagainya yang sudah disiapkan. Namun karena ada acara MotoGP tak satupun Cakweser yang berkesempatan hadir, sehingga peluang untuk nongkrong-nongkrong malam bersama dengan klub sepeda yang lain berlalu sudah. Sampai ketemu di kesempatan mendatang...


Rabu, 10 Juni 2015

Selamat Datang Ramadhan!


Tak terasa, waktu berputar sedemikian cepat. 8 (delapan) hari lagi kita sudah memasuki bulan puasa. "Bulan yang penuh hikmah" kata ustadz yang biasa kita dengar di majelis-majelis pengajian maupun di televisi. Dalam waktu yang tersisa ini, kita seyogyanya mempersiapkan diri. Seperti halnya juga bersepeda, sebelum memulai kita disarankan untuk melakukan pemanasan untuk melemaskan otot-otot yang masih kaku sehingga pada saat bersepeda kita tidak mengalami kram atau cidera otot dan sebagainya. Bagi kita yang sebelumnya sholat dengan malas-malasan, ya dimulailah untuk melengkapinya menjadi 5 (lima) kali sehari semalam. Kita juga dianjurkan untuk bermaaf-maafan dan mengintensifkan infaq dan sodaqoh. Yang biasa makannya banyak, dikurangi porsinya. Demikian juga yang biasa marah-marah, dikurangi intensitasnya. Intinya kita mempersiapkan diri dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga pada saat berpuasa nanti badan atau raga kita tidak lagi kaget atau shock karena terjadi perubahan yang mendadak sifatnya.
Selama bulan puasa nanti Cakwes Family Bike akan mengurangi kegiatan bersepeda. Bersepeda hanya akan dilakukan seperlunya, manakala kondisi badan cukup fit dan menjelang waktu berbuka. Itupun tergantung kebutuhan dan keinginan temen-temen, mau bersepeda sendiri ya monggo, mau bersama-sama ya disepakati dulu. Itulah penyesuaian yang kami lakukan dalam rangka menghormati bulan Ramadhan.
Untuk semua pembaca blog ini, kami Cakwes Family Bike, menghaturkan permohonan maaf, apabila di dalam tulisan atau posting kami selama blog ini tersaji ke hadapan saudara-saudara sekalian terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Akhirul kalam, kami menyampaikan selamat berpuasa semoga di penghujung Ramadhan nanti kita kembali fitri (suci).


Cakwes Family Bike, 2015.

Jumat, 05 Juni 2015

Prepare for next route: Liang Bukal Sunday Ride

Menjelang bulan Ramadhan kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike tampaknya akan lebih intens dilakukan, mengingat hanya tersisa 2 (dua) hari Minggu lagi yang bisa dimanfaatkan untuk bersepeda ke luar kota. Selama puasa nanti, kami sepakat untuk tidak bersepeda ke luar kota (lha iyalah, masak sepedaan jauh-jauh, emang mau dehidrasi!?) dan kalaupun ingin bersepeda hanya akan dilakukan di dalam kota dan itupun sore hari menjelang berbuka. Hari Minggu besok, Bappeda, kantornya Almos punya agenda berwisata ke Liang Bukal, sebuah situs wisata alam yang berlokasi di Desa Batutering, Kecamatan Moyo Hulu. Almos diajak untuk pergi dengan bersepeda sama temen-temen kantornya, dan ini simultan dengan rencana bersepeda Cakwes Family Bike yang belum mengagendakan rute baru pasca Uma Buntar Revisited. Lewat grup whatsapp CFB Almos sudah melontarkan ajakan untuk gabung bersama grup Bappeda. Gayung bersambut meski belum semuanya okay. Untuk itu rutepun di-create menggunakan kombinasi software Runtastic Mountain Bike dan Google Earth Pro untuk melihat jarak tempuh, medan dan ruas jalan yang akan dilalui. Berikut rute rencana (planned route) bersepeda hari Minggu besok.

Kamis, 04 Juni 2015

Uma Buntar Revisited

Setelah kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike mengalami banyak penundaan, karena berbagai kesibukan dari masing-masing anggota tentunya, akhirnya Selasa (2/6/2015) kegiatan bersepeda ke luar kota dieksekusi juga. Kali ini temanya seperti yang sudah disepakati sebelumnya yaitu Uma Buntar Revisited alias rute ByPass - Pemulung - Uma Buntar - Klungkung - Semongkat Sampar - Brang Pelat - Pelat dan kembali ke markas.
Actual Route Uma Buntar Revisited
Sebetulnya agenda  bersepeda ke luar kota ini nyaris  gagal lagi, karena sampai dengan Senin malam pun sewaktu kumpul-kumpul di rumah Almos belum ada kesepakatan. Ketum yang masih ragu-ragu dengan adanya acara kawinan di Klungkung, Arie300 yang kecapean karena baru pulang dari Lunyuk, Moleq dan Sencong yang merasa kurang pas kalo tidak semua anggota ikut, menjadikan agenda bersepeda Cakwes Family Bike tidak menentu, meski sebelum berpisah dan pulang ke rumah masing-masing commit untuk bersepeda besok pagi.
Selasa pagi, Almos bangun jam setengah 6, prepare sepeda dan toolkit, tapi belum ada bunyi whatsapp mengenai kesiapan bersepeda dari anggota yang lain. Ketum yang biasanya pagi juga belum ada kabarnya. Menjelang jam 06.00 WITA, Almos sudah siap di markas, anggota yang lain belum juga ada kabar beritanya. Pas mau keluar gerbang ada Moleq lewat jalan-jalan pagi, rupanya dia juga tidak siap karena mau ke acara kawinan pukul 09.00 WITA di Lopok. Aih... terpaksa rute SPG lagi pikir Almos yang kali ini harus bersepeda sendiri. Baru saja Almos mau berangkat tiba-tiba RockinMaster datang dengan Premier 3.0 baru warna hitam. Sangar, lengkap dengan topi cowboy-nya. Sementara itu Moleq terlihat lewat depan markas kembali ke rumahnya sambil membawa sepeda Arie300 yang izin untuk tidak ikut serta karena masih kurang sehat. Tak lama Sencong dan Ketum pun datang. Akhirnya disepakati untuk mengeksekusi rute Uma Buntar, dan perjalananpun dimulai.
Reparasi ban sepeda yang bocor
Gerbang dusun Pamulung
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA saat kami meninggalkan markas. Agak siang memang, namun kami bersemangat, meski cuman berlima tak apalah. Melewati bypass handphone almos berbunyi, rupanya wawan, menanyakan lokasi, dia ternyata mau ikut bersepeda. Baiklah, kami akhirnya menunggu dia di warung langganan kami di bypass sambil memesan white coffee dan teh panas. Tak lama kemudian dia muncul dan bergabung. Selesai ngopi kami bermaksud melanjutkan perjalanan, namun tak dinyana sepedanya wawan epos kempes ban belakangnya. Untung dia menggunakan sepeda yang memakai freehub dan quick release sehingga mudah dibongkar. Ternyata bocor tertusuk duri. Untunglah kami membawa ban dalam cadangan, sehingga tak perlu menambal. Kelar bongkar pasang, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke arah utara. 
Menyusuri bypass kami mengayuh pedal menuju dusun Pamulung. Tak lama tampak gerbang dusun Pamulung begitu kami berbelok ke kiri dari bypass, jalan masih beraspal, namun lebih rendah kelasnya dari ruas bypass mengingat jalan ke arah dusun Pamulung hanya jalan kabupaten. Pamulung merupakan salah satu dusun di Desa Karang Dima Kecamatan Labuhan Sumbawa. Pamulung merupakan salah satu dusun budaya di dalam dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang perlu ditata dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya saing sektor kepariwisataan daerah. Namun perjalanan kami kali ini hanya melewati wilayah dusun Pamulung menuju dusun Uma Buntar, Desa Pelat Kecamatan Unter Iwes.

Tanjakan pertama menuju Uma Buntar
View tanjakan dari atas

Lepas dari Pemulung, tanjakan pertama menuju dusun Uma Buntar datang menyapa. Tanjakan ini masih berada di wilayah dusun Pemulung, medannya terjal dan relatif panjang, sehingga susah ditaklukkan. Pada waktu pertama kali dulu bersepeda ke sini belum sampai pertengahan tanjakan kita sudah turun dari sepeda. Kali ini, berbekal pengalaman di waktu lalu, kita mengawali tanjakan dengan gigi rendah, sehingga pelan namun pasti tanjakan dapat terlewati. Hanya Wawan Epos dan Moleq yang tersengal-sengal melewati tanjakan ini, dan sesampai di puncak tanjakan kami mengambil waktu sejenak untuk minum dan mengatur nafas yang terengah-engah melewati tanjakan.
Wawan Epos sukses menaklukkan tanjakan pemulung
Beristirahat di puncak tanjakan






Setelah ritme nafas mulai teratur, perjalanan dilanjutkan kembali. Jalan di depan masih beraspal, namun sudah mulai rusak ringan, di sana sini tampak cracking, berliku dan menanjak meski tidak terjal. Dengan gigi sepeda 2-5 tanjakan itu dilalui dengan mudah. Setiba di ujung jalan yang beraspal tampak jalan macadam. Kamipun beristirahat sejenak, untuk mengatur tenaga. Sebatang Marlboro merah milik RockinMaster menjadi teman beristirahat, mengingat suhu dingin perbukitan pada saat pagi menjelang siang merupakan suasana yang pas  untuk menikmati rokok milik Philip Morris itu.  
Istirahat di ujung aspal
Sejurus kemudian kami mengayuh pedal kembali. Kali ini Moleq dan Wawan Epos kami minta jalan duluan, biar nggak keteteran karena belum pernah bersepeda jauh. Melewati jalan macadam membuat sepeda bergeronjal. Apalagi spek sepeda kami bukan untuk mountain bike sejati, namun karena kegemaran kami bersepeda sambil menikmati alam tidak menyurutkan semangat untuk menantang medan cross country, all mountain bahkan downhill sekalipun yang tentunya dengan resiko masing-masing.
Setelah cukup jauh dari lokasi terakhir kami berhenti tampak Moleq dan Wawan Epos sedang mengaso di kejauhan di depan kami. Kami pun segera bergabung dan re-grouping. Karena kelelahan dan berkeringat tak tahan Wawan Epos sampai membuka kostum bertelanjang dada sambil menikmat hawa dingin pegunungan. "Nafas masih okay!" kata Wawan, "cuman paha agak sedikit kram', lanjutnya. RockinMaster pun dengan sigap mengeluarkan perbekalan, demikian juga yang lain, sambil ngemil untuk carbo-loading, diselingi minum air persediaan di sepeda kami ngobrol ngalor ngidul.
Saatnya buka kostum
Geraaaahhh...

Setelah melepas penat, kayuhan pedal dimulai lagi. Dusun Uma Buntar sudah di depan mata. Jalan tanah berbatu masih mewarnai perjalanan kami. Selepas Uma Buntar tampak jalan yang menyempit di depan. Sepertinya jalan ini hanya dilewati oleh kendaraan roda dua, karena hanya berupa single track. Namun agak jauh di depan mulai tampak jalan tanah double-track bekas kendaraan roda empat yang dikelilingi semak belukar. Kayuhan pedalpun terus bergulir karena matahari mulai meninggi, sementara air persediaan sudah mulai menipis. Kali ini ketum dan rockin berada di depan meninggalkan jejak roda sepeda di tanah.
Ketum dan RockinMaster 
Setelah 30 menit mengayuh pedal akhirnya kami tiba di belokan menuju Desa Klungkung. Ada pagar pembatas dari bambu di situ yang menjadi tanda. Kami berhenti sejenak untuk beristirahat dalam rangka menyiapkan tenaga untuk menaklukkan 3 (tiga) tanjakan yang membentang di hadapan kami. Wawan Epos tampak kelelahan, tak tahan ia sampai buka kostum dan tiduran di tanah. Biarlah ia beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga dan mengistirahatkan pahanya yang kram.


Kondisi Wawan Epos sebelum dan sesudah mencapai Uma Buntar

Setelah cukup lama beristirahat, perjalananpun kami teruskan. Mendaki tanjakan demi tanjakan sampai kami tiba di Desa Klungkung. Memasuki Desa Klungkung kami mengambil belokan ke kanan, menuju Ai Senyir, jalan setapak menurun ke ruas jalan provinsi yang menuju ke arah Semongkat. Jalan setapak membentang dan turunan curampun menyapa. Kami berhenti sejenak menikmati view pegunungan yang hijau menawan, sekaligus foto-foto.
Foto-foto di turunan Ai Senyir, Klungkung
Setelah kelar foto-foto dan menikmati pemandangan pegunungan, kamipun beranjak ke sepeda masing-masing untuk melanjutkan menuruni turunan Ai Senyir. Menuruni turunan curam tersebut kami sedikit was was, kalau saja ada yang remnya blong, alamat pasti ada yang cidera, mengingat di bawah sana batu cadas dan tanah keras menanti.
Moleq dengan sepeda tiga rem
Pertama Almos mengeksekusi turunan tersebut, mengandalkan rem cakram
tektro aries depan belakang akhirnya ia sampai di bawah persis di depan bak penampuangan air Ai Senyir. Kemudian Ketum, lalu Rockin, Wawan Epos dan Sencong. Sesampainya kami di bawah Moleq ternyata masih di atas. Tak berani rupanya dia mengeksekusi turunan itu. Setelah diteriakin dari bawah akhirnya dia memberanikan diri juga untuk turun perlahan-lahan. Kakinya belum berani dia naikkan ke pedal sepeda, takut tergelincir. Pelan tapi pasti sampai juga di di lokasi kami menunggu. 'Ngeri!' serunya. 'Mending nanjak ketimbang menurun' kata dia lagi, rupanya karena sepedanya Arie300 yang dipake, penyakit takut ketinggian itu pun menular ke dia. Selepas Ai Senyir, jalan tanah di depan semakin susah dilalui, akibat kena gerusan air pada saat hujan sehingga harus turun dari sepeda dan sepeda kamipun harus digotong.
Jalan tanah yang menganga
Ketum dan Sencong gotong sepeda



Setiba di ruas jalan provinsi yang menuju ke Semongkat, kami sepakat untuk kembali ke Sumbawa Besar aja. Tidak jadi mengeksekusi lanjuta rute Uma Buntar ke Semongkat Sampar, mengingat hari sudah siang dan sebagian dari kami sudah kelelahan. Serasa kembali ke peradaban begitu mengayuh pedal di ruas jalan yang bernama Sumbawa Besar - Semongkat - Batudulang itu. Setiba di Simpangan Klungkung kami berhenti untuk beristirahat dan ngopi karena di situ ada warung kopi dan berugak tempat duduk-duduk.
Beristirahat di berugak Simpangan Klungkung
Setelah nongkrong, ngopi dan ngobrol-ngobrol selama 15 menit, kamipun beranjak pulang. Perjalanan pulang merupakan bonus bagi kami kami karena jalannya beraspal dan menurun dari Simpangan Klungkung hingga ke Simpangan Sering, kurang lebih 9 (sembilan kilometer). Akhirnya setelah 5 (lima) jam bersepeda kamipun sampai di rumah.