Setelah Tour de Klungkung tuntas minggu lalu (22/3/2015) Cakwes Family Bike merasa tertantang untuk menaklukkan medan yang lebih berat lagi. Untuk itu disusunlah rencana dengan memetakan track yang kira-kira lebih berat dari rute sebelumnya.
Akhirnya disepakati rute memutar dari Markas Cakwes - Sering - Pelat - Brang Pelat - Sampa - Sampa Malang - Selang - Kerekeh dan kembali lagi ke Markas Cakwes di Karang Jangkring. Melihat dari peta Google Earth Pro, rute ini sangat menantang mengingat belum ada satu pun dari kami yang pernah melewatinya. Track dari Brang Pelat - Sampa - Selang sangatlah asing bagi kami dan sulit untuk diprediksi seperti apa medannya, apakah gravel, jalan tanah, ataukah macadam. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat temen-temen, bahkan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.

Minggu pagi tiba. Pkl. 05.00 WITA Almos sudah bangun dan prepare. Satu persatu anggota Cakwes berkumpul. Tepat pukul 05.40 WITA perjalanan dimulai. Ujung Jalan Sultan Kaharuddin membawa Cakwes menanjak ke arah Sering menuju Pelat. Pelan namun pasti tanjakan menuju pelat dilewati. Setibanya di simpangan Pelat RockinMaster memberi isyarat berhenti untuk menunggu anggota lain yang masih di belakang. Belum 3 tegukan minum, Om Win, Arie300 dan Sencong sudah menyusul dan ikut berhenti di Simpang Pelat untuk mengatur nafas.
"Tanjakan yang lumayan" kata Arie300 sambil menenggak air persediaan dari botol sepedanya. "Foto-foto dulu" kata RockinMaster, dan semuanya langsung pasang aksi. Setelah sesi foto-foto selesai, perjalanan dilanjutkan, akhirnya kami tiba di Desa Pelat. Dari Simpangan menuju Pelat medannya menurun, sehingga kayuhan tidak terlalu berat. Tiba di Desa Pelat kita belok kanan menuju ke arah Brang Pelat, sejurus kemudian tampak SMPN 3 Unter Iwes, tempat Om Win bekerja sebagai Guru, di depannya ada tanjakan yang lumayan terjal untuk ditaklukkan.
"Tanjakan yang lumayan" kata Arie300 sambil menenggak air persediaan dari botol sepedanya. "Foto-foto dulu" kata RockinMaster, dan semuanya langsung pasang aksi. Setelah sesi foto-foto selesai, perjalanan dilanjutkan, akhirnya kami tiba di Desa Pelat. Dari Simpangan menuju Pelat medannya menurun, sehingga kayuhan tidak terlalu berat. Tiba di Desa Pelat kita belok kanan menuju ke arah Brang Pelat, sejurus kemudian tampak SMPN 3 Unter Iwes, tempat Om Win bekerja sebagai Guru, di depannya ada tanjakan yang lumayan terjal untuk ditaklukkan.
Namun karena Om Win merasa ada yang tidak beres dengan perutnya, ia memberi isyarat berhenti di depan SMPN 3 Unter Iwes, tepat di bawah tanjakan terjal itu. Sementara Om Win masuk ke dalam pekarangan sekolah mencari tempat melepas beban perutnya yang error, Arie300 ngajak foto-foto. Eh, foto-foto lagi.... busyet...
Kelar urusannya Om Win, kita meneruskan perjalanan dan mengayuh sepeda mendaki tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes itu, dengan susah payah akhirnya tanjakan itu berhasil ditaklukkan. Lumayan capek dan setiba di puncak tanjakan berhenti lagi menunggu Arie300 dan Sencong yang selalu di belakang. Dengan nafas ngos-ngosan tampak pelan tapi pasti sepeda merah Premier 2.0 dan Wimcycle Airflex biru mendaki tanjakan menuju puncak...
Setelah semua sampai di puncak tanjakan, perjalanan dilanjutkan lagi. Di depan medannya berbatu dan tanah yang basah, menuju Dusun Brang Pelat. 5 menit kemudian tampak jembatan Brang Pelat, ambil nafas sebentar untuk menaklukkan tanjakan Brang Pelat yang relatif terjal dan memutar, meski tak sepanjang tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes.
Sesampai di Brang Pelat, Sencong izin sebentar mampir di rumah kenalannya, dalam rangka urusan bisnis perikanan. RockinMaster, seperti biasa, melaju terus menuju tanjakan ke arah Sampa, diikuti Om Win. Arie300 dan Almos ikut mampir di Brang Pelat menemani Sencong. Sambil menunggu Sencong yang lagi ngobrol serius dengan pemilik rumah, arie300 melumasi rantai sepedanya yang kering dengan minyak goreng yang diminta kepada pemilik rumah. 10 menit berlalu, akhirnya Sencong selesai juga dan perjalanan dilanjutkan kembali. Di depan tanjakan sudah menunggu, tanjakan berbatu dan memutar, sehinggi gigi sepedapun perlu diturunkan menjadi 2-4 untuk menaklukkannya.
Dari tempat kami beristirahat tampak pemandangan bentang alam perbukitan yang hijau dan di sebelah timur Desa Brang Pelat tampak di kejauhan. RockinMaster dengan sigap mengeluarkan kamera untuk foto-foto. Pemandangan lembah yang indah dan menghijau cukup menghilangkan kepenatan bersepeda. Sambil makan snack dan sisa air minum di persediaan Sencong dan Arie300 tampak asyik menikmati landscape perbukitan di sepanjang mata memandang. Setelah 15 menit berlalu, perjalanan diteruskan kembali, kali ini menuju Dusun Sampa A yang medannya menurun, tapi track tanah berbatu cukup menyulitkan untuk mengendalikan sepeda karena pegangan di handlebar harus mantap dan mata harus sigap melihat jalan yang tepat untuk dilewati agar tidak tergelincir. Tak lama kemudian Desa Sampa A sudah di depan mata. Mengingat air persediaan dan snack sudah habis diputuskan mencari kios untuk membeli perbekalan. Setelah bertanya sana sini kepada penduduk setempat akhirnya ada juga kios yang masih buka di ujung lapangan Dusun Sampa. Untungnya air mineral ada tersedia, termasuk snack. Om Win membeli Entrostop untuk meredakan nyeri lambungnya. Di samping kios itu ada balai-balai sehingga kita memutuskan duduk-duduk sebentar sambil memesan kopi/teh panas. Tak lama kemudian beberapa gelas kopi dan teh datang dibawa pemilik kios. Jadilah kita ngobrol-ngobrol sambil melepas lelah. Tampak di kejauhan medan yang akan kita lalui, itulah Sampa Malang, tantangan terakhir dari rute ini yang harus didaki dengan sepeda.
Setelah sepeminuman teh, perjalanan kembali dilanjutkan. Mendaki jalan terjal berbatu, sesekali berhenti sejenak menunggu anggota tim yang masih dibelakang, kadang mengayuh pelan dengan drivetrain paling rendah, kadang turun dari sepeda sambil mendorongnya melewati tanjakan yang tak mudah. Maklum ini medan yang jauh lebih berat ketimbang rute Klungkung/Uma Buntar yang sudah ditaklukkan minggu sebelumnya.
Namun demikian, semangat pantang mundur dari masing-masing patut diacungi jempol, termasuk Arie300 yang kolesterolnya naik turun tak menentu. Setelah 1 jam berlalu tampaklah Desa Sampa Malang yang sepi, sambil mengayuh sepeda masuk ke wilayah permukiman ada keraguan terhadap arah jalan menuju Dusun Selang mengingat GPS dan Sinyal HP yang timbul tenggelam sehingga navigasi menjadi sulit dilakukan. Setelah bertanya kepada warga setempat akhirnya perjalanan diteruskan melewati jalan setapak yang tampaknya jarang sekali dilalui, hanya sepeda motor dan pejalan kaki yang bisa melewatinya. Tak tampak bekas-bekas jejak manusia, hewan ataupun kendaraan di tanah. Namun tanpa ragu sepeda dikayuh dengan pasti melewati jalan tanah tersebut. 15 menit kemudian tampak jalan bercabang, karena bingung mau melewati yang mana diputuskan untuk berhenti sambil melihat navigasi di HP. Almos yang bagian navigasi mengecek sinyal XL di iPhonenya, tampak ada 2 bar sinyal, cukuplah untuk melihat peta rute pada aplikasi runtastic mountain bike-nya. Tampaknya rute tersebut sama-sama bisa dilewati, hanya saja rute yang lurus lebih jauh dan memutar, sementara rute yang belok kanan lebih pendek dan langsung menuju Dusun Selang. Akhirnya diputuskan menggunakan rute terpendek mengingat waktu telah menunjukkan pukul 11 siang. Tak disangka rute tersebut sangat berat, medannya berbatu-batu dan sepeda hanya bisa didorong dan sesekali dipikul. Semakin ke dalam tampak rute ini jarang dilalui oleh orang karena jejak jalan setapak semakin sumir dan tak keliatan. Sementara itu semakin jauh semakin curam menurun.
Dengan ragu-ragu perjalanan diteruskan dengan GPS tetap ditangan untuk melihat trail yang dilalui. Tampak di kiri kanan semak belukar yang masih perawan menghijau. Ada ketakutan kalau-kalau ada ular atau babi yang yang melintas dan menyerang namun dengan bekal doa dari RockinMaster dengan mantap langkah-demi langah diayun menuju Dusun Selang.
30 menit berlalu melintasi hutan perawan itu, akhirnya ketemu juga jalur yang biasa dilalui oleh penduduk, rupanya itu rute memutar yang tadinya kami tidak memilih untuk melewatinya. Dengan tangan gemetaran dan langkah gontai diputuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menerukan perjalanan. "Capek banget!" kata Arie300, untuk Om Win masih tetap melucu dan memberi motivasi dalam situasi seperti itu, sehingga semuanya masih tetap semangat.
Namun demikian, semangat pantang mundur dari masing-masing patut diacungi jempol, termasuk Arie300 yang kolesterolnya naik turun tak menentu. Setelah 1 jam berlalu tampaklah Desa Sampa Malang yang sepi, sambil mengayuh sepeda masuk ke wilayah permukiman ada keraguan terhadap arah jalan menuju Dusun Selang mengingat GPS dan Sinyal HP yang timbul tenggelam sehingga navigasi menjadi sulit dilakukan. Setelah bertanya kepada warga setempat akhirnya perjalanan diteruskan melewati jalan setapak yang tampaknya jarang sekali dilalui, hanya sepeda motor dan pejalan kaki yang bisa melewatinya. Tak tampak bekas-bekas jejak manusia, hewan ataupun kendaraan di tanah. Namun tanpa ragu sepeda dikayuh dengan pasti melewati jalan tanah tersebut. 15 menit kemudian tampak jalan bercabang, karena bingung mau melewati yang mana diputuskan untuk berhenti sambil melihat navigasi di HP. Almos yang bagian navigasi mengecek sinyal XL di iPhonenya, tampak ada 2 bar sinyal, cukuplah untuk melihat peta rute pada aplikasi runtastic mountain bike-nya. Tampaknya rute tersebut sama-sama bisa dilewati, hanya saja rute yang lurus lebih jauh dan memutar, sementara rute yang belok kanan lebih pendek dan langsung menuju Dusun Selang. Akhirnya diputuskan menggunakan rute terpendek mengingat waktu telah menunjukkan pukul 11 siang. Tak disangka rute tersebut sangat berat, medannya berbatu-batu dan sepeda hanya bisa didorong dan sesekali dipikul. Semakin ke dalam tampak rute ini jarang dilalui oleh orang karena jejak jalan setapak semakin sumir dan tak keliatan. Sementara itu semakin jauh semakin curam menurun.
Dengan ragu-ragu perjalanan diteruskan dengan GPS tetap ditangan untuk melihat trail yang dilalui. Tampak di kiri kanan semak belukar yang masih perawan menghijau. Ada ketakutan kalau-kalau ada ular atau babi yang yang melintas dan menyerang namun dengan bekal doa dari RockinMaster dengan mantap langkah-demi langah diayun menuju Dusun Selang.
30 menit berlalu melintasi hutan perawan itu, akhirnya ketemu juga jalur yang biasa dilalui oleh penduduk, rupanya itu rute memutar yang tadinya kami tidak memilih untuk melewatinya. Dengan tangan gemetaran dan langkah gontai diputuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menerukan perjalanan. "Capek banget!" kata Arie300, untuk Om Win masih tetap melucu dan memberi motivasi dalam situasi seperti itu, sehingga semuanya masih tetap semangat.
Tak sampai 15 menit, perjalanan diteruskan. Medannya sekarang menurun, menuju Dusun Selang, tapi jalan tanah berbatu seperti pada turunan menuju Dusun Sampa menghadang dan membutuhkan konsentrasi ekstra untuk menaklukkannya. Tak lama kemudian tampak pemukiman penduduk, tepatnya ada 2 rumah panggung dimana ada beberapa pemuda sedang bercakap-cakap. RockinMaster memutuskan untuk bertanya arah menuju Dusun Selang, namun konsentrasi RockinMaster terganggu dengan informasi bahwa ada beberapa pesepeda yang baru saja melintas menuju air terjun selang. RockinMaster mengajak kita semua untuk menuju ke sana. Dengan berat hati dan kekompakan tim akhirnya kita menuju air terjun itu, namun perjalanan terhadang dengan adanya sungai yang relatif dalam. Belum lagi informasi lokasi air terjun itu tidak terlalu jelas, baik jarak maupun arahnya.
Akhirnya Arie300 tak tahan lagi pengen mandi di sungai. Tanpa ba bi bu, ia langsung mengayuh sepedanya ke sungai itu, sementara Almos, Sencong, Om Win dan RockinMaster hanya berhenti di pinggir sungai dan duduk-duduk merokok karena masih berpeluh. "Ayo Mandi!" teriak Arie300 namun tak ada respon. Tampak sekali Arie300 menikmati belaian sejuk air sungai yang masih bening itu. Tidak lama kemudian, mengingat waktu sudah jam 12 lewat, perjalanan diteruskan. Kembali ke tempat terakhir kita berhenti bertanya arah ke Selang. Tampak sudah tidak ada orang di situ, sambil terus mengayuh mengikuti jalan setapak kita bertemu dengan rombongan pejalan kaki, mereka menunjukkan arah menuju Dusun Selang. Mengikuti petunjuk mereka, kita melalui sungai menyeberang ke arah selatan, mengikuti jalan tanah yang tampak sering dilalui oleh penduduk setempat.
Tak lama kemudian kami sampai di Dusun Selang. Tak disangka bertemu dengan mertuanya Sencong Al Sahab, Abe Iyut namanya. Setelah say hello perjalanan diteruskan menuju Desa Kerekeh. Seperti biasa, Premier 2.0 merah dan Wimcycle AirFlex biru selalu di barisan belakang. Mendekati Desa Kerekeh akhirnya kami kembali ke peradaban, tampak jalan hotmix di depan, namun di kejauhan pemilik Premier merah dan Wimcycle biru tak juga kelihatan, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti, menunggu mereka berdua. Sejurus kemudian tampak Sencong menyusul, sendirian! Rasa was-was melanda, Arie300 kemana? Sesampai di tempat kami berhenti Sencong memberi kabar kalau Arie300 tak lagi sanggup meneruskan perjalanan. Akhirnya Almos memutuskan untuk kembali menyusul Arie300 ke arah Dusun Selang. Sekitar 500 meter tampak sepeda motor Abe Iyut melaju dengan seorang penumpang. Iya, itu Arie300, pemilik Premier 2.0 merah. Lalu sepedanya kemana? ternyata Arie memutuskan pulang naik ojek dan menitipkan sepedanya di Selang karena energinya benar-benar sudah habis. Untung ada Abe Iyut yang mengantarnya pulang. Setelah itu kami berempat menggenjot habis sepeda dengan sisa tenaga yang ada. Pulang ke markas Cakwes! dan waktu menunjukkan pukul 14.00 WITA. Astaga!!! kami bersepeda selama 8 jam hari ini.... that's a lil' bit crazy yet so fun....
Tak lama kemudian kami sampai di Dusun Selang. Tak disangka bertemu dengan mertuanya Sencong Al Sahab, Abe Iyut namanya. Setelah say hello perjalanan diteruskan menuju Desa Kerekeh. Seperti biasa, Premier 2.0 merah dan Wimcycle AirFlex biru selalu di barisan belakang. Mendekati Desa Kerekeh akhirnya kami kembali ke peradaban, tampak jalan hotmix di depan, namun di kejauhan pemilik Premier merah dan Wimcycle biru tak juga kelihatan, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti, menunggu mereka berdua. Sejurus kemudian tampak Sencong menyusul, sendirian! Rasa was-was melanda, Arie300 kemana? Sesampai di tempat kami berhenti Sencong memberi kabar kalau Arie300 tak lagi sanggup meneruskan perjalanan. Akhirnya Almos memutuskan untuk kembali menyusul Arie300 ke arah Dusun Selang. Sekitar 500 meter tampak sepeda motor Abe Iyut melaju dengan seorang penumpang. Iya, itu Arie300, pemilik Premier 2.0 merah. Lalu sepedanya kemana? ternyata Arie memutuskan pulang naik ojek dan menitipkan sepedanya di Selang karena energinya benar-benar sudah habis. Untung ada Abe Iyut yang mengantarnya pulang. Setelah itu kami berempat menggenjot habis sepeda dengan sisa tenaga yang ada. Pulang ke markas Cakwes! dan waktu menunjukkan pukul 14.00 WITA. Astaga!!! kami bersepeda selama 8 jam hari ini.... that's a lil' bit crazy yet so fun....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar