Selasa, 28 April 2015

Tour de Batubulan

Setelah dua kali tour luar kota, dan menyisakan beberapa permasalahan, baik teknis maupun non-teknis, akhirnya disepakati bahwa bersepeda ke luar kota akan diagendakan sebulan sekali. Almos yang kebagian tugas merancang rute perjalanan sudah menyiapkan rute baru yang diberi nama "Tour de Batubulan" sejauh 40 kilometer pulang pergi dan akan dieksekusi pada bulan Mei 2015. Namun demikian "tanpa disengaja" pada Minggu pagi, 26 April 2015, yang rencananya akan bersepeda ke air terjun Selang sebagaimana disepakati pada Sabtu malam, justru mengeksekusi rute ke Batubulan. 

Adalah Arie300 yang punya ide, setelah mendekati jam 06.00 WITA, RockinMaster belum merespon dua kali panggilan dari Almos, akhirnya hanya berempat (Om Win, Almos, Arie300 dan Sencong) sepakat untuk meluncur ke warung nasi kuning di Brangbara. Sambil menunggu Arie300 memesan nasi bungkus untuk perbekalan sarapan di lokasi yang dituju (belum diputuskan kemana saat itu), ngobrol-ngobrol kemana tujuan gowes hari itu. Begitu Arie300 selesai dan menyerahkan 4 bungkusan nasi kepada Sencong untuk dimasukkan ke ransel, diputuskanlah untuk gowes ke Batubulan. Alasannya kalo ke Selang, jaraknya relatif dekat dan melewati sungai, selainya sudah pernah dilalui. Sementara Batubulan, selain jaraknya yang menantang, Sencong dan Om Win belum pernah ke sana. Sepakatlah meluncur ke Batubulan. Tantangan pertama adalah tanjakan Bukit Permai, selain terjal lumayan panjang, namun karena permukaannya yang beraspal maka Cakwes yakin seyakin yakinnya kalo tanjakan itu bisa dilibas tanpa harus turun dari sepeda. Alhamdulillah, dengan sedikit ngos-ngosan semuanya sampai ke puncak perjalanan diteruskan ke arah Raberas. Setibanya di Perempatan Raberas, kami berbelok ke kanan ke arah Bukit Permai menuju jembatan Pamiso Ne. Jalan tanah berbatu menghampiri, namun itu bukan hambatan bagi kami karena yang jauh lebih berat sudah terlewati. Melewati jembatan Pamiso Ne, kayuhan diperkuat karena tanjakan menghadang, jalannya mulai bergeronjal berbatu dan tanjakan itu dilewati dengan relatif mudah dan sepeda terus di kayuh menuju arah Simpang Boak. 

Setibanya di Simpang Boak kami beristirahat sejenak sambil menunggu Sencong dan Om Win yang masih di belakang. Ari300 hari itu tampak fit karena belum nampak ngos-ngosan setelah 30 menit mengayuh sepeda. Setelah semua anggota Cakwes berkumpul dan mendokumentasikan perjalanan alias foto-foto, perjalanan diteruskan menuju ke arah Boak. Karena jalannya  beraspal maka kayuhan sepeda terasa ringan, Om Win langsung tancap pedal dengan persneling 3-7, menyusul Almos, Sencong dan Arie300. 

Di depan, turunan hutan jati Boak menunggu. Setelah melibas turunan yang berkelok itu jalan kembali melandai, dan tak lama kemudian ada turunan lagi. "Bonus neh!" kata Arie300 dan Desa Boak pun dilewati dengan mudah. Setelah 30 menit akhirnya waktunya rehat sejenak, sesampai di jembatan kembar sebelum Batu Alang kita berhenti, minum dan merokok buat Sencong dan Almos.


Selepas 10 menit, perjalanan diteruskan, melewati Batu Alang yang merupakan lokasi kampus Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang terkenal dengan segudang prestasinya itu. Di sepanjang kiri dan kanan jalan tampak sawah yang menghijau dengan padi yang tumbuh subur. Lepas dari Batu Alang, Desa Leseng dan Seminar juga terlewati. Di sebelah kanan jalan sebelum mencapai Bendungan Batubulan tampak gerbang menuju lokasi Embung Pernek, yang sempat juga menjadi calon destinasi bersepeda bagi Cakweser. Lain waktu kita ke sini kata Almos. Tak terasa, setelah 30 menit bersepeda tampak gerbang Bendungan Batubulan di sebelah kiri jalan. Kita berhenti sejenak untuk foto-foto....


Setelah itu, perjalanan diteruskan memasuki kawasan Bendungan Batubulan. Kita mengambil arah ke kanan menuju ke arah waduk, melihat di sebelah kanan ada perahu nelayan kita sepakat untuk berhenti sejenak untuk mengambil gambar sembari menunggu Sencong memperbaiki rem sepedanya yang bermasalah.



Kelar foto-foto perjalanan diteruskan untuk mencari tempat  bersantai dan beristirahat. Sambil menyusuri tubuh bendungan, sepeda dikayuh perlahan sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan bendungan yang spektakuler. Tiba bagian tengah bendungan tampak ada beberapa unit berugak, di bawah bukit kecil. Matahari tampak terhalang oleh bukit kecil itu sehingga berugak yang berada di bawah bukit menjadi tempat yang menarik untuk beristirahat.

Dan ransel perbekalan pun segera dieksekusi untuk sarapan dengan nasi bungkus yang dibeli tadi pagi di Brangbara. Dengan lahap Sencong dan Arie300 menyantap nasi bungkusnya plus tahu isi goreng dari persediaannya Arie300. Menu sederhana yang cukup memberi energi baru setelah capek bersepeda. Sembari '3n' alias ngobrol, ngerokok dan ngemil, kami menikmati landscape bendungan terbesar di NTB itu.

Setelah 30 menit beristirahat, saatnya untuk pulang. Menuju ke arah timur tubuh bendungan kita berbelok ke kiri menuruni jalur kendaraan yang berbatu. Melewati jembatan di bagian bawah bendungan kami berhenti, untuk mendapatkan foto bersama dengan latar tulisan Bendungan Batubulan.

Setelah itu, kami mengayuh pedal kembali menuju Desa Maman, kemudian ke arah Dusun Leseng dan keluar di ruas utama jalan Pal IV - Lenangguar yang merupakan Jalan Provinsi, rute yang kami lalui pada saat datang tadi. Kayuhan demi kayuhan pada pedal sepeda membawa kami melewati kawasan pemukiman dan persawahan di sepanjang perjalanan pulang. Akhirnya pukul 11 lewat, kami sampai di Markas Cakwes. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar