Kamis, 30 April 2015

Sekongkang MTB Adventure 2015

Breaking News!

Buat anggota Cakwes yang merasa tertantang berkompetisi sepeda gunung, ada event Sekongkang MTB Adventure 2015 yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 23 Mei 2015.  Berikut fact & figure-nya:



Rabu, 29 April 2015

Next Route ...

Berikut rute bersepeda Bulan Mei 2015, silahkan dipilih:
  • Rute Ai Loang
  • Rute Batualang
  • Rute Semongkat 
  • Rute Orong Telu - Baturotok

Selasa, 28 April 2015

Tour de Batubulan

Setelah dua kali tour luar kota, dan menyisakan beberapa permasalahan, baik teknis maupun non-teknis, akhirnya disepakati bahwa bersepeda ke luar kota akan diagendakan sebulan sekali. Almos yang kebagian tugas merancang rute perjalanan sudah menyiapkan rute baru yang diberi nama "Tour de Batubulan" sejauh 40 kilometer pulang pergi dan akan dieksekusi pada bulan Mei 2015. Namun demikian "tanpa disengaja" pada Minggu pagi, 26 April 2015, yang rencananya akan bersepeda ke air terjun Selang sebagaimana disepakati pada Sabtu malam, justru mengeksekusi rute ke Batubulan. 

Adalah Arie300 yang punya ide, setelah mendekati jam 06.00 WITA, RockinMaster belum merespon dua kali panggilan dari Almos, akhirnya hanya berempat (Om Win, Almos, Arie300 dan Sencong) sepakat untuk meluncur ke warung nasi kuning di Brangbara. Sambil menunggu Arie300 memesan nasi bungkus untuk perbekalan sarapan di lokasi yang dituju (belum diputuskan kemana saat itu), ngobrol-ngobrol kemana tujuan gowes hari itu. Begitu Arie300 selesai dan menyerahkan 4 bungkusan nasi kepada Sencong untuk dimasukkan ke ransel, diputuskanlah untuk gowes ke Batubulan. Alasannya kalo ke Selang, jaraknya relatif dekat dan melewati sungai, selainya sudah pernah dilalui. Sementara Batubulan, selain jaraknya yang menantang, Sencong dan Om Win belum pernah ke sana. Sepakatlah meluncur ke Batubulan. Tantangan pertama adalah tanjakan Bukit Permai, selain terjal lumayan panjang, namun karena permukaannya yang beraspal maka Cakwes yakin seyakin yakinnya kalo tanjakan itu bisa dilibas tanpa harus turun dari sepeda. Alhamdulillah, dengan sedikit ngos-ngosan semuanya sampai ke puncak perjalanan diteruskan ke arah Raberas. Setibanya di Perempatan Raberas, kami berbelok ke kanan ke arah Bukit Permai menuju jembatan Pamiso Ne. Jalan tanah berbatu menghampiri, namun itu bukan hambatan bagi kami karena yang jauh lebih berat sudah terlewati. Melewati jembatan Pamiso Ne, kayuhan diperkuat karena tanjakan menghadang, jalannya mulai bergeronjal berbatu dan tanjakan itu dilewati dengan relatif mudah dan sepeda terus di kayuh menuju arah Simpang Boak. 

Setibanya di Simpang Boak kami beristirahat sejenak sambil menunggu Sencong dan Om Win yang masih di belakang. Ari300 hari itu tampak fit karena belum nampak ngos-ngosan setelah 30 menit mengayuh sepeda. Setelah semua anggota Cakwes berkumpul dan mendokumentasikan perjalanan alias foto-foto, perjalanan diteruskan menuju ke arah Boak. Karena jalannya  beraspal maka kayuhan sepeda terasa ringan, Om Win langsung tancap pedal dengan persneling 3-7, menyusul Almos, Sencong dan Arie300. 

Di depan, turunan hutan jati Boak menunggu. Setelah melibas turunan yang berkelok itu jalan kembali melandai, dan tak lama kemudian ada turunan lagi. "Bonus neh!" kata Arie300 dan Desa Boak pun dilewati dengan mudah. Setelah 30 menit akhirnya waktunya rehat sejenak, sesampai di jembatan kembar sebelum Batu Alang kita berhenti, minum dan merokok buat Sencong dan Almos.


Selepas 10 menit, perjalanan diteruskan, melewati Batu Alang yang merupakan lokasi kampus Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang terkenal dengan segudang prestasinya itu. Di sepanjang kiri dan kanan jalan tampak sawah yang menghijau dengan padi yang tumbuh subur. Lepas dari Batu Alang, Desa Leseng dan Seminar juga terlewati. Di sebelah kanan jalan sebelum mencapai Bendungan Batubulan tampak gerbang menuju lokasi Embung Pernek, yang sempat juga menjadi calon destinasi bersepeda bagi Cakweser. Lain waktu kita ke sini kata Almos. Tak terasa, setelah 30 menit bersepeda tampak gerbang Bendungan Batubulan di sebelah kiri jalan. Kita berhenti sejenak untuk foto-foto....


Setelah itu, perjalanan diteruskan memasuki kawasan Bendungan Batubulan. Kita mengambil arah ke kanan menuju ke arah waduk, melihat di sebelah kanan ada perahu nelayan kita sepakat untuk berhenti sejenak untuk mengambil gambar sembari menunggu Sencong memperbaiki rem sepedanya yang bermasalah.



Kelar foto-foto perjalanan diteruskan untuk mencari tempat  bersantai dan beristirahat. Sambil menyusuri tubuh bendungan, sepeda dikayuh perlahan sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan bendungan yang spektakuler. Tiba bagian tengah bendungan tampak ada beberapa unit berugak, di bawah bukit kecil. Matahari tampak terhalang oleh bukit kecil itu sehingga berugak yang berada di bawah bukit menjadi tempat yang menarik untuk beristirahat.

Dan ransel perbekalan pun segera dieksekusi untuk sarapan dengan nasi bungkus yang dibeli tadi pagi di Brangbara. Dengan lahap Sencong dan Arie300 menyantap nasi bungkusnya plus tahu isi goreng dari persediaannya Arie300. Menu sederhana yang cukup memberi energi baru setelah capek bersepeda. Sembari '3n' alias ngobrol, ngerokok dan ngemil, kami menikmati landscape bendungan terbesar di NTB itu.

Setelah 30 menit beristirahat, saatnya untuk pulang. Menuju ke arah timur tubuh bendungan kita berbelok ke kiri menuruni jalur kendaraan yang berbatu. Melewati jembatan di bagian bawah bendungan kami berhenti, untuk mendapatkan foto bersama dengan latar tulisan Bendungan Batubulan.

Setelah itu, kami mengayuh pedal kembali menuju Desa Maman, kemudian ke arah Dusun Leseng dan keluar di ruas utama jalan Pal IV - Lenangguar yang merupakan Jalan Provinsi, rute yang kami lalui pada saat datang tadi. Kayuhan demi kayuhan pada pedal sepeda membawa kami melewati kawasan pemukiman dan persawahan di sepanjang perjalanan pulang. Akhirnya pukul 11 lewat, kami sampai di Markas Cakwes. 




Senin, 27 April 2015

Tour de Sampa


Setelah Tour de Klungkung tuntas minggu lalu (22/3/2015) Cakwes Family Bike merasa tertantang untuk menaklukkan medan yang lebih berat lagi. Untuk itu disusunlah rencana dengan memetakan track yang kira-kira lebih berat dari rute sebelumnya.

Akhirnya disepakati rute memutar dari Markas Cakwes - Sering - Pelat - Brang Pelat - Sampa - Sampa Malang - Selang - Kerekeh dan kembali lagi ke Markas Cakwes di Karang Jangkring. Melihat dari peta Google Earth Pro, rute ini sangat menantang mengingat belum ada satu pun dari kami yang pernah melewatinya. Track dari Brang Pelat - Sampa - Selang sangatlah asing bagi kami dan sulit untuk diprediksi seperti apa medannya, apakah gravel, jalan tanah, ataukah macadam. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat temen-temen, bahkan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.



Minggu pagi tiba. Pkl. 05.00 WITA Almos sudah bangun dan prepare. Satu persatu anggota Cakwes berkumpul. Tepat pukul 05.40 WITA perjalanan dimulai. Ujung Jalan Sultan Kaharuddin membawa Cakwes menanjak ke arah Sering menuju Pelat. Pelan namun pasti tanjakan menuju pelat dilewati. Setibanya di simpangan Pelat RockinMaster memberi isyarat berhenti untuk menunggu anggota lain yang masih di belakang. Belum 3 tegukan minum, Om Win, Arie300 dan Sencong sudah menyusul dan ikut berhenti di Simpang Pelat untuk mengatur nafas. 
"Tanjakan yang lumayan" kata Arie300 sambil menenggak air persediaan dari botol sepedanya. "Foto-foto dulu" kata RockinMaster, dan semuanya langsung pasang aksi. Setelah sesi foto-foto selesai, perjalanan dilanjutkan, akhirnya kami tiba di Desa Pelat. Dari Simpangan menuju Pelat medannya menurun, sehingga kayuhan tidak terlalu berat. Tiba di Desa Pelat kita belok kanan menuju ke arah Brang Pelat, sejurus kemudian tampak SMPN 3 Unter Iwes, tempat Om Win bekerja sebagai Guru, di depannya ada tanjakan yang lumayan terjal untuk ditaklukkan. 


Namun karena Om Win merasa ada yang tidak beres dengan perutnya, ia memberi isyarat berhenti di depan SMPN 3 Unter Iwes, tepat di bawah tanjakan terjal itu. Sementara Om Win masuk ke dalam pekarangan sekolah mencari tempat melepas beban perutnya yang error, Arie300 ngajak foto-foto. Eh, foto-foto lagi.... busyet...

Kelar urusannya Om Win, kita meneruskan perjalanan dan mengayuh sepeda mendaki tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes itu, dengan susah payah akhirnya tanjakan itu berhasil ditaklukkan. Lumayan capek dan setiba di puncak tanjakan berhenti lagi menunggu Arie300 dan Sencong yang selalu di belakang. Dengan nafas ngos-ngosan tampak pelan tapi pasti sepeda merah Premier 2.0 dan Wimcycle Airflex biru mendaki tanjakan menuju puncak...
Setelah semua sampai di puncak tanjakan, perjalanan dilanjutkan lagi. Di depan medannya berbatu dan tanah yang basah, menuju Dusun Brang Pelat. 5 menit kemudian tampak jembatan Brang Pelat, ambil nafas sebentar untuk menaklukkan tanjakan Brang Pelat yang relatif terjal dan memutar, meski tak sepanjang tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes.

Sesampai di Brang Pelat, Sencong izin sebentar mampir di rumah kenalannya, dalam rangka urusan bisnis perikanan. RockinMaster, seperti biasa, melaju terus menuju tanjakan ke arah Sampa, diikuti Om Win. Arie300 dan Almos ikut mampir di Brang Pelat menemani Sencong. Sambil menunggu Sencong yang lagi ngobrol serius dengan pemilik rumah, arie300 melumasi rantai sepedanya yang kering dengan minyak goreng yang diminta kepada pemilik rumah. 10 menit berlalu, akhirnya Sencong selesai juga dan perjalanan dilanjutkan kembali. Di depan tanjakan sudah menunggu, tanjakan berbatu dan memutar, sehinggi gigi sepedapun perlu diturunkan menjadi 2-4 untuk menaklukkannya.


Jalan berbatu lepas itu tampaknya bukan medan yang mudah bagi sepeda gunung standar milik Cakwes sehingga menuntun sepeda menjadi pilihan kalo tidak mau tergelincir terhempas batu lepas di tanjakan selepas Brang Pelat. 15 menit kemudian, setelah mendorong sepeda mendaki tampak dataran yang relatif rata sehingga diputuskan untuk berhenti sambil beristirahat. Om Win yang sudah siap dengan rotinya tampak kesal karena begitu dibuka rotinya sudah jamuran dan tak lagi bisa dimakan. Arrrggghhh.....!!!


Dari tempat kami beristirahat tampak pemandangan bentang alam perbukitan yang hijau dan di sebelah timur  Desa Brang Pelat tampak di kejauhan. RockinMaster dengan sigap mengeluarkan kamera untuk foto-foto. Pemandangan lembah yang indah dan menghijau cukup menghilangkan kepenatan bersepeda. Sambil makan snack dan sisa air minum di persediaan Sencong dan Arie300 tampak asyik menikmati landscape perbukitan di sepanjang mata memandang. Setelah 15 menit berlalu, perjalanan diteruskan kembali, kali ini menuju Dusun Sampa A yang medannya menurun, tapi track tanah berbatu cukup menyulitkan untuk mengendalikan sepeda karena pegangan di handlebar harus mantap dan mata harus sigap melihat jalan yang tepat untuk dilewati agar tidak tergelincir. Tak lama kemudian Desa Sampa A sudah di depan mata. Mengingat air persediaan dan snack sudah habis diputuskan mencari kios untuk membeli perbekalan. Setelah bertanya sana sini kepada penduduk setempat akhirnya ada juga kios yang masih buka di ujung lapangan Dusun Sampa. Untungnya air mineral ada tersedia, termasuk snack. Om Win membeli Entrostop untuk meredakan nyeri lambungnya. Di samping kios itu ada balai-balai sehingga kita memutuskan duduk-duduk sebentar sambil memesan kopi/teh panas. Tak lama kemudian beberapa gelas kopi dan teh datang dibawa pemilik kios. Jadilah kita ngobrol-ngobrol sambil melepas lelah. Tampak di kejauhan medan yang akan kita lalui, itulah Sampa Malang, tantangan terakhir dari rute ini yang harus didaki dengan sepeda.

Setelah sepeminuman teh, perjalanan kembali dilanjutkan. Mendaki jalan terjal berbatu, sesekali berhenti sejenak menunggu anggota tim yang masih dibelakang, kadang mengayuh pelan dengan drivetrain paling rendah, kadang turun dari sepeda sambil mendorongnya melewati tanjakan yang tak mudah. Maklum ini medan yang jauh lebih berat ketimbang rute Klungkung/Uma Buntar yang sudah ditaklukkan minggu sebelumnya.
Namun demikian, semangat pantang mundur dari masing-masing patut diacungi jempol, termasuk Arie300 yang kolesterolnya naik turun tak  menentu. Setelah 1 jam berlalu tampaklah Desa Sampa Malang yang sepi, sambil mengayuh sepeda masuk ke wilayah permukiman ada keraguan terhadap arah jalan menuju Dusun Selang mengingat GPS dan Sinyal HP yang timbul tenggelam sehingga navigasi menjadi sulit dilakukan. Setelah bertanya kepada warga setempat akhirnya perjalanan diteruskan melewati jalan setapak yang tampaknya jarang sekali dilalui, hanya sepeda motor dan pejalan kaki yang bisa melewatinya. Tak tampak bekas-bekas jejak manusia, hewan ataupun kendaraan di tanah. Namun tanpa ragu sepeda dikayuh dengan pasti melewati jalan tanah tersebut. 15 menit kemudian tampak jalan bercabang, karena bingung mau melewati yang mana diputuskan untuk berhenti sambil melihat navigasi di HP. Almos yang bagian navigasi mengecek sinyal XL di iPhonenya, tampak ada 2 bar sinyal, cukuplah untuk melihat peta rute pada aplikasi runtastic mountain bike-nya. Tampaknya rute tersebut sama-sama bisa dilewati, hanya saja rute yang lurus lebih jauh dan memutar, sementara rute yang belok kanan lebih pendek dan langsung menuju Dusun Selang. Akhirnya diputuskan menggunakan rute terpendek mengingat waktu telah menunjukkan pukul 11 siang. Tak disangka rute tersebut sangat berat, medannya berbatu-batu dan sepeda hanya bisa didorong dan sesekali dipikul. Semakin ke dalam tampak rute ini jarang dilalui oleh orang karena jejak jalan setapak semakin sumir dan tak keliatan. Sementara itu semakin jauh semakin curam menurun.


Dengan ragu-ragu perjalanan diteruskan dengan GPS tetap ditangan untuk melihat trail yang dilalui. Tampak di kiri kanan semak belukar yang masih perawan menghijau. Ada ketakutan kalau-kalau ada ular atau babi yang yang melintas dan menyerang namun dengan bekal doa dari RockinMaster dengan mantap langkah-demi langah diayun menuju Dusun Selang.

30 menit berlalu melintasi hutan perawan itu, akhirnya ketemu juga jalur yang biasa dilalui oleh penduduk, rupanya itu rute memutar yang tadinya kami tidak memilih untuk melewatinya. Dengan tangan gemetaran dan langkah gontai diputuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menerukan perjalanan. "Capek banget!" kata Arie300, untuk Om Win masih tetap melucu dan memberi motivasi dalam situasi seperti itu, sehingga semuanya masih tetap semangat.

Tak sampai 15 menit, perjalanan diteruskan. Medannya sekarang menurun, menuju Dusun Selang, tapi jalan tanah berbatu seperti pada turunan menuju Dusun Sampa menghadang dan membutuhkan konsentrasi ekstra untuk menaklukkannya. Tak lama kemudian tampak pemukiman penduduk, tepatnya ada 2 rumah panggung dimana ada beberapa pemuda sedang bercakap-cakap. RockinMaster memutuskan untuk bertanya arah menuju Dusun Selang, namun konsentrasi RockinMaster terganggu dengan informasi bahwa ada beberapa pesepeda yang baru saja melintas menuju air terjun selang. RockinMaster mengajak kita semua untuk menuju ke sana. Dengan berat hati dan kekompakan tim akhirnya kita menuju air terjun itu, namun perjalanan terhadang dengan adanya sungai yang relatif dalam. Belum lagi informasi lokasi air terjun itu tidak terlalu jelas, baik jarak maupun arahnya.

Akhirnya Arie300 tak tahan lagi pengen mandi di sungai. Tanpa ba bi bu, ia langsung mengayuh sepedanya ke sungai itu, sementara Almos, Sencong, Om Win dan RockinMaster hanya berhenti di pinggir sungai dan duduk-duduk merokok karena masih berpeluh. "Ayo Mandi!" teriak Arie300 namun tak ada respon. Tampak sekali Arie300 menikmati belaian sejuk air sungai yang masih bening itu. Tidak lama kemudian, mengingat waktu sudah jam 12 lewat, perjalanan diteruskan. Kembali ke tempat terakhir kita berhenti bertanya arah ke Selang. Tampak sudah tidak ada orang di situ, sambil terus mengayuh mengikuti jalan setapak kita bertemu dengan rombongan pejalan kaki, mereka menunjukkan arah menuju Dusun Selang. Mengikuti petunjuk mereka, kita melalui sungai menyeberang ke arah selatan, mengikuti jalan tanah yang tampak sering dilalui oleh penduduk setempat.

Tak lama kemudian kami sampai di Dusun Selang. Tak disangka bertemu dengan mertuanya Sencong Al Sahab, Abe Iyut namanya. Setelah say hello perjalanan diteruskan menuju Desa Kerekeh. Seperti biasa, Premier 2.0 merah dan Wimcycle AirFlex biru selalu di barisan belakang. Mendekati Desa Kerekeh akhirnya kami kembali ke peradaban, tampak jalan hotmix di depan, namun di kejauhan pemilik Premier merah dan Wimcycle biru tak juga kelihatan, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti, menunggu mereka berdua. Sejurus kemudian tampak Sencong menyusul, sendirian! Rasa was-was melanda, Arie300 kemana? Sesampai di tempat kami berhenti Sencong memberi kabar kalau Arie300 tak lagi sanggup meneruskan perjalanan. Akhirnya Almos memutuskan untuk kembali menyusul Arie300 ke arah Dusun Selang. Sekitar 500 meter tampak sepeda motor Abe Iyut melaju dengan seorang penumpang. Iya, itu Arie300, pemilik Premier 2.0 merah. Lalu sepedanya kemana? ternyata Arie memutuskan pulang naik ojek dan menitipkan sepedanya di Selang karena energinya benar-benar sudah habis. Untung ada Abe Iyut yang mengantarnya pulang. Setelah itu kami berempat menggenjot habis sepeda dengan sisa tenaga yang ada. Pulang ke markas Cakwes! dan waktu menunjukkan pukul 14.00 WITA. Astaga!!! kami bersepeda selama 8 jam hari ini.... that's a lil' bit crazy yet so fun....



Sabtu, 25 April 2015

Tour de Klungkung


Pada Minggu pagi tanggal 22 Maret 2015 pukul 05.30 WITA, Cakwes Family Bike yang terdiri dari Om Win, Almos, RockinMaster, Arie300 dan Sencong Al Sahab mencoba rute baru yang cukup menantang yaitu rute Bypass - Pemulung - Uma Buntar - Klungkung lalu kembali ke markas Cakwes di Karang Jangkring. Jaraknya sekitar 27 km lebih dengan medan yang menanjak dari Pemulung - Uma Buntar - Klungkung dan menurun dari Klungkung ke markas Cakwes.

Berangkat tepat pukul 05.30 WITA melalui jalan Sultan Kaharuddin ke arah ke Sering menuju Bypass. Baru 10 menit mengayuh pedal melalui Bypass di sebelah kanan nampak ada warung baru buka. RockinMaster memberi tanda untuk berhenti, rupanya dia ingin ngopi di warung itu. Ya sudah, meski baru beberapa kilometer menggowes sepeda kita sepakat untuk berhenti dan memesan kopi dan cemilan. Selepas 10 menit "3n" alias ngopi, ngemil dan ngobrol, akhirnya perjalanan dilanjutkan. Tiba di simpangan menuju Pemulung kita membelokkan sepeda ke kiri, menuju ke arah Pemulung. Jalannya mulai bergeronjal karena bukan lagi jalan hotmix seperti bypass. Begitu masuk Dusun Pemulung kita berbelok ke kanan mengikuti jalan tanah dan tanjakan pertama yang cukup terjal menghadang. Ini tantangan sesungguhnya kata Arie300 dan gear sepedapun langsung disesuaikan. Namun karena medannya batu lepas, ban belakang sepeda tidak lagi bisa kompromi. Akhirnya di tengah tanjakan kita berhenti, turun dan mendorong sepeda. Setibanya di puncak tanjakan kita rehat sejenak sambil minum dari botol minuman di sepeda, lumayan capek dan perjalanan pun masih panjang....

Setelah 5 menit istirahat dan foto-foto, perjalanan dilanjutkan. RockinMaster alias Om Topan bergegas mendahului dengan Broadway 2.0-nya. diikuti Almos dan Om Win. Sencong Alias Yayat dan Arie300 menyusul di belakang. 30 menit mengayuh akhirnya sampailah kita di Dusun Uma Buntar. Persediaan air di botol minuman di sepeda sudah mulai menipis karena perjalanan menanjak butuh supply cairan yang relatif banyak ketimbang medan yang flat. Namun demikian, pedal sepeda terus dikayuh, pelan tapi pasti tanjakan demi tanjakan terlewati, setelah Dusun Uma Buntar terlewati sampailah kita di jalan setapak yang hanya dilalui oleh kendaraan roda dua. Dari kejauhan tampak RockinMaster di puncak tanjakan sedang beristirahat menunggu kami. Sesampai di puncak tanjakan kamipun ikut berhenti sejenak sambil menunggu Sencong dan Arie300 yang ketinggalan di belakang. Sambil melihat lembah di sisi kanan tanjakan, Om Win membuka tas perbekalan, ada coklat Top 5 biji yang dishare sambil istirahat. 10 menit berlalu tapi Sencong dan Arie300 belum nampak batang hidungnya, waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 WITA dan matahari sudah mulai meninggi.
sejurus kemudian tampak dua orang pesepeda dari kejauhan, iya! itu mereka kata Om Win, dan merekapun ikut beristirahat di puncak tanjakan selepas Uma Buntar ini.

30 menit di puncak tanjakan, kami sepakat mengayuh pedal lagi, perjalanan masih panjang. Puncak tanjakan itu baru separuh perjalanan. masih ada beberapa tanjakan lagi di depan kami yang mesti ditaklukkan. Dengan bersemangat kami berlima menggowes sepeda ke arah klungkung, 2 (dua) tanjakan berat berhasil dilewati tanpa turun dari sepeda namun tenaga sudah mulai berkurang, air dan perbekalan sudah habis. Akhirnya kami sampai juga ke Klungkung, tanjakan terakhir yang cukup terjal membawa kami ke pusat pemukiman Desa Klungkung, Desa tempat RockinMaster dan Om Win dibesarkan. Setibanya di Klungkung kami memutuskan beristirahat di sebuah kios milik saudaranya pak Kades Klungkung. Kita membeli cemilan dan teh botol untuk mengurangi dahaga yang melanda. Sencong membakar sebatang Dji Sam Soe sambil menyeruput teh botol, sementar Arie300 tampak sedang menikmati cemilannya. selepas 15 menit nongkrong di Kios itu, kami melanjutkan perjalanan. Kini tracknya mudah karena dari Klungkung ke Sumbawa Besar medannya menurun. 20 menit kami tiba di markas dan Tour de Klungkung akhirnya tuntas...

Selasa, 21 April 2015

Cakwes Family Bike


Bermula dari keinginan untuk bersepeda bersama dua keluarga di Lingkungan Karang Jangkring, Kelurahan Brangbara, Sumbawa Besar, Cakwes Family Bike terbentuk dan diberi nama dari sebuah kue tradisional tionghoa bernama Cakue yang sering dibeli pada saat istirahat bersepeda di taman kota eks Terminal Lama Sumbawa Besar. Bersepeda sambil istirahat makan Cakue memunculkan ide untuk memberi nama Cakwes alias makan kue Cakue sembari gowes alias bersepeda. Sementara itu karena anggotanya masih punya hubungan family satu sama lainnya, maka Family Bike menjadi kelanjutan dari nama Cakwes tersebut sehingga menjadi Cakwes Family Bike. Namun demikian, Cakwes Family Bike tidak hanya berisikan orang-orang yang memiliki hubungan kekeluargaan satu sama lain  saja, namun terbuka juga untuk temen-temen deket dan jiran tetangga yang ingin bersepeda bersama, terutama yang punya keinginan bersepeda karena dorongan hati.
Sampai dengan saat tulisan ini dibuat anggota CFB yang intens bersepeda baru 8 (delapan) orang yaitu Om Win alias Ketum, Almos, RockinMaster, Sencong Al Sahab, Arie300, Odi Gangster dan Abang Rifqo, Tony Bapak Ega dan Moleq. Oh, iya,  ada satu yang belum pernah ikut bersepeda bersama tim, yaitu Kopassus Arya, dia sedang bersekolah di Malang. Semoga cepet bisa liburan dan bersepeda bersama. Maklum, atribut bersepeda yang utama yaitu kostum tim dipercayakan ke dia. Meskipun sampai dengan saat ini belum ada kabar sudah sejauh mana progress survei pasar yang dilakukannya di Malang.
Personil Cakwes Family Bike
Rute bersepeda Cakwes Family Bike (CFB)  diagendakan sebulan sekali untuk rute jarak jauh alias rute luar kota yang biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi. sementara untuk rute jarak pendek di seputaran kota Sumbawa Besar dilakukan 2 (dua) kali seminggu yaitu pada hari Minggu Pagi dan Kamis Sore. Di luar itu terkadang tiap hari Selasa ataupun Sabtu beberapa anggota Cakwes juga bersepeda sore di seputaran Kota Sumbawa Besar. Rute SPG, begitu Arie300 menjulukinya, karena setiap bersepeda sore dan mampir di muara kali Labuhan Sumbawa, selalu ada SPG (Sales Promotion Girl) produk rokok merek tertentu datang menghampiri menawarin rokoknya.