Senin, 21 September 2015

Semongkat Sunday Ride

Belum seminggu kegiatan Sepeda Gunung Festival Moyo 2015 berlalu,  Cakweser sudah pengen bersepeda lagi. "Kali ini kita ke Semongkat Sampar" ujar Ketum, dan Cakweser yang lainpun mengamini. Namun sepertinya tidak semua anggota CFB bisa ikut serta. Sencong yang dari awal sudah punya agenda yang tidak bisa ditunda. Almos yang harus ke luar daerah karena tugas. Moleq yang masih ragu-ragu antara iya dan tidak. Namun semua sepakat, sekiranya masih bisa dan berkesempatan ikut, akan diusahakan untuk ikut serta bersepeda ke Semongkat Sampar pada hari minggu (20/9/2015). Sabtu Malam, disepakati untuk ketemuan. Lokasinya di Sonic Net, markasnya Arie300. Agendanya ngobrolin masalah kesiapan bersepeda ke Semongkat Sampar, sekaligus menghadiri undangan Arie300 untuk mencicipi nasi kuning buatan tangannya sendiri. Pukul 21.00 WITA Cakweser mulai berdatangan ke Sonic Net. Yang berkesempatan hadir Ketum, Almos, Sencong, Rocking dan yang terakhir datang adalah Moleq, si Rambo maafkan Mama.
Rute Bersepeda Cakweser Minggu Pagi
Hari minggupun tiba. Pukul 05.00 WITA begitu alarm berbunyi, Almos langsung bangun, sholat subuh dan prepare sepeda dan toolkit. Setelah siap Almospun ke rumah Ketum sambil menunggu anggota yang lain. Tak lama kemudian, Arie300, Rockin, dan Toni datang. Sencong dan Moleq sudah dari semalam menyatakan tak bisa ikut karena ada agenda masing-masing. Kemudian muncul juga Wawan Epos, anggota Cakwes yang lama tidak ikut serta bersepeda bersama. Pukul 06.11 WITA perjalanan bersepeda Minggu pagi pun dimulai. Roda sepeda menggelinding ke arah Sering, menapaki tanjakan menuju Simpang Pelat. Karena sudah terbiasa melibas tanjakan STM, Cakweser dengan mudah melibas tanjakan yang cukup panjang tersebut. Hanya Arie300 dan Wawan Epos yang masih merasa berat. Arie300 tampak kurang fit karena belum sempat sarapan, sementara Wawan Epos terengah-engah karena lama tidak bersepeda. Di tengah perjalanan, Wawan Epos akhirnya menyerah, tak lagi mampu meneruskan perjalanan padahal jarak ke Simpang Pelat masih setengah perjalanan. Setelah say goodbye dengan Wawan Epos, perjalanan diteruskan menuju Pelat.
Istirahat di SMP3 Unter Iwes
Setibanya di turunan beraspal tampak Desa Pelat dari pinggir tebing. Kami berhenti di situ mengambil gambar dan me-record video untuk bahan dokumentasi. Kemudian perjalanan diteruskan kembali menuju SMPN 3 Unter Iwes, lokasi peristirahatan pertama. Setiba di gerbang SMPN 3 Unter Iwes, Arie300 langsung ngacir ke dalam mencari kamar mandi. Rupanya dari tadi dia kebelet. Di depan pintu gerbang itu kami beristirahat, minum dan ngerokok. Setelah kelar urusannya internalnya Arie300 yang tampak kurang sehat kembali mengeluh perutnya mual. Rockin dengan sigap memijit tengkuknya arie300. Akhirnya arie300 memuntahkan beban di dalam perutnya. Setelah beberapa jenak, ia minum dan beristirahat, ia kembali segar. Rupanya Rockin punya bakat terpendam menjadi Sandro, bahasa sumbawa untuk dukun atau tabib yang pandai menyembuhkan orang.
Setelah hampir 30 menit mengaso, perjalanan diteruskan kembali menuju Dusun Brang Pelat. Di depan tampak tanjakan yang lumayan terjal dan panjang. Perlahan tapi pasti tanjakan di depan SMPN 3 Unter Iwes yang terkenal terjal itu berhasil ditaklukkan.
Perjalanan ke Brang Pelat cukup mudah karena medannya sebagian masih beraspal, meski di sana sini jalan sudah mulai rusak dan berlubang. Setibanya di jembatan Brang Pelat tampak penduduk setempat sedang bergotong royong memperbaiki jalan yang menanjak yang biasa dilalui kendaraan. Kamipun mengambil jalan memutar menuju ke dalam dusun. Rockin usul agar nongkrong sejenak sambil ngopi. Akhirnya kamipun mencari warung tempat nongkrong di bagian selatan kampung kecil tersebut.

Tanjakan..
Sepeda..
Turunan...
Ngaso...












Setelah melepas penat perjalananpun dilanjutkan kembali. Kali ini kami harus melewati tanjakan dengan medan batu lepas. Sampai di dua per tiga tanjakan, roda mulai slip dan kamipun haru menuntun sepeda. Sesampai percabangan jalan, kami mengambil arah ke kanan menuju ke arah Semongkat Sampar, karena jalan yang lurus dan berbelok ke kiri di depan kami adalah rute menuju Sampa, yang pernah kami lalui beberap bulan yang lalu. Jalan di depan kami melandai dan cenderung menurun, namun sekitar 200 meter kemudian mulai menanjak dengan elevasi sekitar 250 mdpl. Kombinasi menanjak dan menurun melewati jalan tanah berbatu itu berlangsung sampai dengan 7 kilometer sejak percabangan jalan yang kami lalui tadi. Sesekali kami melewati sungai dan harus menggotong sepeda. Lumayan melelahkan tapi karena semangat Cakweser yang pantang menyerah, sambil menikmati bentang alam persawahan yang indah, rasa lelah sepertinya cukup terobati.
Setibanya di puncak tanjakan dan percabangan jalan yang kami lalui dengan ruas jalan provinsi kami berhenti, menunggu anggota lainnya yang masih di belakang. Setelah semuanya lengkap perjalanan dilanjutkan menuju Simpang Klungkung tempat selanjutnya kami akan mengaso karena di sana ada berugak dan warung tempat kami bisa ngopi dan memesan makanan ringan. Tak sampai 15 menit kami tiba di Simpangan Klungkung. Kami langsung memesan kopi dan pisang goreng sambil beristirahat di berugak. Setelah 15 menit melepas penat kami beranjak pulang. Hari sudah menjelang siang dan panas matahari menemani perjalanan kami dari Simpangan Klungkung ke arah Sumbawa Besar yang menurun itu.

CFB 2 FesMo 2015

Setelah sekian lama tidak mengupdate blog, rasanya tangan agak gatal juga untuk menari-nari pada tuts keyboard laptop untuk mengetik kalimat demi kalimat. Selama bulan puasa kemaren, kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike praktis terhenti untuk sementara waktu. Pasca lebaran, kegiatan bersepeda dimulai kembali, meski tidak lagi seintens waktu sebelum puasa. Saat itu Arya anggota Cakwes yang sedang menjalani perkuliahan di Malang mudik lebaran. Dialah penyemangat untuk memulai kembali kegiatan bersepeda yang sempat terhenti. Jadwal bersepeda rutin Cakwes Family Bike Minggu Pagi dan Kamis Sore mulai dijalani dengan rute SPG dan sesekali ke Badas, sampai akhirnya tiba saatnya si Kopassus, julukan Arya, kembali pulang ke Malang akhir Agustus kemaren. Di awal September Arie300 melontarkan agenda bersepeda gunung yang diselenggarakan oleh panitia Festival Moyo 2015. Dia minta Cakwes Family Bike ikut serta, yang disambut hangat oleh RockinMaster, Ketum, Moleq, Sencong dan Almos. Dalam rangka itu latihan fisikpun semakin intens dilakukan. "Medan Pulau Moyo Berat" ujar Arie300. Jadi fisik dan stamina perlu dipersiapkan.
Brosur Sepeda Gunung
Sejatinya Sepeda Gunung merupakan salah satu item agenda dalam Kegiatan Festival Moyo 2015, yang merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa setiap tahun dalam rangka promosi kepariwisataan daerah. Ada sekitar belasan agenda di luar Sepeda Gunung dalam Festival Moyo antara lain: Jelajah Wisata Motor, Pameran Pembangunan Daerah dan MICE Expo, Pawai Budaya, Karapan Kerbau, Fishing Contest, Lomba Balap Perahu, Lomba Lari 10 K, Pagelaran Tanjung Munangis dan lain sebagainya.
Kembali ke agenda Sepeda Gunung yang diselenggarakan pada 12-13 September 2015, persiapan Cakwes Family Bike sudah hampir rampung. Mulai dari kesiapan sepeda, kostum, perbekalan sampai dengan "restu dari Kapolda" merujuk kepada istilah Moleq untuk izin dari istri tercinta. Kesiapan fisik pun diuji dengan selalu melibas Tanjakan STM saban kegiatan bersepeda dilakukan. Arie dan Moleq yang biasanya ngos-ngosan di tanjakan STM tampak semakin terbiasa dan tidak lagi tersengal-sengal. Mereka tampak enjoy dan bersemangat menghadapi event sepeda yang relatif kolosal tersebut.
Kostum Sepeda Gunung Festival Moyo 2015
Hari H menjelang, pendaftaran Cakwes Family Bike ke panitia Sepeda Gunung udah kelar dan kostumpun sudah dibagikan. Arie300 yang kebagian tugas sebagai kasubbag umum datang ke rumah ketum membawa kostum dari panitia, berikut pin-nya. Dari 8 peserta yang didaftar kostumnya berukuran M kecuali satu untuk Sencong Al Sahab berukuran L, mengingat postur dan porsi makannya yang di atas rata-rata. Malamnya di rumah Ketum, kostum dicoba dan semuanya fit properly. Sabtu pagi, tanggal 12 September Almos sudah siap di markas, pemberitahuan segera disebar di whatsapp. Toni, pagi sudah datang, tak lama muncul Rockin dan Sencong, disusul kemudian Arie300 dan Alex, lalu Moleq. Semua prepare menuju Lapangan Pahlawan yang merupakan titik pelepasan oleh panitia. Pukul 07.45 WITA Cakweser meninggalkan markas menuju TKP. Di Lapangan Pahlawan tampak sudah berkumpul para bikers dari masing-masing klub sepeda yang sudah mendaftar. Ada dari Lombok, KSB, Bima, Utan, dan lain-lain. Pelepasan peserta dilakukan oleh Bupati Sumbawa didampingi oleh pejabat dari Kementerian Pariwisata. Dalam sambutannya Pak Bupati menyampaikan bahwa banyak pihak yang mempersoalkan besarnya biaya pelaksanaan Festival Moyo 2015 yang mencapai 5 Milyar rupiah. Bagi beliau besaran anggaran itu memang tidak serta merta menghasilkan return yang sebanding seperti ekspektasi sebagian khalayak. Beliau mencontohkan hasil kunjungannya ke Kota Padang beberapa waktu sebelumnya yang mana, pemkot Padang mengeluarkan biaya mencapa 2 Milyar rupiah hanya untuk menyelenggarakan pertemuan sehari dalam rangka membahas inisiatif kerjasama antara kabupaten/kota yang berada di sepanjang pesisir Samudera Hindia. "Biaya ngobrol-ngobrol yang dikeluarkan pemkot Padang 2 Milyar" ujar beliau. "Sementara kita 10 hari Festival Moyo dengan belasan agenda 'hanya' 5 Milyar". Pendekatan cost memang penting tapi selama menjanjikan manfaat yang lebih besar dalam jangka waktu panjang juga layak untuk diperjuangkan, itu substansi dari pidato beliau. Kami Cakweser hanya manggut-manggut antara paham dan tidak. Tak lama berselang setelah pidato Bupati kelar, bendera pelepasan dikibarkan untuk memberi aba-aba Sepeda Gunung dalam rangka Festival Moyo 2015 dimulai, dan roda sepedapun perlahan menggelinding. Rute yang diberikan Panitia adalah melewati jalan sudirman, lalu tembus ke jalan udang, kemudian menanjak ke arah PPN Bukit Indah. Di perempatan Raberas belok ke kiri menuju ke arah Kebayan, menjelang pertigaan SMPN 4, kemudian berbelok ke kanan untuk seterusnya nanti tembus ke jalan Cenderawasih, jalan Garuda menuju ke Pantai Goa untuk kemudian naik ke perahu yang sudah disiapkan menyeberang ke Pulau Moyo.
Peta Perjalanan Sepeda Gunung Fesmo 2015

Perjalanan menyeberang ke Pulau Moyo atau tepatnya ke Sebotok, lokasi Start untuk Sepeda Gunung pada keesokan harinya (13/9) berjarak sekitar 55 km dari Pantai Goa dan dapat ditempuh sekitar 3 jam dalam kondisi cuaca normal. Ada empat unit perahu yang telah disiapkan oleh Panitia untuk membawa peserta berikut sepedanya ke Pulau Moyo. Cakwes kebagian naik ke Perahu yang paling besar dengan kapasitas sekitar 70 penumpang. Namun sepeda-sepeda kami di-load di perahu yang berbeda. Setelah hampir 30 menit menunggu proses loading selesai, perjalananpun dimulai. Lepas dari Pantai Goa, perahu yang kami tumpangi berlayar dengan smooth, namun setelah 30 menit perjalanan, perahu mulai bergoyang karena ombak mulai menerpa. Moleq, yang memang paling anti dengan lautan sudah mulai menunjukkan gejala bakal mabok laut.
Arie300 dan Moleq, persahabatan bagai kepompong
Tak lama kemudian dia sudah muntah-muntah. Di geladak Moleq duduk diam sambil menunggu lambungnya menyesuaikan dengan ayunan gelombang. Ketum hanya senyam-senyum menggoda melihat kelakuan Moleq. "
Maafkan Rambo Mama" kata Ketum, "Rambo ga suka lautan" lanjutnya menggoda Moleq. Tapi, Moleq nggak menanggapi karena sibuk dengan mualnya. 
Dermaga Lab. Aji
Setelah 2 jam berlalu, akhirnya perahu tiba di Labuhan Aji, lokasi finish Sepeda Gunung. Sebagian panitia yang terdiri dari Grup SABIC akan menurunkan beberapa unit motor trail, karena cuman di Lab. Aji yang ada dermaganya. Lokasi yang kami tuju yaitu Dusun Sebotok tidak memiliki dermaga sehingga panitia kesulitan untuk menurunkan kendaraan di sana. Setelah kelar menurunkan kendaraan dan perbekalan panitia, perjalanan kami lanjutkan ke Sebotok. Deru angin tampak semakin kencang sehingga ombak pun semakin menggulung sehingga perahu yang membawa kami oleng kesana kemari. Arie300 mulai pusing, dia memilih tiduran untuk menghindari mabuk laut. Rockin' dan Sencong masih ketawa-ketawa di geladak, sementara Ketum masih menggoda Moleq yang sudah tak kehitung berapa kali muntah selama perjalanan. Tak lama kemudian Arie300 mulai pusing, dan akhirnya dia memuntahkan rasa mualnya di pinggir geladak. Ketum kembali ketawa, "maafkan rambo mama..."teriaknya. Tak sampai 20 menit kemudian akhirnya Ketum ketularan mabuk laut. Dia mencoba menahan mual tapi akhirnya tak berdaya dan muntah sehingga mengotori perahu. "akhirnya tercoreng rekorku ga pernah mabok laut" ujar ketum.
Pantai Patedong
Tak lama kemudian perahu yang kami tumpangi mencapai perairan sebotok. 
Karena ombak masih relatif tinggi dan Sebotok tidak memiliki dermaga maka perjalanan diteruskan ke Patedong, sebuah dusun yang jaraknya sekitar 3 kilometer ke utara Sebotok. Sesampai di perairan Patedong pun ombak belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Dermaga tempat berlabuhpun juga tidak ada, serupa juga dengan Sebotok. Akhirnya diputuskan untuk melempar jangkar di perairan Patedong sambil menunggu ombak reda. Panitia tampak berkomunikasi dengan handy talkie dengan rekannya yang berada di daratan terkait cara meng-unload peserta dan sepedanya. Dari pembicaraan panitia dapat disimpulkan bahwa mereka sedang bernegosiasi terkait penggunaan perahu yang lebih kecil atau sampan untuk menurunkan kami ke pantai. 
Foto sejenak di pantai Patedong
Setelah 30 menit berlalu tampak beberapa orang penduduk setempat mulai mendayung sampan ke arah keempat perahu yang membawa peserta sepeda gunung yang sudah melepaskan jangkar di perairan Patedong.  Proses unloading perahu yang kami tumpangi dan tiga perahu lainnya relatif lambat. Bagaimana tidak, peserta dijemput menggunakan sampan yang maksimal cuman muat dua orang. Setelah beberapa jenak, akhirnya ada perahu yang lebih besar mulai bergerak. Rupanya negosiasi panitia berhasil.
Senja pantai Patedong yang sentimental
Akhirnya kamipun dijemput dengan perahu tersebut Setelah kami turun dari perahu, kami mengaso sebentar ke rumah penduduk yang kebetulan kenalan Arie300. Di situ kami disajikan kelapa muda sambil duduk di balai-balai beristirahat sambil menunggu sepeda di-
unload. Hari sudah menjelang sore. Satu per satu perahu di-unload menggunakan sampan dan perahu yang lebih kecil menuju pantai Patedong. Haripun sudah senja dan matahari sudah semakin menukik di cakrawala.
Akhirnya setelah menjelang magrib, sepeda kamipun berhasil diturunkan dari perahu terakhir. Kami sempat menikmati sunset sejenak sambil mengambil beberapa gambar untuk mengabadikan moment senja yang sentimental itu.
Selepas magrib, sesuai arahan panitia, kami diminta melanjutkan perjalanan ke Sebotok dengan bersepeda. Jaraknya sekitar 3,5 km dari Patedong. Dengan bekal lampu senter dan lampu handphone Cakweser bersepeda menuju Sebotok, lokasi tempat peserta Sepeda Gunung Fesmo 2015 menginap. Panitia menyediakan tempat menginap di rumah penduduk setempat seperti juga pelaksanaan acara yang sama di tahun sebelumnya. Alex yang ternyata sudah mengontak salah satu temannya yang tinggal di Sebotok menawarkan ke kami untuk menginap di mess PLN ranting Sebotok, tempat temannya bekerja. Kamipun setuju saja dengan usulan Alex, tapi urusan perut diprioritaskan terlebih dahulu baru memikirkan penginapan, maklum semuanya sudah pada lapar. Setiba di Sebotok Arie300 langsung mencari panitia dan diarahkan ke salah satu rumah penduduk sebagai tempat untuk makan malam. "Nasi bungkus lagi neh" kata Arie300. Selepas makan, kita menuju lokasi usulan Alex, dan akhirnya kami memutuskan untuk menginap di sana.
Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi, menyiapkan sepeda dan segala sesuatunya dan menuju ke lokasi start yang sudah ditentukan panitia. Namun sebelum itu kami sarapan dulu. "Nasi bungkus lagi..." ujar Sencong. Setelah selesai sarapan dan tas perbekalan diserahkan ke panitia untuk diangkut dengan perahu menuju Lab. Aji, kamipun bersiap di titik start untuk memulai bersepeda. Di lokasi itu panitia memberi sedikit sambutan dan arahan terkait pelaksanaan kegiatan bersepeda gunung tersebut. Selepas itu panitia memberi aba-aba untuk memulai kegiatan bersepeda, dan kamipun mengayuh pedal memulai perjalanan ke Labuhan Aji, lokasi finish Sepeda Gunung Fesmo 2015.
Di awal perjalanan kami menyusuri jalanan permukiman di pinggiran pantai dengan kondisi jalan yang dirabat beton yang sebagian masih mulus dan sebagian lagi sudah mulai rusak. Kemudian juga ada medan tanah, pasir dan sedikit lumpur. Perjalanan tidak begitu sulit pada awalnya. Setelah 30 menit, kami menapaki kawasan hutan Pulau Moyo. Perjalanan mulai berat. Dengan kombinasi jalan tanah, berbatu, berlumpur, melewati kali kecil, menanjak dan menurun, membuat kami harus bekerja ekstra mengayuh pedal. Sepeda Almos sempat hampir terlepas quick release-nya akibat benturan di sana sini. Untuk ada salah satu peserta yang mengingatkan sehingga dapat segera diperbaiki. Arie300, bermasalah dengan rear derailleur-nya, sementara Rockin sempat mengalami bocor ban akibat tertusuk duri. Untungnya panitia dengan sigap membantu sehingga perjalanan dapat diteruskan kembali. 
Setelah hampir 3 jam bersepeda, kamipun tiba di Lab. Aji. Di situ nasi bungkus sudah tersedia untuk makan siang. Kamipun beristirahat setelah lelah bersepeda. Tak lama kemudian panitia menyampaikan bahwa proses loading ke perahu untuk kembali pulang ke Sumbawa Besar akan dilaksanakan di dermaga milik Amanwana dan kami diminta melanjutkan perjalanan ke resort milik Amanwana tersebut. Kamipun bersiap-siap melanjutkan perjalanan mengingat matahari semakin terik dan menyengat siang itu di Pulau Moyo. Jarak yang kami tempuh tidak terlalu jauh dari Lab. Aji, sekitar tujuh kilometer. Tak lama kamipun tiba di lokasi. Setelah 30 menit  proses loading peserta dan sepeda ke perahu,  kamipun beranjak pulang dari Pulau Moyo menuju dermaga Pantai Goa. Waktu tempuh sekitar 2 jam kata nakhoda perahu tersebut. Kali ini perjalanan lancar karena angin tidak terlalu kencang sehingga ombakpun hanya mengalun pelan. 
Setiba di Pantai Goa, kami disambut panitia dengan makan sore. "Perasaan makan mulu deh kita" kata Arie300. "Sudahlah, makan aja" kata Sencong. Setelah kenyang kamipun melanjutkan perjalanan ke Saliper Ate, salah satu spot wisata di Kota Sumbawa Besar yang menjadi akhir perjalanan Sepeda Gunung Festival Moyo 2015. Di Saliper Ate, lagi-lagi panitia sudah menyiapkan nasi bungkus untuk peserta sepeda gunung. Busyet dah! Makan lagi kita" ujar Moleq. Selepas makan Moleq langsung naek pentas yang pada saat itu panitia sedang check sound untuk acara penutupan nanti malam. Dengan cueknya di menyanyi, akhirnya Ketum-pun gatal juga melihat Rambo eh Moleq menyanyi, ikut-ikutan naek ke panggung. Jadilah Cakwes On Stage sore itu di Pantai Saliper Ate.
Setelah puas menyanyi si Rambo maafkan Mama akhirnya turun panggung, ngobrol ngalor-ngidul sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Malam harinya, sebagaimana sudah diinformasikan oleh Panitia, semua peserta diharapkan hadir di Saliper Ate untuk penarikan undian berhadiah. Hadiahnya macem-macem, ada Sepeda, Laptop, Kulkas dan lain sebagainya yang sudah disiapkan. Namun karena ada acara MotoGP tak satupun Cakweser yang berkesempatan hadir, sehingga peluang untuk nongkrong-nongkrong malam bersama dengan klub sepeda yang lain berlalu sudah. Sampai ketemu di kesempatan mendatang...