Rabu, 10 Juni 2015

Selamat Datang Ramadhan!


Tak terasa, waktu berputar sedemikian cepat. 8 (delapan) hari lagi kita sudah memasuki bulan puasa. "Bulan yang penuh hikmah" kata ustadz yang biasa kita dengar di majelis-majelis pengajian maupun di televisi. Dalam waktu yang tersisa ini, kita seyogyanya mempersiapkan diri. Seperti halnya juga bersepeda, sebelum memulai kita disarankan untuk melakukan pemanasan untuk melemaskan otot-otot yang masih kaku sehingga pada saat bersepeda kita tidak mengalami kram atau cidera otot dan sebagainya. Bagi kita yang sebelumnya sholat dengan malas-malasan, ya dimulailah untuk melengkapinya menjadi 5 (lima) kali sehari semalam. Kita juga dianjurkan untuk bermaaf-maafan dan mengintensifkan infaq dan sodaqoh. Yang biasa makannya banyak, dikurangi porsinya. Demikian juga yang biasa marah-marah, dikurangi intensitasnya. Intinya kita mempersiapkan diri dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga pada saat berpuasa nanti badan atau raga kita tidak lagi kaget atau shock karena terjadi perubahan yang mendadak sifatnya.
Selama bulan puasa nanti Cakwes Family Bike akan mengurangi kegiatan bersepeda. Bersepeda hanya akan dilakukan seperlunya, manakala kondisi badan cukup fit dan menjelang waktu berbuka. Itupun tergantung kebutuhan dan keinginan temen-temen, mau bersepeda sendiri ya monggo, mau bersama-sama ya disepakati dulu. Itulah penyesuaian yang kami lakukan dalam rangka menghormati bulan Ramadhan.
Untuk semua pembaca blog ini, kami Cakwes Family Bike, menghaturkan permohonan maaf, apabila di dalam tulisan atau posting kami selama blog ini tersaji ke hadapan saudara-saudara sekalian terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Akhirul kalam, kami menyampaikan selamat berpuasa semoga di penghujung Ramadhan nanti kita kembali fitri (suci).


Cakwes Family Bike, 2015.

Jumat, 05 Juni 2015

Prepare for next route: Liang Bukal Sunday Ride

Menjelang bulan Ramadhan kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike tampaknya akan lebih intens dilakukan, mengingat hanya tersisa 2 (dua) hari Minggu lagi yang bisa dimanfaatkan untuk bersepeda ke luar kota. Selama puasa nanti, kami sepakat untuk tidak bersepeda ke luar kota (lha iyalah, masak sepedaan jauh-jauh, emang mau dehidrasi!?) dan kalaupun ingin bersepeda hanya akan dilakukan di dalam kota dan itupun sore hari menjelang berbuka. Hari Minggu besok, Bappeda, kantornya Almos punya agenda berwisata ke Liang Bukal, sebuah situs wisata alam yang berlokasi di Desa Batutering, Kecamatan Moyo Hulu. Almos diajak untuk pergi dengan bersepeda sama temen-temen kantornya, dan ini simultan dengan rencana bersepeda Cakwes Family Bike yang belum mengagendakan rute baru pasca Uma Buntar Revisited. Lewat grup whatsapp CFB Almos sudah melontarkan ajakan untuk gabung bersama grup Bappeda. Gayung bersambut meski belum semuanya okay. Untuk itu rutepun di-create menggunakan kombinasi software Runtastic Mountain Bike dan Google Earth Pro untuk melihat jarak tempuh, medan dan ruas jalan yang akan dilalui. Berikut rute rencana (planned route) bersepeda hari Minggu besok.

Kamis, 04 Juni 2015

Uma Buntar Revisited

Setelah kegiatan bersepeda Cakwes Family Bike mengalami banyak penundaan, karena berbagai kesibukan dari masing-masing anggota tentunya, akhirnya Selasa (2/6/2015) kegiatan bersepeda ke luar kota dieksekusi juga. Kali ini temanya seperti yang sudah disepakati sebelumnya yaitu Uma Buntar Revisited alias rute ByPass - Pemulung - Uma Buntar - Klungkung - Semongkat Sampar - Brang Pelat - Pelat dan kembali ke markas.
Actual Route Uma Buntar Revisited
Sebetulnya agenda  bersepeda ke luar kota ini nyaris  gagal lagi, karena sampai dengan Senin malam pun sewaktu kumpul-kumpul di rumah Almos belum ada kesepakatan. Ketum yang masih ragu-ragu dengan adanya acara kawinan di Klungkung, Arie300 yang kecapean karena baru pulang dari Lunyuk, Moleq dan Sencong yang merasa kurang pas kalo tidak semua anggota ikut, menjadikan agenda bersepeda Cakwes Family Bike tidak menentu, meski sebelum berpisah dan pulang ke rumah masing-masing commit untuk bersepeda besok pagi.
Selasa pagi, Almos bangun jam setengah 6, prepare sepeda dan toolkit, tapi belum ada bunyi whatsapp mengenai kesiapan bersepeda dari anggota yang lain. Ketum yang biasanya pagi juga belum ada kabarnya. Menjelang jam 06.00 WITA, Almos sudah siap di markas, anggota yang lain belum juga ada kabar beritanya. Pas mau keluar gerbang ada Moleq lewat jalan-jalan pagi, rupanya dia juga tidak siap karena mau ke acara kawinan pukul 09.00 WITA di Lopok. Aih... terpaksa rute SPG lagi pikir Almos yang kali ini harus bersepeda sendiri. Baru saja Almos mau berangkat tiba-tiba RockinMaster datang dengan Premier 3.0 baru warna hitam. Sangar, lengkap dengan topi cowboy-nya. Sementara itu Moleq terlihat lewat depan markas kembali ke rumahnya sambil membawa sepeda Arie300 yang izin untuk tidak ikut serta karena masih kurang sehat. Tak lama Sencong dan Ketum pun datang. Akhirnya disepakati untuk mengeksekusi rute Uma Buntar, dan perjalananpun dimulai.
Reparasi ban sepeda yang bocor
Gerbang dusun Pamulung
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA saat kami meninggalkan markas. Agak siang memang, namun kami bersemangat, meski cuman berlima tak apalah. Melewati bypass handphone almos berbunyi, rupanya wawan, menanyakan lokasi, dia ternyata mau ikut bersepeda. Baiklah, kami akhirnya menunggu dia di warung langganan kami di bypass sambil memesan white coffee dan teh panas. Tak lama kemudian dia muncul dan bergabung. Selesai ngopi kami bermaksud melanjutkan perjalanan, namun tak dinyana sepedanya wawan epos kempes ban belakangnya. Untung dia menggunakan sepeda yang memakai freehub dan quick release sehingga mudah dibongkar. Ternyata bocor tertusuk duri. Untunglah kami membawa ban dalam cadangan, sehingga tak perlu menambal. Kelar bongkar pasang, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke arah utara. 
Menyusuri bypass kami mengayuh pedal menuju dusun Pamulung. Tak lama tampak gerbang dusun Pamulung begitu kami berbelok ke kiri dari bypass, jalan masih beraspal, namun lebih rendah kelasnya dari ruas bypass mengingat jalan ke arah dusun Pamulung hanya jalan kabupaten. Pamulung merupakan salah satu dusun di Desa Karang Dima Kecamatan Labuhan Sumbawa. Pamulung merupakan salah satu dusun budaya di dalam dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang perlu ditata dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya saing sektor kepariwisataan daerah. Namun perjalanan kami kali ini hanya melewati wilayah dusun Pamulung menuju dusun Uma Buntar, Desa Pelat Kecamatan Unter Iwes.

Tanjakan pertama menuju Uma Buntar
View tanjakan dari atas

Lepas dari Pemulung, tanjakan pertama menuju dusun Uma Buntar datang menyapa. Tanjakan ini masih berada di wilayah dusun Pemulung, medannya terjal dan relatif panjang, sehingga susah ditaklukkan. Pada waktu pertama kali dulu bersepeda ke sini belum sampai pertengahan tanjakan kita sudah turun dari sepeda. Kali ini, berbekal pengalaman di waktu lalu, kita mengawali tanjakan dengan gigi rendah, sehingga pelan namun pasti tanjakan dapat terlewati. Hanya Wawan Epos dan Moleq yang tersengal-sengal melewati tanjakan ini, dan sesampai di puncak tanjakan kami mengambil waktu sejenak untuk minum dan mengatur nafas yang terengah-engah melewati tanjakan.
Wawan Epos sukses menaklukkan tanjakan pemulung
Beristirahat di puncak tanjakan






Setelah ritme nafas mulai teratur, perjalanan dilanjutkan kembali. Jalan di depan masih beraspal, namun sudah mulai rusak ringan, di sana sini tampak cracking, berliku dan menanjak meski tidak terjal. Dengan gigi sepeda 2-5 tanjakan itu dilalui dengan mudah. Setiba di ujung jalan yang beraspal tampak jalan macadam. Kamipun beristirahat sejenak, untuk mengatur tenaga. Sebatang Marlboro merah milik RockinMaster menjadi teman beristirahat, mengingat suhu dingin perbukitan pada saat pagi menjelang siang merupakan suasana yang pas  untuk menikmati rokok milik Philip Morris itu.  
Istirahat di ujung aspal
Sejurus kemudian kami mengayuh pedal kembali. Kali ini Moleq dan Wawan Epos kami minta jalan duluan, biar nggak keteteran karena belum pernah bersepeda jauh. Melewati jalan macadam membuat sepeda bergeronjal. Apalagi spek sepeda kami bukan untuk mountain bike sejati, namun karena kegemaran kami bersepeda sambil menikmati alam tidak menyurutkan semangat untuk menantang medan cross country, all mountain bahkan downhill sekalipun yang tentunya dengan resiko masing-masing.
Setelah cukup jauh dari lokasi terakhir kami berhenti tampak Moleq dan Wawan Epos sedang mengaso di kejauhan di depan kami. Kami pun segera bergabung dan re-grouping. Karena kelelahan dan berkeringat tak tahan Wawan Epos sampai membuka kostum bertelanjang dada sambil menikmat hawa dingin pegunungan. "Nafas masih okay!" kata Wawan, "cuman paha agak sedikit kram', lanjutnya. RockinMaster pun dengan sigap mengeluarkan perbekalan, demikian juga yang lain, sambil ngemil untuk carbo-loading, diselingi minum air persediaan di sepeda kami ngobrol ngalor ngidul.
Saatnya buka kostum
Geraaaahhh...

Setelah melepas penat, kayuhan pedal dimulai lagi. Dusun Uma Buntar sudah di depan mata. Jalan tanah berbatu masih mewarnai perjalanan kami. Selepas Uma Buntar tampak jalan yang menyempit di depan. Sepertinya jalan ini hanya dilewati oleh kendaraan roda dua, karena hanya berupa single track. Namun agak jauh di depan mulai tampak jalan tanah double-track bekas kendaraan roda empat yang dikelilingi semak belukar. Kayuhan pedalpun terus bergulir karena matahari mulai meninggi, sementara air persediaan sudah mulai menipis. Kali ini ketum dan rockin berada di depan meninggalkan jejak roda sepeda di tanah.
Ketum dan RockinMaster 
Setelah 30 menit mengayuh pedal akhirnya kami tiba di belokan menuju Desa Klungkung. Ada pagar pembatas dari bambu di situ yang menjadi tanda. Kami berhenti sejenak untuk beristirahat dalam rangka menyiapkan tenaga untuk menaklukkan 3 (tiga) tanjakan yang membentang di hadapan kami. Wawan Epos tampak kelelahan, tak tahan ia sampai buka kostum dan tiduran di tanah. Biarlah ia beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga dan mengistirahatkan pahanya yang kram.


Kondisi Wawan Epos sebelum dan sesudah mencapai Uma Buntar

Setelah cukup lama beristirahat, perjalananpun kami teruskan. Mendaki tanjakan demi tanjakan sampai kami tiba di Desa Klungkung. Memasuki Desa Klungkung kami mengambil belokan ke kanan, menuju Ai Senyir, jalan setapak menurun ke ruas jalan provinsi yang menuju ke arah Semongkat. Jalan setapak membentang dan turunan curampun menyapa. Kami berhenti sejenak menikmati view pegunungan yang hijau menawan, sekaligus foto-foto.
Foto-foto di turunan Ai Senyir, Klungkung
Setelah kelar foto-foto dan menikmati pemandangan pegunungan, kamipun beranjak ke sepeda masing-masing untuk melanjutkan menuruni turunan Ai Senyir. Menuruni turunan curam tersebut kami sedikit was was, kalau saja ada yang remnya blong, alamat pasti ada yang cidera, mengingat di bawah sana batu cadas dan tanah keras menanti.
Moleq dengan sepeda tiga rem
Pertama Almos mengeksekusi turunan tersebut, mengandalkan rem cakram
tektro aries depan belakang akhirnya ia sampai di bawah persis di depan bak penampuangan air Ai Senyir. Kemudian Ketum, lalu Rockin, Wawan Epos dan Sencong. Sesampainya kami di bawah Moleq ternyata masih di atas. Tak berani rupanya dia mengeksekusi turunan itu. Setelah diteriakin dari bawah akhirnya dia memberanikan diri juga untuk turun perlahan-lahan. Kakinya belum berani dia naikkan ke pedal sepeda, takut tergelincir. Pelan tapi pasti sampai juga di di lokasi kami menunggu. 'Ngeri!' serunya. 'Mending nanjak ketimbang menurun' kata dia lagi, rupanya karena sepedanya Arie300 yang dipake, penyakit takut ketinggian itu pun menular ke dia. Selepas Ai Senyir, jalan tanah di depan semakin susah dilalui, akibat kena gerusan air pada saat hujan sehingga harus turun dari sepeda dan sepeda kamipun harus digotong.
Jalan tanah yang menganga
Ketum dan Sencong gotong sepeda



Setiba di ruas jalan provinsi yang menuju ke Semongkat, kami sepakat untuk kembali ke Sumbawa Besar aja. Tidak jadi mengeksekusi lanjuta rute Uma Buntar ke Semongkat Sampar, mengingat hari sudah siang dan sebagian dari kami sudah kelelahan. Serasa kembali ke peradaban begitu mengayuh pedal di ruas jalan yang bernama Sumbawa Besar - Semongkat - Batudulang itu. Setiba di Simpangan Klungkung kami berhenti untuk beristirahat dan ngopi karena di situ ada warung kopi dan berugak tempat duduk-duduk.
Beristirahat di berugak Simpangan Klungkung
Setelah nongkrong, ngopi dan ngobrol-ngobrol selama 15 menit, kamipun beranjak pulang. Perjalanan pulang merupakan bonus bagi kami kami karena jalannya beraspal dan menurun dari Simpangan Klungkung hingga ke Simpangan Sering, kurang lebih 9 (sembilan kilometer). Akhirnya setelah 5 (lima) jam bersepeda kamipun sampai di rumah.